Kisah Ika, Survivor Kanker Payudara yang jadi MUA

Konten Media Partner
1 November 2022 13:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ika Damajanti, survivor kanker payudara. Foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Ika Damajanti, survivor kanker payudara. Foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Tak pernah terpikirkan dalam benak Ika Damajanti, kala ia divonis mengidap kanker payudara di usia 28 tahun. Ika merasa, kala itu dirinya sehat dan tidak terdapat keluhan.
ADVERTISEMENT
Ika bercerita, awalnya ia merasakan ada benjolan di payudaranya. Namun, saat itu ia belum cukup aware mengenai kanker payudara dan membiarkan benjolan tersebut.
"Saya didiagnosis 22 tahun yang lalu, di usai 28 tahun. Jadi, ketika saya merasakan ada benjolan di payudara saya, itu bukan karena saya aware atau melakukan Sadari, tapi itu enggak sengaja kepegang kok ada benjolan. Karena benjolannya tidak sakit dan tidak mengganggu jadi saya cuek saja," kisah Ika pada Basra, Selasa (1/11).
Seiring berjalannya waktu, Ika yang kala itu tinggal di Jakarta akhirnya memutuskan pindah ke Surabaya mengikuti sang suami.
"Kemudian saya menikah dan pindah ke Surabaya, saya pikir saya masih muda enggak mungkin saya terkena kanker. Terus waktu santai saya merasakan payudara saya kok cenut-cenut, lalu saya pegang benjolannya tambah besar," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Mengetahui, kondisi benjolannya yang semakin besar, ia akhirnya memutuskan untuk ke dokter. Sembari menunggu hasil pemeriksaan, Ika tetap berpikiran positif jika benjolan di payudaranya hanyalah benjolan biasa.
"Ketika saya di mammografi, biopsi, saya pikir hanya prosedur saja. Kemudian waktu dokter memberi tahu hasilnya dia bilang ini sesuatu yang serius. Kanker payudara, pikiran saya ini enggak mungkin deh," ucapnya.
Pasca didiagnosis, Ika mengaku jika membutuhkan waktu sekitar 5 hari untuk berdamai dengan dirinya.
Setelah bisa menerima keadaan, perempuan 50 tahun ini akhirnya memutuskan untuk operasi dan melakukan pengobatan lain seperti kemoterapi hingga radioterapi.
"Pada waktu itu ada rasa marah pada diri saya, kenapa kok harus saya kenapa bukan orang lain. Ketika saya radioterapi dan ada pasien-pasien lain dengan kanker yang sama tapi bukan kanker payudara saya mulai sadar. Toh penyakit saya ini tidak kelihatan, di situ saya mulai menerima keadaan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Meski terbilang operasinya berhasil, Ika mengaku jika saat itu dokter menyarankan agar dirinya tidak hamil, karena terlalu berisiko. "Puji Tuhan, 7 tahun berikutnya saya hamil dan anak saya sekarang berusia 15 tahun," tuturnya.
Ujian yang dilalui Ika tak berhenti di situ saja, saat ia usai menjalankan segala pengobatan, Ika mengaku jika sempat susah mendapatkan pekerjaan karena riwayat penyakit yang pernah ia derita.
Meski demikian, ia tak patah semangat. Ia pun coba menekuni hobi make up hingga saat ini ia menjadi seorang MUA, sekaligus dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya.
"Sempat susah cari kerja, ketika sudah melakukan semua treatment. Padahal saya merasa saya sehat dan bisa melakukan apa saja," kata Ika.
ADVERTISEMENT
Meski 22 tahun telah berlalu, kini Ika masih rutin melakukan tes kesehatan setiap satu tahun sekali untuk mengetahui kondisi tubuhnya.
"Pesan saya kepada para warrior yang sedang berjuang, fokus jalani treatment yang sudah diatur dokter. Percayalah jika anda sudah melewati semua treatment akan ada sesuatu yang indah," pungkasnya.