Kisah Risda, Rela Lepas Profesi Dokter Demi Pengobatan Anaknya yang Tuli

Konten Media Partner
22 November 2022 15:26 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Risda Fitriyani, dokter radiologi asal Banjarmasin yang rela melepas pekerjaan demi pengobatan sang anak yang tuli. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Risda Fitriyani, dokter radiologi asal Banjarmasin yang rela melepas pekerjaan demi pengobatan sang anak yang tuli. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tak perlu diragukan lagi. Beragam cara dilakukan seorang ibu agar anak-anaknya dapat tumbuh dengan baik. Ini pula yang dilakukan Risda Fitriyani, seorang dokter radiologi asal Banjarmasin.
ADVERTISEMENT
Demi pengobatan sang putri tercinta, Risda rela melepas pekerjaan sebagai dokter di Banjarmasin. Risda memutuskan ke Surabaya agar sang putri yang mengalami gangguan pendengaran mendapat pengobatan terbaik.
"Anaknya menderita gangguan pendengaran kedua sisi telinga karena Rubella. Anak saya harus implan koklea kanan kiri dengan usia pemakaian alat sudah 33 bulan," ujar Risda berbagi kisah dalam seminar kesehatan bertajuk 'Deteksi Dini dan Solusi Gangguan Pendengaran pada Anak' yang digelar Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Provinsi Jatim, Selasa (22/11).
Implan koklea adalah prosedur medis berupa pemasangan alat elektronik khusus untuk membantu penderita gangguan pendengaran parah atau tuli agar dapat mendengar.
Risda berkisah awal mula mencurigai sang putri, Devina (5 tahun), menderita gangguan pendengaran saat berusia 22 bulan. Kala itu Risda dan sang suami langsung membawa Devina untuk melakukan tes pendengaran di salah satu rumah sakit di Banjarmasin. Hasilnya, Devina didiagnosis menderita gangguan pendengaran sangat berat di kedua telinga.
ADVERTISEMENT
Dokter THT di rumah sakit tersebut lantas menyarankan Devina untuk menjalani implan koklea.
"Anak saya dirujuk ke RSCM Jakarta. Bulan berikutnya kami ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan apakah anak saya kandidat implan koklea atau tidak. Setelah ditetapkan sebagai kandidat implan koklea, dua minggu berselang setelahnya kami kembali ke RSCM untuk menjalani operasi," tuturnya.
Satu bulan berselang setelah operasi, Risda dan sang putri ke Surabaya untuk melakukan pemasangan alat.
"Yang saya ingat ketika bertemu dengan dokter Hari Priyono yang melakukan operasi implan koklea terhadap anak saya. Beliau mengatakan bahwa tidak cukup anak saya hanya diberikan alat bantu mendengar saja tetapi juga harus dilanjutkan dengan terapi atau habilitasi mendengar pasca operasi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pada Februari 2020 Risda pun ke Surabaya setelah sebelumnya mengambil cuti di luar tanggungan negara. Namun badai pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia pada Maret 2020 memaksa Risda dan sang putri kembali ke Banjarmasin.
"Kami diminta kembali ke Kalimantan dulu. Selama 5 bulan di rumah praktis tidak ada perkembangan signifikan pada Devina karena tidak bisa melakukan terapi. Melihat hal itu saya pun bersikeras untuk ke Surabaya, harus terapi secara intensif. Dan dengan Bismillah di September 2020 saya memberanikan diri ke Surabaya," kisahnya.
Bagi Risda bukan hal mudah mendampingi Devina menjalani tetapi di Surabaya. Pasalnya, Risda harus mengorbankan banyak hal mulai dari waktu kebersamaan dengan keluarga besarnya di Banjarmasin hingga harus menanggalkan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
"Jadi hanya saya dan Devina yang di Surabaya, sedangkan suami dan anak pertama saya tetap di Banjarmasin," tukasnya.
Namun semua pengorbanan itu rela dijalani Risda demi tumbuh kembang terbaik bagi Devina yang harus menderita gangguan pendengaran sejak bayi.
"Tidak ada orang tua mana pun yang mau anaknya didiagnosis menderita gangguan pendengaran, apalagi sejak bayi. Saya berusaha menerima kondisi anak saya, bahkan saat dia pertama kali memakai alat (pendengaran) saya pun masih bergulat dengan diri sendiri untuk bisa menerima kondisi anak. Tapi saya bersyukur Allah masih melembutkan hati saya untuk bisa menerima kondisi anak saya, untuk terus mendampinginya menjalani terapi," tuturnya.
Kini dua tahun sudah Risda dan sang putri tinggal di Surabaya. Perkembangan signifikan dialami Devina.
ADVERTISEMENT