Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Temuan Guru Besar UNESA, Biji Karet Jadi Bahan Bakar Diesel
15 Desember 2021 16:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Krisis energi dan iklim jadi perhatian global. Ketergantungan terhadap energi fosil sebagai bahan bakar minyak (BBM) bisa berdampak pada kondisi lingkungan berkelanjutan di Indonesia. Karena itu, perlu ada langkah strategis, di antaranya menghasilkan sumber energi alternatif.
ADVERTISEMENT
Menjawab tantangan tersebut, Guru Besar UNESA, Prof. Dr. I. Wayan Susila, M.T menemukan inovasi bahan bakar alternatif berbahan baku biji karet. Inovasi itu merupakan hasil risetnya yang berjudul 'Biodiesel dari Bahan Baku Biji Karet'. Biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel yang sebagian atau seluruhnya berasal dari bahan organik.
Prof. Wayan mengungkapkan, dasar pemilihan bahan baku biodiesel berupa biji karet karena adanya sejumlah peluang di lapangan yang dapat dimanfaatkan.
"Berdasarkan data, Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar di dunia dengan total produksi yang mencapai 3,55 juta ton pada 2019. Luas perkebunan karet mencapai 3,4 juta hektar. Limbah biji karet melimpah," jelasnya, Rabu (15/12).
Selain itu, lanjutnya, setiap hektar ada 550 pohon karet dan setiap satu pohon bisa menghasilkan sekitar 100 buah. Sekitar 75 persen buah karet jatuh ke tanah dan biji segarnya ada sekitar 70 persen, sementara yang dapat dipungut sekitar 80 persen. Dia merincikan, berat biji karet segar setiap butirnya sekitar 3 gram.
ADVERTISEMENT
Indonesia, kata dia, bisa menghasilkan sekitar 689.834 ton biji karet segar per tahun. Dari data tersebut, setidaknya bisa mengasilkan biodiesel sekitar 137.966.000 liter per tahun.
“Indonesia punya perkebunan karet yang luas, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal,” imbuhnya.
Dijelaskannya, biji karet memiliki kelebihan karena mengandung karbohidrat tinggi yang dapat dijadikan bahan biodiesel. Proses produksi biji karet sebagai biodiesel nonkatalis memiliki metode yang lebih sederhana dibanding metode produksi biodiesel katalis.
Prosesnya dimulai dari pemungutan biji karet yang masih segar, lalu dilakukan proses pengupasan kulit dan dipress pada mesin hingga menghasilkan minyak biji karet yang memiliki asam lemak bebas tinggi, tetapi dapat diproses secara langsung karena tanpa menggunakan katalisator.
“Sedangkan dalam produksi biodiesel dengan metode katalis tidak dapat langsung diproses karena dapat menyebabkan penyabunan. Ini juga yang menjadi keunggulan dari metode nonkatalis karena dapat dilakukan dengan lebih cepat," paparnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, metode nonkatalis memiliki beberapa kelebihan sekaligus untuk mengatasi kelemahan metode katalis; kadar airnya rendah, pun waktu produksi lebih singkat.
Dalam penelitian lanjutan biodiesel dari bahan biji karet ini juga telah disesuaikan dengan standar Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi No 189 K tahun 2019.
“Ke depannya, harapannya UNESA dapat bekerja sama dengan PTPN XII untuk pengembangan lebih lanjut biodiesel dengan bahan baku biji karet ini, UNESA sebagai penyedia teknologi dan PTPN XII sebagai penyedia bahan baku. Kami juga berharap ke depannya dapat mematenkan penemuan ini,” tutupnya.