Konten Media Partner

Masih Kokoh Berdiri di Usia 100 Tahun, Ini Sejarah Berdirinya Gedung FK Unair

5 Juli 2023 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung FK Unair yang berusia 100 tahun. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Gedung FK Unair yang berusia 100 tahun. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Bulan Juli ini gedung Fakultas Kedokteran (FK) Unair genap berusia 100 tahun. Gedung bergaya kolonial Belanda ini tak terlepas dari sejarah panjang perjalanan sekolah kedokteran di Surabaya, NIAS (Nederlandsche Indische Artsen School). NIAS merupakan cikal bakal berdirinya FK Unair.
ADVERTISEMENT
"Keberadaan sekolah kedokteran di Surabaya itu mendahului berdirinya gedung ini. Karena sekolah kedokteran itu mulai berdiri tahun 1913 yang disebut NIAS itu. Dan gedung ini merupakan pindahan dari NIAS yang awalnya berada di kawasan Kedungdoro yang sekarang jadi ruko-ruko," ungkap Dekan FK Unair Prof Dr Budi Santoso dr Sp OG (K), saat ditemui Basra usai acara peringatan 100 tahun Aula FK, Rabu (5/7).
"Dan gedung (FK Unair) ini baru dipergunakan tahun 1923," imbuhnya.
Gedung FK Unair yang merupakan peninggalan NIAS yang hingga kini masih kokoh berdiri mencakup aula, hingga bangunan di samping kanan dan kiri aula.
Dekan FK Unair Prof Dr Budi Santoso dr Sp OG (K),
Masih tetap berdiri kokoh di usianya yang ke 100 tahun, Prof Budi tak menampik jika gedung FK Unair ini tak 100 persen seperti bangunan aslinya. Namun dia menjamin jika keaslian gedung ini mencapai di atas 90 persen.
ADVERTISEMENT
"Kalau keaslian 100 persen tidak ya. Mungkin di atas 90 persen, iya. Ada tantangan tersendiri untuk bisa merawat bangunan cagar budaya seperti gedung FK ini. Salah satunya jalan-jalan di sekitar kompleks FK yang semakin tinggi. Sehingga saat hujan lebat masuk ke dalam gedung heritage di samping aula ini ya. Kalau aula memang cukup tinggi bangunannya sehingga aman dari banjir," jelas Prof Budi.
Adapun bagian yang sudah tidak asli terletak pada penggunaan cat untuk plafon atap. Prof Budi menuturkan jika aslinya plafon atap menggunakan plitur kayu.
Prof Budi melanjutkan pihaknya pun tidak bisa sembarangan merenovasi gedung. Pasalnya, gedung FK Unair saat ini sudah berstatus sebagai cagar budaya.
"Kami terus bekerja sama dengan arsitek, ahli sejarah, maupun Pemkot Surabaya untuk pemeliharaan gedung," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Freddy Istanto, pemerhati bangunan cagar budaya sekaligus founder Surabaya Heritage menuturkan, bukan hal yang mudah bisa mempertahankan bangunan cagar budaya dengan keaslian di atas 90 persen, hingga berusia 100 tahun.
"Ini harus dijaga karena menjadi ikon. Bangunan cagar budaya itu tidak boleh membeku, tapi perlu dikembangkan lagi di masa kini," ujarnya saat dijumpai Basra dalam kesempatan yang sama.
Freddy mengungkapkan jika Surabaya mempunyai titik-titik bangunan kolonial bersejarah, dan gedung FK Unair menjadi salah satunya.
"Kota itu ibaratnya museum. Kota memang harus maju tapi catatan peristiwa lampau di dalamnya harus tetap ada (lewat gedung-gedung peninggalan masa lampau)," tukasnya.
"Tidak banyak bangunan bersejarah yang bisa bertahan. Karena kemajuan teknologi akhirnya bangunan itu dibongkar saja. Saya berharap bangunan (FK Unair) ini bisa terus dirawat keberadaannya," imbuhnya.
ADVERTISEMENT