Teh Sarang Semut, Minuman Herbal dari Kekuatan Alam Merauke

Konten Media Partner
23 Oktober 2021 19:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Emeliana Gebze, Ketua Kelompok Usaha Nduger penghasil teh celup sarang smut. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
zoom-in-whitePerbesar
Emeliana Gebze, Ketua Kelompok Usaha Nduger penghasil teh celup sarang smut. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
ADVERTISEMENT
Merauke, BUMIPAPUA.COM- Kesibukan terlihat pada rumah berdinding papan di Wasur Kampung. Tangan mama- mama asli Papua cekatan dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang terlihat mengatur plastik, ada juga yang mengisi serbuk berwarna coklat ke dalam kantong teh.
ADVERTISEMENT
Kesibukan seperti ini dilakukan setiap hari. Kaum perempuan ini kebanyakan berasal dari Suku Marori yang tergabung dalam kelompok usaha Nduger (Nduger bahasa suku marori artinya sarang semut).
Kelompok usaha Nduger beranggotakan 15 orang. Kelompok industri rumah tangga ini dibentuk pada awal 2020 yang diketuai oleh Emeliana Gebze.
Kelompok usaha Nduger sangat beruntung, karena lokasi tempat tinggalnya menyediakan sarang semut yang sangat berlimpah.
"Sarang semut ini kekuatan alam yang disediakan oleh Tuhan. Kami sangat beruntung," kata Mama Emeliana.
Dalam kelompok usaha ini, para pekerja dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, ada yang kelompok pencari bahan baku berupa sarang semut, ada kelompok produksi.

Kolaborasi Bersama

Suku Marori Manggey yang mendiami kawasan Taman Nasional Wasur Merauke menjadi salah satu suku yang hampir punah.
ADVERTISEMENT
Jumlah Suku Marori Manggey sampai saat ini tersisa 500-an orang dan hidup berpindah tempat, mengandalkan sumber daya alam di hutan Wasur.
"Kawasan Wasur menjadi sumber penghidupan mereka. Tidak heran, sebagian dari wilayah taman nasional wasur yang berbatasan dengan negara Papua Nugini merupakan hutan (dusun) milik suku ini," kata Agus Candra, Peneliti Bidang Manajemen Ekonomi Universitas Musamus (Unmus) Merauke, Sabtu (23/10).
Teh celup sarang semut asli dari Taman Nasional Wasur Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
Kekayaan alam Wasur melimpah dan perlu pendampingan dan kemauan untuk memajukan ekonomi masyarakat Suku Marori.
"Minyak kayu putih, ikan gabus hingga sarang semut menjadi kekayaan alam yang disediakan di Taman Wasur. Ini semua bisa dikelola menjadi produk modern yang mampu bersaing dengan produk lain," kata Agus Candra.
Dengan pengelolaan dan pemanfaat sumber daya alam, Suku Marori telah memiliki kelompok usaha pengolahan teh celup sarang semut.
ADVERTISEMENT
Ide pembuatan teh celup dari bahan utama sarang semut muncul ketika melihat sarang semut banyak dijual dalam bentuk potongan dengan harga relatif murah. Apalagi sarang semut sangat banyak dan mudah ditemui pada hutan dusun Suku Marori.
Alhasil, Universitas Musamus bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Wasur (BTNW) melakukan pendampingan kepada kaum perempuan Suku Marori untuk pembuatan teh celup sarang semut.
"Kami (Unmus) kolaborasi dengan BTNW, sebab Suku Marori berada di Taman Nasional Wasur," tambahnya.

Minuman Herbal

Ketua Kelompok Usaha Nduger penghasil teh celup sarang smut. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
Untuk membuat teh celup sarang semut, pertama yang dilakukan adalah sarang semut dipotong tipis-tipis, lalu dikeringkan dengan suhu tertentu.
"Sarang semut ini saat dikeringkan tak boleh terlalu kering atau basah. Karena khasiatnya bisa hilang. Jadi, harus disimpan pada suhu yang sudah ditentukan," jelas Emiliana.
ADVERTISEMENT
Setelah dikeringkan, sarang semut lalu dihaluskan dengan cara diblender, lalu dimasukan ke dalam kantong teh dan dibumbui sepucuk bunga melati.
"Sarang semut yang digunakan asli dari Taman Wasur Merauke. Sementara pucuk bunga melati didatangkan dari luar Papua," jelasnya.
Dalam pembuatan teh celup sarang semut, semua pekerja wajib mengikuti standar kebersihan yakni menggunakan alat pelindung diri. Misalnya menggunakan sarung tangan, penutup kepala, hingga kain penutup badan.
"Kami melarang mama-mama makan pinang di saat sedang bekerja. Sebelum kerja, mama-mama juga diwajibkan menyikat giginya. Kebanyakan mama di Merauke makan pisang dan semua kebersihan ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk. Setelah selesai bekerja, barulah bisa kembali mengunyah pisang," katanya.

Berkah PON XX Papua

Teh celup herbal sarang semut produksi kelompok usaha Nduger, kini diburu pembeli. Teh celup sarang semut diyakini mampu mengobati penyakit kanker, asam urat, asma dan lainya.
ADVERTISEMENT
Teh celup sarang semut produk Nduger dijual pada 3 agen khusus. Teh herbal ini juga sudah merambah ke luar Kota Merauke.
"Saat PON kemarin, produk kami paling banyak diminati tamu dari luar Merauke. Penjualan kami bisa mencapai 1.600 pak dengan harga per pak Rp 25 ribu berisi 20 kantong teh celup," katanya.
Pembagian keuntungan penjualan teh celup dibagi kepada mama-mama yang bekerja sesuai dengan daftar kehadiran masuk kerja.
Kini, Mama Emiliana yang merupakan Suku asli Marori tak lagi hidup berpindah tempat setelah tekun menjalani usaha rumahan teh celup herbal sarang semut.
"Kami bersyukur tak lagi masuk hutan untuk mencari makan. Sekarang sudah ada tempat usaha tetap yang mampu membantu ekonomi keluarga," kata Emiliana senang.
ADVERTISEMENT