Pakar: Indonesia Kekurangan SDM yang Ahli di Bidang Siber

Konten Media Partner
11 November 2022 9:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ardi Sutedja Chairman IndonesiaCyber Security Forum (ICSF), saat menjadi keynote speaker dalam Virtus Showcase 2022 yang digelar di Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Ardi Sutedja Chairman IndonesiaCyber Security Forum (ICSF), saat menjadi keynote speaker dalam Virtus Showcase 2022 yang digelar di Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Laporan National Cyber Security Index (NCSI) mencatat skor indeks keamanan siber Indonesia sebesar 38,96 poin dari 100 pada 2022. Angka ini menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-3 terendah di antara negara-negara G20.
ADVERTISEMENT
Padahal berdasarkan Verizon 2022 Data Breach Investigations Report, di wilayah APAC mengalami serangan terkait Social and Hacking yang tinggi dengan 4.114 insiden.
Pola serangan yang paling banyak terjadi adalah social engineering, basic web application, dan gangguan sistem sebanyak 98 persen serangan, serta serangan data kredensial (72 persen), serangan data internal (26 persen), dan serangan data lainnya (11 persen).
Ardi Sutedja Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) mengungkapkan, lanskap keamanan siber Indonesia sebenarnya tidak berbeda jauh dibandingkan negara lain, tetapi persoalan paling mendasar yang sangat serius adalah kelangkaan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih dan tersertifikasi secara proper.
Oleh karena itu, lanjut Ardi, langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh pelaku industri di Indonesia adalah memahami percepatan perkembangan digital saat ini yang perlu diimbangi dengan kemampuan dan kualitas SDM.
ADVERTISEMENT
“Masalah peningkatan keamanan siber perlu memperhatikan pembangunan SDM, kultur, disiplin, pemahaman tata kelola, dan kepatuhan yang mengacu kepada praktik-praktik keamanan siber secara global. Yang tidak kalah penting juga harus ada ketersediaan anggaran untuk membangun semua hal tersebut," ujarnya saat menjadi keynote speaker dalam Virtus Showcase 2022 yang digelar di Surabaya, (9/11).
"Perlu diingat juga dalam manajemen keamanan siber ada tiga hal yang harus kita bangun dan perhatikan yaitu people, process, dan technology. Lantas mana dulu yang akan kita bangun? Bila kita dahulukan teknologi-nya tanpa membangun SDM terlebih dahulu kira-kira apa yang akan terjadi?” tandasnya.
Sementara itu Erwin Kuncoro Presiden Direktur Virtus Technology Indonesia dalam kesempatan yang sama meyakini Virtus Showcase 2022 ini telah ditunggu-tunggu para pelaku dunia usaha di Surabaya terkait berbagai isu keamanan siber yang kembali marak akhir-akhir ini. Mulai sejumlah aksi yang dilakukan oleh Bjorka yang membuka data-data pribadi pelanggan sejumlah perusahaan hingga disahkannya Undang Undang Perlindungan Data Pribadi oleh Pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Serangan siber kembali menyita perhatian kita semua akhir-akhir ini. Sepertinya setiap minggu kita mendengar tentang pelanggaran keamanan siber yang baru. Para pelaku juga semakin canggih dan menjadi ancaman bagi para pelaku bisnis, terus berkembang. Selain infrastruktur IT dan digital yang menjadi target utama, email phising sebagai contohnya juga banyak dilakukan para hacker untuk melumpuhkan seluruh perusahaan," ungkapnya.
"Melalui Virtus Showcase ini kami ingin terus membangun kesadaran semua pelaku bisnis di Surabaya dan Jawa Timur pentingnya meningkatkan kesadaran, menerapkan praktik-praktik terbaik, dan teknologi yang mereka butuhkan untuk mencegah dan memerangi serangan dunia siber sekaligus memenuhi compliance dengan regulasi yang berlaku," tukasnya.