Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Mengetahui Kanker Kepala Leher dan Terapi yang Bisa Dilakukan
23 April 2022 13:36 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kanker kepala leher merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah tumor ganas yang berkembanh di sekitar jaringan atau organ kepala dan leher.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, kanker kepala leher merupakan keganasan terbanyak keempat setelah kanker payudara, kanker leher rahum, dan kanker paru.
Sementara si seluruh dunia, diperkirakan ada sekitar 500.000 kasus baru kanker kepala dan leher didiagnosis setiap harinya.
Bahkan angka kejadian kanker kepala leher lebih banyak dua kali lipat terjadi pada pria berusia 30-50 tahun, dibandingkan pada wanita.
Lantas apa yang menjadi faktor risiko kanker kepala leher dan bagaimana pengobatannya?
Menjawab hal itu, Dr. Yoke Surpri Marlina, Sp. Onk. Rad spesialis Onkologi Radiasi di Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya mengatakan, faktor risiko utama untuk kanker rongga mulut, orofaring, hipofaring, dan laring alkohol dan rokok.
"Penyebab utama sebenarnya tidak diketahui pasti biasanya berkaitan dengan pola hidup dan pola makan. Seperti merokok, pemakaian quid (nginang, nyisip, nyirih), hingga makanan yang diawetkan, diasinkan, diasap, dan dibakar dengan arang," kata Dr. Yoke pada Basra, Sabtu (23/4).
ADVERTISEMENT
Terkait gejala kanker kepada dan leher, Dr. Yoke menjelaskan gejala paling umum adalah adanya benjolan di leher dengan atau tanpa rasa sakit, sakit tenggorokan yang tak kunjung sembuh, sulit menelan, ada perubahan dalam suara, hidung tersumbat, mimisan, hingga kelumpuhan otot di wajah.
"Untuk mengetahui apakah itu gejala kanker kepala leher, tentu harus dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan kelenjar getah bening atau benjolan di daerah kepala dan leher," jelasnya.
Selain itu, perlunya pemeriksaan radiologi (CT Scan, MRI, rontgen dada), pemeriksaan laboratorium, dan biopsi pada tempat primer.
Sementara untuk terapi yang dapat dilakukan, Dr. Yoke menuturkan jika terapi harus disesuaikan dengan karakteristik tumor, komorbiditas pasien, dan profil toksisitas.
Misalnya pada stadium awal (stadium I-II) bisa dilakukan pembedahan atau radiasi. Pada stadium lokal lanjut (stadium II-IVA dan B) bisa dengan pembedahan, radiasi, kemoradiasi konkuren.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah stadium metastatik (stadium IVC) bisa dilakukan terapi paliatif atau kemoterapi," tuturnya.
Agar terhindar dari kanker kepala leher, Dr. Yoke menyebut jika ada 6 langkah "CERDIK" yang bisa dilakukan.
Di antaranya: cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktovitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.