Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Yana Zein dan Sepotong Kisah di Hari Pemakamannya
3 Juni 2017 11:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Cerita ini berawal di hari Rabu (31/5) malam. Seperti biasa aku baru saja menyelesaikan tugas peliputanku di hari itu dan berniat untuk segera pulang ke rumah. Malam itu, Jakarta tidak begitu ramai dari biasanya. Ya, mungkin sebagian masyarakat memilih untuk beristirahat sejenak sambil berbuka puasa.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, aku pun memilih bergegas pulang dengan menggunakan jasa transportasi commuter line. Sebelumnya, perkenalkan namaku Rika, aku adalah seorang jurnalis di bidang entertainment yang bekerja di sebuah kantor media yang bernama kumparan (kumparan.com). Hari-hariku terbiasa dihabiskan di luar kantor, untuk mengejar agenda-agenda liputan di setiap sudut kota Jakarta. Melelahkan? Pasti, namun ini pekerjaan yang cukup menyenangkan.
Seperti biasanya, dalam perjalanan pulangku di Rabu malam itu, aku selalu memainkan handphone milikku. Entah untuk membuka media sosial atau membuka pesan-pesan dalam aplikasi messenger. Kala itu, sekitar pukul 21.30 WIB notifikasi di handphone ramai dengan obrolan di grup liputan. Meski awalnya malas membuka obrolan yang sudah cukup panjang itu, namun rasa penasaranku tiba-tiba muncul.
ADVERTISEMENT
Saat kubuka, setiap kata dan kalimat aku baca pelan-pelan. Sampai pada sebuah kalimat broadcast yang menyebutkan kabar bahwa Yana Zein meninggal dunia.
"Innaillahi wainnalilahi rojiun, telah berpulang kerahmatullah dengan tenang Yana Zein jam 21.00 wib mohon dimaafkan segala dosanya dan dikuatkan anak-anak dan ibunya semoga tabah dan sabar, amiin yra," isi broadcast tersebut.
Sontak kabar itu membuatku tercekat. Di tengah kepanikan, aku berusaha mencari tahu kebenaran berita itu. Sampai akhirnya, aku mengetahui kalau kabar tersebut adalah hoax.
"Duh, tega benar yang menyebarkan kabar itu," batinku.
Namun, malam itu, Yana dinyatakan koma di RS Mayapada, Jakarta Selatan. Hal tersebut berdasarkan dari informasi yang diberikan oleh ibunda Yana, Swetlana Zein. Aku pun sudah mempersiapkan diri untuk ditugaskan ke rumah sakit itu, mengingat di hari Kamis (1/6) adalah giliranku untuk piket di tanggal merah.
ADVERTISEMENT
Maklum aku seorang jurnalis yang punya tuntutan pekerjaan meskipun di tanggal merah.
[BacaJuga: Pesan Yana Zein untuk Anaknya Sebelum Meninggal ]
Di hari Kamis, awalnya aku masih sedikit santai mengingat jadwal liputan yang diberikan editorku tentang konferensi pers, terkait kondisi terkini Yana akan berlangsung pukul 13.00 WIB.
Tapi kondisi berubah saat aku melihat banyaknya notif pesan di handphone-ku. Lagi-lagi aku mendapatkan morning surprise, tentang Yana Zein. Yana dikabarkan telah tutup usia pada pukul 01.05 WIB dini hari.
Hal tersebut langsung membuatku beranjak dari kasur dan buru-buru mempersiapkan diri untuk liputan. Aku melaju menggunakan mobil dengan kecepatan 120 km per jam, alhasil Bekasi-RS Mayapada hanya kutempuh dalam waktu 30 menit. Bukan main ngebutnya karena memang aku tidak mau kehilangan momen tersebut.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di RS Mayapada, sudah ramai teman-teman media yang lain yang sedang menunggu statement dari keluarga. Tepat pukul 13.00 WIB, keluarga pun keluar dan memberikan keterangan atas meninggalnya Yana Zein. Keterangan tersebut diberikan oleh ibunda Yana, kedua puteri Yana, dan sahabat terdekat Yana.
