news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Jatuh Bangun Bisnis Temasek Holdings

Ruslan Effendi
Pengamat anggaran negara dan BUMN. Lulusan S3 Akuntansi UGM.
5 Maret 2025 10:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ruslan Effendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Temasek Holdings, perusahaan investasi milik pemerintah Singapura, telah mengalami perjalanan yang penuh liku dalam mengelola portofolio investasinya. Didirikan pada tahun 1974, Temasek bertujuan untuk mengelola aset negara dengan efisien dan berkelanjutan. Pada awal pendiriannya, Temasek mengelola sekitar 35 perusahaan dengan total nilai kapitalisasi sekitar S$354 juta. Seiring waktu, Temasek berhasil membangun reputasi sebagai salah satu sovereign wealth fund terkemuka di dunia, dengan portofolio yang terdiversifikasi di berbagai sektor, termasuk keuangan, teknologi, dan energi. Saat ini, kapitalisasi investasinya telah berkembang secara signifikan, mencapai S$382 miliar per 31 Maret 2023, dengan lebih dari 370 perusahaan di berbagai industri. Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus.
ADVERTISEMENT
Sejarah Kegagalan Investasi Temasek Holdings
1. Krisis Keuangan Global (2008-2009): Merrill Lynch dan Bank of America
Temasek berinvestasi di Merrill Lynch sebelum krisis keuangan 2008. Ketika krisis terjadi, Merrill Lynch terpaksa diakuisisi oleh Bank of America. Sebagai bagian dari akuisisi tersebut, Temasek menerima saham Bank of America. Namun, nilai saham tersebut turun drastis setelah akuisisi, menyebabkan kerugian besar bagi Temasek. Pada Mei 2009, Temasek akhirnya menjual sahamnya di Bank of America dengan kerugian signifikan.
2. Investasi di Barclays dan Skandal LIBOR (2012-2013)
Temasek juga memiliki saham di Barclays, yang terlibat dalam skandal manipulasi suku bunga LIBOR pada 2012. Meskipun Barclays tidak mengalami kerugian sebesar Merrill Lynch atau Bank of America, skandal ini merusak reputasi bank dan berdampak negatif pada nilai investasi Temasek.
ADVERTISEMENT
Pada 2020, Temasek berencana mengakuisisi mayoritas saham Keppel Corporation senilai US$3 miliar. Namun, rencana ini dibatalkan setelah Keppel melaporkan kerugian kuartalan yang signifikan, yang memenuhi klausul perubahan material merugikan dalam perjanjian akuisisi. Hal ini menyebabkan Temasek mengalami kegagalan dalam upaya ekspansi strategisnya.
4. Merger Sembcorp Marine dan Keppel Offshore & Marine (2022)
Pada April 2022, Sembcorp Marine dan unit offshore dan marine Keppel Corp sepakat untuk merger senilai S$8,7 miliar. Kedua perusahaan ini mengalami kerugian selama bertahun-tahun akibat penurunan industri dan pandemi COVID-19. Akibatnya, nilai investasi Temasek di kedua perusahaan ini tergerus secara signifikan.
5. Investasi di eFishery (2018-2024)
Investasi Temasek di eFishery, sebuah startup akuakultur asal Indonesia, juga mengalami kerugian besar. Perusahaan ini awalnya dilaporkan mencetak keuntungan, tetapi investigasi kemudian menemukan bahwa eFishery telah menggelembungkan pendapatannya hingga hampir 600 juta dolar AS. Lebih dari 75% angka yang dilaporkan ternyata palsu, menyebabkan Temasek dan investor lainnya mengalami kerugian ratusan juta dolar AS.
ADVERTISEMENT
6. Kebangkrutan Bursa Kripto FTX (2022)
Salah satu investasi yang paling disorot adalah investasi Temasek di bursa kripto FTX. Bursa ini mengalami kebangkrutan pada tahun 2022, menyebabkan Temasek kehilangan sekitar 275 juta dolar AS. Kerugian ini menimbulkan pertanyaan besar terkait analisis risiko yang dilakukan sebelum investasi, serta keputusan untuk terlibat dalam sektor yang sangat volatil seperti kripto.
Pada tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2023, Temasek melaporkan kerugian bersih sebesar 7,3 miliar dolar Singapura (sekitar Rp82,91 triliun). Kerugian ini merupakan yang terburuk dalam tujuh tahun terakhir, disebabkan oleh inflasi tinggi, risiko geopolitik, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang menekan pasar keuangan secara keseluruhan.
Keberhasilan Temasek di Tengah Tantangan
Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan kerugian besar, Temasek juga berhasil mencetak keuntungan dari investasi di sektor teknologi dan industri berkembang lainnya. Keputusan untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan terkemuka seperti Alibaba dan Tencent telah memberikan imbal hasil yang positif, membantu Temasek tetap relevan di pasar global yang kompetitif. Jatuh bangun Temasek Holdings mencerminkan dinamika pasar yang selalu berubah serta risiko yang melekat dalam investasi global. Meskipun beberapa keputusan investasi telah menyebabkan kerugian besar, kemampuan Temasek untuk beradaptasi dan belajar dari kesalahan tetap menjadi kunci keberlanjutannya sebagai salah satu sovereign wealth fund terbesar di dunia.
Empat pilar untuk strategi T2030 sumber: https://www.temasek.com.sg
Menatap Masa Depan: Strategi T2030 dan Transformasi Temasek
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, Temasek Holdings telah merumuskan Our T2030 Strategy sebagai peta jalan untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan resilien. Strategi ini berakar pada tujuan utama Temasek: So Every Generation Prospers, yang menegaskan komitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Strategi T2030 Temasek berlandaskan pada empat pilar utama:
Temasek menargetkan investasi yang tidak hanya tahan terhadap guncangan eksternal dan volatilitas pasar, tetapi juga mampu menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Temasek mengintegrasikan prinsip keberlanjutan, baik dalam operasional perusahaan, pengelolaan portofolio, maupun keterlibatan dengan perusahaan investasinya agar dapat membangun bisnis yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial.
ADVERTISEMENT
Temasek memanfaatkan teknologi seperti Kecerdasan Buatan (AI), Blockchain, Keamanan Siber, Data & Digitalisasi, serta solusi berkelanjutan guna meningkatkan nilai dan daya saingnya di pasar global.
Temasek berfokus pada pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapabilitas organisasi agar tetap adaptif dan inovatif.
Keempat pilar ini didukung oleh tiga enabler utama: organisasi yang terhubung secara luas (networked organisation), modal yang bersifat katalitik (catalytic capital), serta budaya perusahaan yang berbasis nilai dan tujuan (purpose-driven culture). Dengan fondasi ini, Temasek berupaya menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, baik dalam aspek keuangan, sosial, maupun lingkungan.