Konten Media Partner

Mahasiswi di Surabaya Bunuh Diri Diduga Putus Cinta, Psikolog Ungkap Fakta Ini

20 September 2024 6:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi korban bunuh diri. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi korban bunuh diri. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tragedi menyelimuti Universitas Ciputra (UC) Surabaya setelah SNV, salah satu mahasiswinya, bunuh diri dengan melompat dari lantai 22 gedung kampus pada Rabu (18/9). SNV nekat bunuh diri diduga karena putus cinta dengan sang kekasih.
ADVERTISEMENT
Psikolog Cita Juwita AR.,S.Psi.,M.Psi., mengungkapkan anak muda nekat melakukan bunuh diri karena dua faktor, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal berasal dari dalam dirinya. Artinya ada sesuatu hal yang terjadi dalam dirinya. Misalnya mengalami gangguan psikologis.
"Tapi kalau faktor eksternal berkaitan dengan keluarga, lingkungannya, atau relationship dengan lawan jenis. Nah kalau (bunuh diri) karena putus cinta maka dugaannya ada faktor eksternal yaitu relationship dengan lawan jenis," terang Cita kepada Basra, (19/9).
"Kita tidak tahu bagaimana mereka selama pacaran. Bisa jadi si pacar ini adalah orang yang menurutnya selalu mendukung dia, selalu ke mana-mana sama dia. Jadi dia cukup bergantung dengan pacarnya," sambung Cita.
Cita menuturkan, ketika hubungan percintaan tersebut mengalami masalah misalnya penolakan (putus) atau ada pengkhianatan, maka ada rasa sakit yang dialami.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada rasa sakit, ada rasa marah. Nah biasanya orang yang memilih bunuh diri itu karena ingin menghilangkan rasa sakit itu. Rasa sakit yang tidak bisa dikontrol sehingga di memilih mengakhiri hidupnya," terang Cita.
Cita mengungkapkan anak muda zaman sekarang yang hidup di era di mana semua hal bisa dengan mudah diakses, cukup rentan memilih bunuh diri jika mengalami sakit yang tak bisa dikontrol.
"Karena apa? karena godaan cukup besar, dari tontonan yang mereka lihat, dibanding zaman dulu. Orang-orang zaman dulu itu lebih kuat lho, berbeda dengan anak muda sekarang yang kemampuannya untuk menghandle masalah itu cukup rendah," jelasnya.
Cita menuturkan, hampir sebagian anak muda sekarang melakukan sesuatu hal berdasarkan atau bergantung pada media, dengan siapa mereka bergaul, dan dari apa yang mereka dengar atau lihat.
ADVERTISEMENT
"Sehingga ketika ada masalah sedikit langsung ngedrop. Karena selama ini apa yang dia lihat, yang dia tonton, tiruannya ya seperti itu. Misalnya ada masalah sedikit dengan orang tua, kabur dari rumah. Pacaran tidak disetujui orang tua, kabur dari rumah," paparnya.
Cita kembali menegaskan jika tayangan di media saat ini cukup berpengaruh pada psikis anak muda. Apalagi hampir sebagian besar media saat ini tidak memfilter apa yang ditayangkannya.
"Video atau tayangan apa pun sekarang ini cukup gampang diakses. Hal-hal yang sensitif dimunculkan di media, sehingga gampang ditiru," imbuhnya.
Cita lantas mengungkapkan antisipasi yang bisa dilakukan anak muda agar terhindar dari perilaku negatif termasuk upaya bunuh diri saat sedang dilanda masalah.
"Harus sadar dengan kondisi diri. Untuk mereka yang berusia muda, menyadari kondisi dirinya memang perlu bantuan. Bantuannya dari mana? bisa dari orang tua, guru, atau dari dosen. Jadi harus paham dulu dengan emosi di dirinya," terangnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian antisipasi lainnya yang bisa dilakukan, yakni ketika sedang mengalami masalah maka mencari orang yang tepat untuk mencurahkan isi hati. Dalam hal ini datang ke ahlinya, misalnya ke psikolog.
"Kalau (curhat) ke teman boleh? Boleh saja, cuman lebih amannya ya ke ahlinya dalam hal ini bisa ke psikolog. Konsultasi dengan psikolog kan sekarang bisa secara online. Sehingga ketika dia ada masalah, dia tahu cara (menyelesaikan), dia tahu tempat yang tepat untuk mengeluarkan apa yang dirasakan," tukasnya.
Menurut Cita, orang yang memilih untuk bunuh diri karena tidak tahu cara menghandle rasa sakitnya.
"Jadi menghilangkan rasa sakit itu dengan cara seperti (bunuh diri) itu," tandasnya.