Panduan Terbaru dari WHO untuk MPASI yang Baik Bagi Bayi

Konten Media Partner
31 Oktober 2023 17:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi MPASI. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi MPASI. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan anak di Indonesia. Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting pada 2024 sebanyak 14 persen. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) seorang anak.
ADVERTISEMENT
Menurut dokter spesialis anak Prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), memberikan makanan pendamping (MPASI) dengan benar, dapat menjadi salah satu cara mencegah stunting pada anak.
"WHO sudah mengeluarkan edaran, bahwa MPASI yang baik adalah 1) diberikan pada waktu yang tepat, yaitu saat bayi berusia 6 bulan atau sebelum itu bila kebutuhan nutrisi sudah tidak dapat dipenuhi dengan ASI; 2) jumlah yang cukup, yaitu mencukupi kebutuhan kalori, zat gizi makro dan mikro bayi; 3) aman, yaitu proses pembuatannya higienis dan diberikan menggunakan tangan dan peralatan yang bersih; 4) sesuai, baik teksturnya yang sesuai dengan kemampuan usia bayi, diberikan sesuai keinginan lapar dan kenyang bayi, serta diberikan dalam frekuensi yang benar," jelas Rini dalam keterangannya, seperti dikutip Selasa (31/10).
ADVERTISEMENT
"Baiknya sejak pemberian MPASI, ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa, karena akan mempengaruhi selera makan anak hingga dewasa nanti," imbuhnya.
Menurut Rini, kandungan gizi MPASI yang baik harus mencukupi zat gizi makro dan mikro. MPASI harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi.
"Zat besi adalah salah satu elemen kunci dalam optimalisasi periode 1.000 HPK, termasuk untuk pencegahan stunting," tuturnya.
Saat ini sebagai upaya untuk memudahkan dan memenuhi kebutuhan MPASI bayi, sudah banyak produk MPASI fortifikasi. MPASI fortifikasi adalah produk MPASI yang sudah diberikan penambahan nutrisi zat gizi makro dan mikro sesuai dengan rekomendasi dari CODEX milik FAO dan WHO.
ADVERTISEMENT
Rini mengungkapkan, sebuah studi mengungkapkan bahwa bayi yang mengkonsumsi MPASI homemade menunjukkan kadar hemoglobin, serum feritin, dan zat besi serum yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MPASI fortifikasi.
"Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan berat badan, stunting, dan wasting dibandingkan bayi dengan MPASI fortifikasi (source: link)," tukasnya.
Di Indonesia, MPASI fortifikasi juga dalam pengawasan ketat dari BPOM yang tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perasa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.
Banyaknya fenomena ibu yang bekerja dan sulit memastikan pembuatan MPASI yang baik, membuat MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi.
"Salah satu keunggulan MPASI fortifikasi adalah memiliki kandungan vitamin dan mineral terutama besi yang sudah mencukupi kebutuhan bayi, sehingga orang tua tidak perlu repot menghitung kandungan vitamin dan mineral dalam MPASI buatan rumah, karena sudah terjamin dipenuhi oleh MPASI fortifikasi," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Bagi orang tua yang memiliki keterbatasan waktu dan khawatir dalam memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro anak, MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan bagi si kecil," sambungnya.