[Baca Juga: Mendiang Yana Zein Akan Dimakamkan Secara Islam ]
Sambil menunggu keluarga membereskan seluruh administrasi rumah sakit dan mengurus jenazah, tiba-tiba sebuah kabar merebak luas di kalangan wartawan. Kabar menyebutkan, Yana masih berada di ruang jenazah, dan belum dimandikan. Keluarga Yana disebut-sebut mengalami kesulitan untuk mengurus jenazah lantaran perekonomian mereka yang menyusut drastis untuk biaya pengobatan Yana semasa hidupnya.
Aku pun sampai ngebatin, "Ya Allah, kasihan banget Yana Zein," ucapku dalam hati.
ADVERTISEMENT
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya jenazah Yana bisa disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit Fatmawati. Aku pun memilih untuk meninggalkan kendaraanku di RS Mayapada dan nebeng dengan salah satu reporter media online lainnya.
Sesampainya di rumah duka, lagi-lagi aku terkejut saat melihat jenazah Yana yang berada dalam peti jenazah. Sesaat pikiranku melayang di hari saat kepulangan Yana ke Indonesia setelah berobat dari China. Kebtulan aku yang liputan dan aku ingat sekali saat Yana ditanya soal rencana untuk berhijab.
"Saya mau mendekatkan diri ke Tuhan, kalau berhijab saya belum siap. Intinya saya berusaha jadi manusia yang sebaik-baiknya," kata Yana saat itu
ADVERTISEMENT
Lalu, kenapa sekarang Yana disemayamkan secara Kristen? Pikirku saat itu.
Pandanganku masih terus tertuju pada kotak persegi panjang berwarna putih. Jenazah ibu dua anak itu disemayamkan di dalam peti mati berwarna putih. Yana juga terlihat cantik mengenakan kebaya brokat berwarna broken white lengkap dengan wig cokelat.
Di sisi peti, kedua anaknya, Aurelia Callista Carilla dan Alika Pandora Salvine bersama nenek mereka, Swetlana Zein, setia mendampingi jenazah Yana. Bahkan, kedua anak pemain sinteron 'Tersanjung' itu terlihat berusaha untuk menguatkan dan menghibur nenek mereka.
Hari itu memang cobaan terberat bagiku, selain liputan yang akan memakan waktu cukup lama, godan-godaan untuk membatalkan puasa juga datang dari teman-teman. Namun, aku bertahan untuk terus puasa sampai waktu berbuka.
ADVERTISEMENT
Para pelayat pun terus berdatangan. Beberapa rekan artis juga terlihat menyambangi rumah duka dengan mata sembap dan raut wajah yang penuh kesedihan. Salah satunya, Andi Soraya.
"Aku kaget karena tiba-tiba dapat berita sangat mengejutkan. Aku pikir, ini enggak mungkin terjadi. Kita pikir, Yana sudah sembuh. Aku juga dapat kabar dari Lingga Suri. Pas aku telepon, dia sudah di rumah duka," ungkap Andi.
Liputan kepergian Yana pun berakhir tepat di saat adzan magrib berkumandang. Aku dan beberapa rekan media langsung bergegas untuk mencari buka puasa.
Setelah itu rumah duka kembali diramaikan dengan para pelayat, salah satunya Diva Indonesia, Krisdayanti. Ia datang untuk memberikan penghormatan terakhir untuk Yana. Tak hanya itu, ia pun memasangkan bulu mata palsu untuk Yana.
ADVERTISEMENT
Malam pun semakin larut. Aku memilih kembali untuk pulang dan beristirahat. Hari esok menantiku dengan proses pemakaman Yana.
Hari Jumat (2/6) pagi, aku sudah kembali berada di rumah duka RS Fatmawati. Tugasku agak ringan karena hari ini kumparan menurunkan dua reporter untuk tugas peliputan Yana. Sesampai di rumah duka, aku langsung bergabung dengan rekan media lainnya yang sama-sama menunggu prosesi pemakaman.
Siang itu, sebelum pemakaman, akan diadakan ibadah tutup peti. Namun semua rencana yang telah disusun keluarga harus tertunda, lantaran tiba-tiba ada seorang bapak paruh baya yang ribut-ribut di halaman rumah duka.
Hal tersebut tentu menarik perhatianku dan awak media lainnya. Kami pun mendekat untuk melihat secara jelas.
