Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kawasan Kembang Kuning Surabaya tidak hanya dikenal sebagai area pemakaman Belanda dan Tionghoa. Sejak bertahun-tahun lamanya, area pemakaman tersebut dipakai orang-orang tak bertanggung jawab menjadi tempat prostitusi.
ADVERTISEMENT
Citra negatif yang tak sengaja disandang ini membuat warga RT 08 RW 09 Kembang Kuning I, Kelurahan Darmo, Surabaya, untuk mengubah image tersebut.
Caranya dengan menjadikan kampung mereka sebagai Kampung Markisa Penuh Warna.
Setelah memasuki Gang Kembang Kuning I kita akan melihat ada pohon markisa yang menggantung tepat di tengah kampung dengan akar menjuntai ke bawah.
Bahkan, saat musim panen tiba, warga sekitar bisa memetiknya untuk diolah menjadi sirup dan minuman markisa.
Wiji Sulistiono selaku Ketua RW 09 mengatakan, budidaya markisa telah ia lakukan sejak 2017 lalu. Menurutnya, buah markisa jarang ditemui di Surabaya. Untuk itu, ia berinisiatif menggagas kampung markisa di daerah Kembang Kuning.
"Awalnya saya iseng-iseng menanam pohon markisa, biar di sini (kampung) enggak terlalu panas. Soalnya daun markisa kan lebar. Terus saya juga penasaran buah markisa itu seperti apa, karena tahunya kan dari internet dan buah ini terkenalnya di daerah Sumatera dan Sulawesi," jelas pria yang akrab disapa Wiji ini ketika ditemui Basra pada Selasa (11/2).
ADVERTISEMENT
Ternyata pohon markisa yang ditanam Wiji berbuah. Hasil panen tersebut dimanfaatkan Wiji untuk diolah menjadi produk sirup markisa khas kampungnya.
Menurutnya, buah markisa mempunyai banyak manfaat seperti mengandung antioksidan tinggi, sumber serat untuk tubuh, hingga mencegah infeksi.
"Karena selain untuk menghapus stigma negatif tentang Kembang Kuning. Kampung Markisa ini juga bisa memberdayakan ekonomi warga sekitar. Salah satunya lewat sirup markisa produksi sendiri," kata Wiji.
Ketika ditanya terkait perawatan pohon markisa, Wiji mengaku tidak menemui kesulitan. Hanya saja lahan untuk menanam pohon tersebut terbatas.
"Jadi yang ada di kampung kami gantung seperti jembatan. Ada juga yang kami tanam di pot. Terus kalau ingin berbuah banyak, cara motong juga harus diperhatikan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya budidaya markisa, Wiji berharap Kembang Kuning bisa lebih dikenal sebagai penghasil markisa di Surabaya. "Karena kami ingin mengubah image yang telah melekat pada masyarakat. Dan semoga ke depan, kami bisa terus berinovasi lebih baik lagi," pungkasnya.