Konten Media Partner

Mengenal Lokomotif DD52, Kereta Uap Terbesar yang Pernah Beroperasi di Indonesia

4 Agustus 2023 17:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Miniatur Lokomotif DD52. Lokomotif ini adalah kereta api uap dengan bodi paling besar yang ada di Indonesia. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Miniatur Lokomotif DD52. Lokomotif ini adalah kereta api uap dengan bodi paling besar yang ada di Indonesia. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Kereta api telah menjadi bagian sejarah bangsa Indonesia dari masa kolonial, perjuangan kemerdekaan, hingga era modern seperti sekarang ini. Lokomotif DD52 menjadi saksi betapa moda kereta api cukup penting bagi masyarakat Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda.
ADVERTISEMENT
Lokomotif DD52 adalah kereta api uap dengan bodi paling besar yang ada di Indonesia.
"Sejarah keberadaan Lokomotif DD52 di Indonesia dimulai ketika Lokomotif ini didatangkan dari Pabrik Hartmann dan Hanomag di Jerman, serta Werkspoor di Belanda pada tahun 1923, mulai berdinas sejak 1924, setelah lokomotif DD 50 dan lokomotif DD 51," jelas Joko Widagdo Vice President PT KAI Daop 8 Surabaya Joko Widagdo kepada Basra, Jumat (4/8).
Berbeda dengan kedua pendahulunya yang dibuat di pabrik ALCO di Amerika Serikat, lokomotif DD52 dibuat di Eropa, tepatnya di Jerman dan Belanda.
"Keunggulan lokomotif ini dibandingkan dengan DD50 dan DD51 adalah kecepatan maksimalnya yang dapat mencapai 50 km/jam, di mana kedua lokomotif sebelumnya hanya mampu mencapai 40 km/jam," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Lokomotif DD52 memiliki julukan "Si Gombar" dari masyarakat lokal Jawa Barat yang selalu dilewati oleh lokomotif ini. Dengan ukurannya yang besar dan tenaganya yang kuat, tugas utama lokomotif DD52 adalah menarik kereta barang yang melintasi pegunungan Priangan. Walaupun begitu, lokomotif ini juga difungsikan sebagai penarik kereta penumpang.
Di akhir masanya, lokomotif ini melayani KA lokal Bandung-Cibatu. Alokasi lokomotif ini sendiri menyebar di beberapa Depo Lokomotif seperti Tasikmalaya, Purwakarta, dan Cibatu.
"Karier lokomotif ini berakhir pada tahun 1974, ketika angkutan barang di jalur Tasikmalaya - Cicalengka menurun. Sehingga menjalankan DD52 ini terlalu berlebihan untuk muatan yang tidak begitu berat," tandasnya.