Makan Tiga Nastar Setara Satu Piring Nasi, Mitos Atau Fakta?

Sederet kue kering seperti nastar, kastengel, sagu keju, putri salju, menjadi suguhan wajib untuk menyambut tamu di Hari Raya Idulfitri. Namun tahukah Anda jika dibalik nikmatnya kue nastar atau ananas tart terdapat kalori yang bisa dibilang tidak sedikit. Bahkan terdapat ungkapan jika mengonsumsi 3 buah nastar setara dengan sepiring nasi. Benarkah demikian?

"Itu mitos ya. Sama halnya dengan ungkapan yang berkembang itu, tidak usah makan cukup makan 2 pisang sudah terpenuhi (gizinya)," tegas Ketua Umum PP ASNI (Asosiasi Nutrisionis Indonesia) Andriyanto.

Lebih lanjut dikatakan Andriyanto, seperti halnya nasi yang dibutuhkan dengan sumber karbohidratnya yang tinggi namun proteinnya rendah dan tidak mengandung lemak, kandungan vitamin dan mineralnya juga sedikit. Pun demikian halnya dengan susu, daging, telur dan ikan, sumber proteinnya tinggi, sedangkan kandungan karbohidratnya tidak ada, untuk kandungan vitamin dan mineralnya juga sedikit.

"Tapi kalau pepaya, sayur bayam, kankung, apel, jeruk, itu vitamin dan mineralnya tinggi, namun karbohidrat, protein dan lemaknya tidak ada. Sehingga yang dinamakan gizi seimbang itu adalah yang ada karbohidrat sebagai sumber energi, protein sebagai zat pembangun, dan ada sayur atau buah sebagai zat pengatur. Nah, kalau nastar terbuat dari apa dulu dong?" jelasnya.

Menurutnya, jika nastar hanya mengandung susu, telur, dan gula, maka hanya tercukupi karbohidratnya saja.

Sedangkan batasan aman mengonsumsi nastar, Andriyanto mengungkapkan jika nastar hanyalah untuk melengkapi makanan utama.

"Jadi kalau misalnya seorang anak butuh 1.800 kalori, maka makan dengan snack itu kan dibagi tiga jadi sekitar 400 kalori. Kemudian makan pagi itu sekitar 400 sampai 450 kalorinya. Nastar yang ada nanasnya, kalau ukurannya kecil paling 30an kalori. Jadi batasan amannya mungkin 7 kue (nastar), kan enggak mungkin juga sekali makan bisa sampai 10 nastar sekaligus," paparnya lagi.

Andriyanto menyarankan bagi anak-anak yang mengikuti orang tuanya unjung-unjung saat lebaran untuk mengonsumsi sajian yang dihidangkan secara bergilir.

"Kalau harus datang dari satu rumah ke rumah keluarga yang lain, ya makan suguhannya diselang-seling. Misalnya tadi di rumah A sudah makan nastar maka nanti di rumah B makan yang lainnya," tandasnya.