Konten Media Partner

Tim Jokowi: Genderuwo Ekonomi Takuti Rakyat dengan Narasi Pesimistis

13 November 2018 12:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Jokowi: Genderuwo Ekonomi Takuti Rakyat dengan Narasi Pesimistis
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jakarta (beritajatim.com) - Pernyataan Presiden Jokowi tentang Genderuwo ditanggapi Cawapres Sandi dengan menyebut Genderuwo ekonomi.
ADVERTISEMENT
Menurut Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Kyai Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily, Genderuwo ekonomi tercermin dari pernyataan para politisi yang selalu menakut-nakuti rakyat dengan narasi yang pesimistis dan ketidakpastian ekonomi yang sebetulnya tidak sesuai dengan fakta obyektif yang dihadapi masyarakat.
''Pernyataan-pernyataan seperti Indonesia akan bubar di tahun 2030, rakyat Indonesia 99 persen hidup pas-pasan, harga-harga bahan pokok di pasar naik, tempe setipis ATM, chicken rice di Singapura lebih murah dibandingkan di Jakarta, dan lain-lain,'' kata Ace, Selasa (13/11/2018).
Politikus Partai Golkar itu menilai hal tersebut merupakan contoh-contoh narasi pesimistis. Rakyat dibuat takut seakan-akan Indonesia ini ada dalam situasi yang menakutkan. Padahal faktanya tidak benar.
''Pak Jokowi telah melakukan pengecekan langsung di pasar untuk memastikan harga-harga kebutuhan pokok itu apakah sesuai dengan yang dituduhkan. Ternyata kenyataan tidak. Harga-harga stabil sebagaimana data inflasi yang selalu terkendali selama pemerintahan Jokowi,'' papar Ace.
ADVERTISEMENT
Dia berpendapat, baginya menyampaikan pandangan politik yang berbeda dalam melihat situasi saat ini adalah lumrah dan menjadi bagian dari proses demokrasi. Namun menciptakan ketakutan ekonomi sangat membahayakan bagi rakyat itu sendiri.
Meski Ace memahami bahwa tujuan dari narasi itu adalah bagian dari mencari simpati rakyat. Namun apakah harus dengan cara begitu ingin mendapat simpati rakyat yang justu merugikan rakyat itu sendiri.
Dia mengingatkan, pernyataan negatif dan pesimistis yang disampaikan secara berulang-ulang bisa jadi akan menjadi kenyataan. Pernyataan itu akan dimanfaatkan oleh para spekulan pasar untuk meraih keuntungan ekonomi.
Akibatnya harga-harga akan naik di pasar tradisional dan akhirnya rakyat akan rugi. Pedagang pasar di pasar tradisional akan merasakan dampaknya.
''Jadi sekali lagi janganlah kita menggunakan narasi ketakutan hanya semata-mata untuk kepentingan politik jangka pendek. Terlalu besar pertaruhannya untuk kepentingan rakyat,'' kata Ace. (hen/ted)
ADVERTISEMENT