Konten dari Pengguna

Bagaimana Nasib Adat dan Budaya pada Kehidupan Manusia Modern?

Bilal Akbar
Saya seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang senang sekali dengan kehidupan di masa lampau, bukan ahli atau pandai dalam sejarah namun saya sangat mengagumi asal mula segala sesuatu.
23 Desember 2021 13:25 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bilal Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi diambil dari Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi diambil dari Unsplash
ADVERTISEMENT
Manusia merupakan makhluk kompleks yang diciptakan dengan sangat beragam. Lahirnya manusia juga tidak berhenti pada satu titik saja, namun manusia ada untuk selalu mengalami perubahan serta kemajuan. Tidak menentu kapan perubahan itu dapat terjadi, namun yang jelas manusia adalah makhluk dinamis yang akan selalu berubah. Maka dari itu, dampak dari sifat manusia yang selalu mengalami perubahan mengakibatkan dunia yang berada pada kendali manusia ini terus melaju pesat sehingga terjadi perubahan pada setiap zaman.
ADVERTISEMENT
Dahulu, manusia hanya bisa berburu untuk mencari bahan makanan yang dapat mereka konsumsi. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan serta pemahaman yang dapat dicerna oleh otak manusia, seperti bertani dan bercocok tanam. Lama-kelamaan dapat menjadi sumber makanan pokok bagi manusia. Jadi sangat berkaitan erat bahwa ilmu pengetahuan merupakan faktor utama dari terjadinya perkembangan teknologi sehingga dapat mengubah aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh manusia agar menjadi lebih mudah.
Perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang menjadi faktor utama sehingga terjadinya modernisasi. Modernisasi inilah yang pada akhirnya menghantarkan manusia pada kehidupan modern. Dampak dari terjadinya modernisasi rupanya dapat dengan mudah menenggelamkan orang-orang yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Jadi mau ataupun tidak mau, kita sebagai manusia harus mengikuti alur perkembangan zaman untuk bisa terus menyesuaikan diri dengan kehidupan yang lebih maju bersama manusia lainnya.
ilustrasi diambil dari Unsplash
Dengan berkembangnya teknologi yang dapat memudahkan kegiatan serta aktivitas hidup manusia, pasti membuat kita sebagai manusia modern dituntut untuk selalu mengedepankan ilmu pengetahuan. Lalu bagaimana dengan moralitas yang selalu dijunjung tinggi sejak zaman dahulu? apakah perilaku dan budi pekerti manusia berbanding lurus dan ikut berkembang bersamaan dengan perkembangan teknologi? pertanyaan tersebut kemudian memunculkan satu pertanyaan baru yaitu, apakah perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia selalu menuju ke arah yang lebih baik?
ADVERTISEMENT
Beberapa perubahan seperti perkembangan teknologi memang membawa kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Misalnya, kini dengan terciptanya ponsel dapat memudahkan penggunanya untuk menghubungi bahkan bertatap muka melalui layar dengan kerabat yang berada pada jarak fisik yang jauh. Selain itu juga dapat digunakan untuk belajar, menambah ilmu pengetahuan, mencari hiburan, atau informasi tentang sesuatu. Tentu hal-hal yang disebutkan itu merupakan dampak perkembangan zaman yang bergerak ke arah lebih baik.
Namun, di sisi lain kita kemudian menjadi terlalu sibuk bahkan tenggelam pada dunia maya. Sehingga membuat kita menjadi kurang baik dalam bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di sekitar. Kita sibuk dengan smartphone masing-masing. Padahal tak jarang ternyata kita sedang dalam kegiatan lain. Entah sedang makan, mengemudi, belajar, bahkan yang paling parah, saat orang lain sedang berbicara, malah sibuk dengan smartphone dalam genggaman. Parah di sini tentunya dalam konteks sikap kita dalam menghormati serta menghargai orang lain yang sedang berinteraksi dengan kita.
