Konten Media Partner

Tak Dibiayai Negara, Atlet BMX Ini Jadi Asdos Demi Olimpiade, Ternyata Raih Emas

7 Agustus 2021 7:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bethany Shriever
zoom-in-whitePerbesar
Bethany Shriever
ADVERTISEMENT
Tidak semua atlet dapat pembiayaan dari negara untuk berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020. Salah satu atlet yang harus mengumpulkan sendiri pundi-pundi uangnya adalah Bethany Shriever, atlet BMX berusia 22 tahun asal Inggris.
ADVERTISEMENT
Bethany mengatakan, saat ia menerima undangan untuk berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, dia berhadapan dengan aturan Inggris yang menyebutkan atlet BMX perempuan tidak lagi dibiayai pemerintah.
Menurut aturan tersebut, sejak olimpiade 2016 tidak ada lagi atlet BMX perempuan yang masuk kualifikasi pertandingan. Karena itu di Olimpiade 2020 pemerintah Inggris hanya akan membiayai tim BMX pria.
Atlet BMX Inggris, Bethany Shriever
Mengetahui kabar tersebut Bethany tidak langsung mengubur mimpinya berlaga di olimpiade.
"Kompetitorku dari seluruh dunia dibiayai pemerintah dan didukung penuh. Aku satu-satunya yang tidak banyak dapat bantuan. Ini agak mengkhawatirkan dan aku tidak mau mimpiku di Tokyo hilang begitu saja karena uang," kata Bethany dikutip dari The Sun.
Akhirnya Bethany menghitung berapa dana yang dibutuhkan untuk bisa berangkat ke Olimpiade Tokyo 2020. Bethany memerlukan dana sekitar 50 ribu Poundsterling atau sekitar 70 ribu dollar Amerika. Bethany pun menempuh beberapa cara, mulai dari membuka donasi di situs penggalangan dana pada 2019, Bethany bekerja sebagai asisten dosen di kelas keperawatan, dan sempat mendapat bantuan dana dari orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Hasil penggalangan dana di situs GoFundMe terkumpul tak sampai £5,000 (atau di bawah 7 ribu dollar Amerika Serikat). Beruntung, di masa-masa kritis mendekati keberangkatan, menurut BBC, UK Sport menghapus klausul yang menyatakan "pengendara wanita tidak dapat diinvestasikan" sehingga Bethany bisa mendapat bantuan finansial dari British Cycling.
Tapi bukan itu saja ujian mental Bethany sebelum ke olimpiade. Bethany juga harus berjuang sembuh dari cedera di beberapa bagian tubuh. Di antaranya Bethany mengalami patah pergelangan tangan di tempat yang sama untuk ketiga kalinya, serta patah di bagian tulang tibia dan fibula. Cedera inilah yang membuat Bethany menerima operasi penyisipan pelat logam di kakinya.
Bethany Shriever meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Hebatnya, saat berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 Bethany mengalahkan idolanya Mariana Pajon, atlet Kolombia peraih medali emas dua kali di olimpiade sebelumnya. Bethany 0,09 detik lebih cepat dari pesaingnya dan membawa pulang medali emas dengan bangga dan terhormat.
ADVERTISEMENT
Rekan setim Bethany, Kye Whyte yang meraih medali perak menunjukkan kebanggaannya. Saat diwawancara BBC Kye mengatakan, "Aku lebih bahagia untuknya (Bethany) dibanding untukku. Gadis itu benar-benar serius," puji Kye.
Pada Sky News Bethany mengatakan, dia masih tak percaya atas kemenangannya. "Sesungguhnya aku shock. Bisa memenangkan medali ini dengan perjuangan sendiri sejak awal, I'm over the moon," kata Bethany senang.

Atlet Sprinter Australia Juga Tidak Dibiayai dan Jadi Pegawai Supermarket

Selain Bethany, juga ada Riley Day, seorang sprinter berumur 21 tahun asal Australia. Riley adalah peraih medali emas untuk ajang Commonwealth Youth Games 2017 di nomor 200 meter, dan medali perak di nomor lari 100 meter.
Riley Day
Karena tidak mendapat dukungan dana dari pemerintah Australia, Riley memutuskan untuk kerja paruh waktu di supermarket Woolworths. Saat Riley mulai berkompetisi, Woolworths memberi dukungan dengan menampilkan poster dukungan yang berbunyi, "Kami bangga menyaksikan salah satu tim kami mewakili Australia di panggung olahraga dunia. Semoga berhasil Riley! Kami tak sabar melihatmu di arena!"
Riley bekerja di supermarket Woolworths, Australia.
Tim Woolworths juga menampilkan foto Riley bersama seorang pelanggan supermarket bernama John yang berusia 90 tahun. Menurut keterangan Woolworths, Riley selalu membantu John untuk belanja keperluannya setiap minggu. Apabila John tidak hadir, Riley selalu menghubunginya untuk memastikan keadaannya.
Riley dan John, seorang pelanggan lansia yang selalu dibantunya berbelanja.
Ternyata, kerja keras dan disiplin Riley membagi waktu membuahkan hasil. Riley mampu bertanding hingga babak semifinal di nomor 200 meter Olimpiade Tokyo 2020. Meski langkah kakinya terhenti di babak tersebut, tapi Riley tetap bangga dengan perjuangannya. Terlebih dia berhasil mengalahkan rekor pribadinya sendiri dengan catatan waktu 22,56 detik.
ADVERTISEMENT
"Itu tadi balapan saya yang terbaik. Saya  ingin menjadi yang terbaik dan tidak ada yang akan menghentikan saya untuk menjadi yang terbaik," kata Riley pada Channel 7.
Riley terhenti di babak semifinal nomor 200 meter Olimpiade Tokyo 2020.
Kini berkat kemandirian, keteguhan hati, dan keyakinan dirinya, Riley mendapat banyak dukungan dari banyak orang termasuk para followers di Instagram yang naik pesat dari 21 ribu menjadi 100 ribu followers.