Konten Media Partner

Resmikan Kampung Jahit, Eri Cahyadi: Ojo Didol Mesin Jahite

14 Juni 2022 13:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eri Cahyadi saat mengunjungi salah satu penjahit di Kampung Jahit Nusantara. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Eri Cahyadi saat mengunjungi salah satu penjahit di Kampung Jahit Nusantara. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Usaha kecil menengah di kalangan masyarakat Surabaya terus bergeliat. Kali ini warga RW 10 Kelurahan Manukan Kulon, Kecamatan Tandes, unjuk gigi dengan diresmikannya Kampung Jahit Nusantara.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan sudah menjadi tugas Wali Kota beserta jajarannya untuk menjadi 'marketing' bagi warga.
"Tugas Wali Kota, Camat, Lurah, dan Kepala Dinas itu ya jadi marketing wargae. Kalau ada kolaborasi, saya yakin perekonomian di Surabaya bisa bergerak dengan sangat luar biasa," tegas Eri saat meresmikan Kampung Jahit Nusantara, Selasa (14/6).
Lebih lanjut dikatakan Eri, kampung jahit ini terdiri dari 80 penjahit, 50 di antaranya berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Eri pun berpesan kepada para penjahit agar bantuan mesin jahit yang diberikan Pemkot Surabaya tidak dijual.
"Jangan sampai nanti setelah dilatih, dikei (dikasih) mesin jahit, moro-moro ditakoki setahun mesin jahit e didol karena gak ono orderan (tiba-tiba ditanyain setahun kemudian mesin jahitnya dijual karena tidak ada orderan)," tandas Eri.
ADVERTISEMENT
Mengantisipasi sepinya orderan untuk para penjahit tersebut, lanjut Eri, diperlukan kolaborasi semua pihak.
"Pemerintah kota harus memberi contoh, berarti nanti kalau ada yang butuh Klambu (baju), sepatu, tas, yo jahite nang kene (jahitnya di Kampung Jahit," tukasnya.
Sementara itu Camat Tandes Ahmad Yardo menuturkan, anggota Kampung Jahit Nusantara terdiri dari warga kampung RW 10 Kelurahan Manukan Kulon. Saat ini, kata Ahmad, ada 31 penjahit yang sudah aktif.
"Ada 31 orang yang saat ini sudah berkegiatan menjahit dimana 16 orang di antaranya adalah MBR," ujarnya saat dijumpai Basra di kesempatan yang sama.
Dari 31 penjahit yang ada, kata Ahmad, ada bantuan mesin jahit bergilir sebanyak 20 buah. Disebut bergilir karena nantinya mesin jahit itu akan dipinjamkan ke penjahit lain jika peminjam pertama sudah mampu membeli mesin jahit sendiri dan begitu seterusnya. Nantinya akan ada 80 penjahit di kampung ini.
ADVERTISEMENT
Ahmad berharap adanya kampung jahit ini dapat menjadikan warga lebih berdiri, mandiri secara ekonomi. Dan itu, tegas Ahmad, menjadi tugas pemerintah yang berkolaborasi dengan pihak swasta untuk senantiasa memberdayakan warga.
Nantinya, lanjut Ahmad, akan ada peningkatan skill bagi para penjahit di kampung ini yang dilakukan melalui pelatihan.
"Jadi nanti tidak hanya menjahit, tapi juga usaha yang lain misalnya sablon, bordir, menjahit jaket dan tas," imbuhnya.
Sejatinya, seperti dikatakan Ahmad, kegiatan menjahit di kampung ini sudah ada sejak tahun 2020 tepatnya saat awal pandemi melanda. Hanya saja saat itu masih belum terkoordinasi dengan baik untuk orderan yang diterima penjahit. Demikian halnya dengan pelatihan yang diberikan masih belum maksimal.