Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Tim Psikolog ungkap Tiga Fase Membentuk Mental para Pemain Timnas
20 Mei 2023 12:11 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Afif Kurniawan MPsi, Dosen Psikologi Unair ini resmi ditunjuk oleh Kemenpora dan PSSI sebagai tim psikolog Tim Nasional Indonesia (Timnas) dalam perhelatan Sea Games 2023.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, Afif bersama dua rekan psikolog lainnya Steven Halim dan Laksmiari Saraswati bertugas memastikan kondisi psikologis atlet dari pra-latihan, latihan, pra-pertandingan, pertandingan hingga pasca-pertandingan.
Afif mengungkapkan, sebelum bertanding ada tiga fase yang dilakukan oleh tim psikolog untuk membangun mental para pemain. Ketiga fase itu adalah fase pemetaan profil, babak penyisihan grup, serta babak final dan semi final.
"Persiapan berlangsung sejak dua bulan menjelang perhelatan hingga berakhirnya Sea Games," kata Afif, Sabtu (20/5).
Pada fase pemetaan profil, Afif menyebut, tantangan tim psikolog yaitu harus cepat dan tepat dalam memetakan profil lebih dari 50 pemain yang masuk dalam proses seleksi.
"Termasuk mengetahui kondisi latar belakang, profil keluarga dan lain-lain. Sebab, tanpa data awal tersebut tidak mungkin psikolog bisa menyusun sebuah dinamika kepribadian seorang pemain," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Pada fase kedua, Afif menuturkan, jika banyak komentar-komentar yang justru mencoba ‘melemahkan’ Timnas Indonesia.
Banyak pihak berkomentar bahwa Timnas Indonesia diuntungkan sebab berada dalam grup yang mudah, dan sudah pasti lolos ke semifinal lalu akan kesulitan menghadapi Thailand atau Vietnam dari grup B.
Dalam hal ini, Indonesia satu grup dengan Kamboja sebagai tuan rumah, lalu Timor leste, Myanmar dan Filipina.
“Secara tidak langsung, hal ini sebenarnya justru melemahkan sisi mental pemain terutama dari mindset. Ketika pemain menggunakan mindset ini. Maka mereka (pemain) akan menganggap lawan sebagai tim yang mudah, dan cenderung meremehkan. Hal yang kurang sesuai dengan mindset yang terbangun di Timnas, lantaran semua tim yang berkompetisi sama-sama bagus,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi hal itu, tim pendamping psikologis mengajak pemain mengelola mindset memenangkan pertandingan bukan soal mengalahkan siapa yang menjadi lawan. Di samping itu, tim juga mulai membatasi kontak pemain dengan media sosial, serta melakukan pendekatan kognitif untuk mengubah mindset.
Pada fase ketiga, Afif menekankan ketenangan dan pengelolaan emosi yang baik. Pasalnya semua pemain menantikan membawa emas.
Namun, dalam kajian psikologi, semangat dan motivasi yang tidak dikelola dengan baik akan berbanding terbalik dengan performa.
“Terlalu bersemangat bisa meningkatkan kecemasan berlebihan dan justru membuat under performance. Maka kami melakukan pendekatan individu maupun kelompok, bersamaan dengan periodisasi latihan. Agar pemain dapat menampilkan ketenangan dan kewaspadaan serta sikap mental yang ideal saat menghadapi pertandingan,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Alhasil, pemain mampu melakukan game plan, dan memanfaatkan peluang termasuk di fase injury time (tambahan waktu yang diberikan wasit atas waktu yang hilang selama pertandingan berlangsung). Dalam kondisi tersebut dibutuhkan ketenangan yang luar biasa dalam menghadapi tekanan pertandingan.
“Khusus menjelang final, kami sempat berbincang santai dengan pemain. Kemudian pemain dengan tenang menyampaikan jika Indonesia bisa menaklukkan Vietnam dengan baik, kenapa hal yang sama tidak bisa pemain lakukan saat melawan Thailand nanti. Saat itulah kami menyadari bahwa tim ini sudah memiliki mentalitas yang ideal untuk menghadapi final, dan itu terbukti dengan ketenangan mereka saat menghadapi situasi sulit," jelasnya.
Afif menyampaikan, jika gelaran Sea Games merupakan bentuk nyata dari kesehatan mental yang baik dalam mempengaruhi kemampuan atlet untuk unjuk diri di lapangan.
ADVERTISEMENT
“Pemain memiliki kontrol yang bagus, bisa mengelola banyak aspek dalam kondisi tertekan, bahkan saat rekannya dikeluarkan wasit karena melakukan kartu merah di semifinal, mereka tetap mengelola diri dengan baik dan fokus pada tujuan,” tutupnya.
Live Update