ADVERTISEMENT
Dalam skala besar, kini banyak kasus di mana manusia telah mengabaikan moral dan etika yang seharusnya selalu tertanam pada diri setiap manusia yang sudah diajarkan sejak zaman dahulu secara turun temurun atau yang biasa kita sebut sebagai adat istiadat. Banyak manusia modern yang sudah tidak peduli terhadap ajaran tersebut, karena berpikir bahwa ajaran adat dari berbagai macam daerah tersebut terkesan kuno sehingga membuat manusia pada zaman sekarang beranggapan bahwa itu adalah buah dari pemikiran yang belum maju atau kini biasa disebut tidak berpikir luas.
Padahal sudah sangat jelas bahwa adat istiadat yang selama ini ada bertujuan untuk membangun serta menanamkan etika dan sopan santun yang baik atau bagaimana seharusnya tiap individu bersikap terhadap sesama dalam kehidupan sehari hari. Apabila dikaitkan dengan modernisasi yang terjadi pada era kini, maka dapat dilihat juga bahwa seiring berkembangnya pemikiran juga teknologi, banyak orang yang mulai melupakan etika dan sopan santun terhadap sesama. Dengan terjadinya hal ini, dapat diartikan bahwa kemajuan yang terjadi saat ini ternyata kebanyakan hanya terjadi dalam hal teknologi saja, sedangkan mengenai perilaku terhadap sesama ternyata malah mengalami kemunduran.
ADVERTISEMENT
Jika kita ingin melihat sedikit contoh mengenai adat dan budaya dari suatu suku atau daerah, maka orang jawa ibaratnya menjadi cerminan saat kita bisa bersikap ramah. Senyum, sapa, dan salam sudah menjadi label dan ciri khas mereka. Lingkungan sekitar juga kebanyakan masyarakatnya selalu mengajarkan untuk selalu berpikir positif terhadap seseorang. Bahkan, mereka akan menyapa dengan ramah kepada orang yang baru dikenalnya. Hal ini membuat orang Jawa banyak disenangi, karena mereka mudah berbaur sehingga orang lain akan merasa nyaman di dekatnya.
ilustrasi diambil dari Unsplash
Kebiasaan orang jawa yang cukup dikenal lainnya adalah menjaga sopan santun. Baik kepada yang lebih tua, kawan sebaya, maupun kepada yang lebih muda. Adat yang tertanam pada kebanyakan orang jawa misalnya, mereka terbiasa untuk menundukkan kepala saat berpapasan dengan orang yang lebih tua atau yang lebih dihormati. Sikap ini dilakukan sebagai wujud penghormatan dan sopan santun, bahwa mereka sangat menghormati seseorang yang dianggap lebih tua atau lebih berilmu. Mereka juga sangat memahami bagaimana caranya menyambut tamu dengan penuh kesopanan.
ADVERTISEMENT
Orang Jawa terbiasa melakukan hal ini tentu saja karena sikap tersebut merupakan ajaran turun temurun yang diwariskan oleh para pendahulu mereka sejak ratusan tahun yang lalu. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah “apakah pemikiran serta sikap baik yang disebut kuno oleh masyarakat sekarang tidak berguna dalam kehidupan modern?”.
Jadi kesimpulannya, jelas bahwa ajaran budaya mengenai sopan santun dan bersikap baik yang diterapkan sejak masyarakat terdahulu tentunya sangat berguna dalam keseharian kita. Seharusnya, apabila sikap tersebut selalu dan tetap dipegang teguh oleh masyarakat, maka tidak akan terjadi seseorang terpaku dengan smartphone ketika ia sedang makan maupun berbicara dengan orang lain. Dalam contoh yang lebih kecil, bagaimana kita berpakaian, sendawa, bahkan kentut sekalipun itu mesti ada aturan dan etikanya. Karena aturan dan pedoman ini diturunkan secara turun temurun agar terciptanya masyarakat yang bermoral tinggi sehingga menjaga kerukunan dalam bermasyarakat.
ADVERTISEMENT