ADVERTISEMENT
Saat itu, aku melihat ibunda Yana Zein sedang adu mulut dengan seorang bapak-bapak--yang akhirnya kuketahui bahwa beliau adalah ayah kandung Yana Zein--
Bapak itu adalah Nurzaman Zein. Ia datang untuk menolak proses pemakaman puterinya secara Kristen. Nurzaman menegaskan kalau sampai akhirn hayatnya, bintang film 'Susuk Pocong' itu bergama islam.
"Saya memberikan informasi atas nama anak saya namanya Suryana Nurzaman zein. Saya adzankan telinga dia (waktu lahir) dan saya ajarkan dia puasa dan mengaji. Kalau anak saya meninggal masuk Kristen itu nihil, saya ke sini datang dari Sumatera langsung ke sini, niat saya untuk mengembalikan anak saya dari Kristen menjadi Islam," tegas Nurzaman dengan nada tinggi.
Perdebatan semakin sengit saat ibunda Yana menunjukkan bukti KTP, bahwa Yana pemeluk agama Kristen. Bahkan ia mengutarakan pesan terakhir dari sang anak.
ADVERTISEMENT
"Waktu sakit keras, Yana bilang 'tolong kalau ada apa-apa, saya mau dikuburkan secara Kristen'. Agama semua sama, saya kira Yana berhak memilih. Yana juga ada tanda tangan sendiri kalau dia jadi Kristen," ungkap Swetlana.
Ia juga kembali mengungkit masalah Nurzaman yang pergi meninggalkan dirinya sejak Yana masih kecil.
"Bapak Nurzaman ini menikah dengan saya di Moskow dan tidak diributkan masalah agama. Setiap manusia punya pilihan hati, Islam apa Kristen. Dalam hal itu Yana pada (saat) itu ditinggalkan. Sejak Yana pas kelas 1 SMP sudah ditinggalkan. Jadi (saat) papa tinggalkan kami sekian lama, tidak mengirim satu sen pun. Papa enggak boleh berbohong," ungkapnya.
Dengan suasana semakin panas, lagi-lagi aku pun ngebatin, "Kasihan Yana Zein, sudah meninggal saja masih diributin."
ADVERTISEMENT
Ibadah penutupan peti yang sedianya dilaksanakan sejak pukul 11.00 WIB sebelum jenazah Yana dimakamkan di TPU Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, harus tertunda.
Kala itu aku melihat suasana semakin memanas. Jeris histeris ibunda Yana terdengar keluar ruangan. Jeritan itu bersamaan dengan lantunan ayat suci Al-Quran dari ayah Yana. Jujur, aku sampai gemetar mendengar hal tersebut. Rasa sedih campur takut pun merasuki hatiku.
Keluarga akhirnya memilih untuk berunding. Ibunda Yana mencoba untuk tegar saat keluarga memutuskan untuk memakamkan Yana secara islam. Jenazah Yana kembali dibawa keluar ruangan untuk dimandikan kembali dan dibungkus kain kafan.
Saat itu hanya ayah Yana, sahabat yana, Lingga dan pesinetron Ayu Azhari yang memandikan jenazah.
ADVERTISEMENT
"Iya mandiin perwakilin keluarga aja, kan mamanya Yana engga bisa, jadi ya udah aku aja yang mandiin," ujar Ayu.
Saat memandikan mendiang Yana, Ayu melihat wajah Yana begitu bersih dan tidak tampak seperti orang telah meninggal.
"Saya lihat wajahnya kayak enggak sakit, bersih, tenang banget," lanjutnya.
Setelah dimandikan dan dibungkus kain kafan, jenazah langsung dibawa dengan iring-iringan mobil jenazah ke TPU Gandul di Cinere, Depok.
Saat itu aku bersama rekan media lainnya naik motor untuk membuka dan megawal mobil ambulans sampai ke TPU Gandul. Namun, sebelum ke TPU, terlebih dulu jenazah dibawa ke masjid untuk disalatkan.
Awalnya jenazah dibawa ke masjid Baiturrahman. Dengan bantuan dari rekan-rekan media, keranda jenazah digotong bersama-sama ke dalam masjid. Namun usia disalatkan ternyata ada salah komunikasi. Harusnya jenazah Yana disalatkan di masjid Jami Persatuan Cinere.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, jenazah Yana kembali dibawa ke masjid Jami Persatuan Cinere dan disalatkan untuk kedua kalinya. Setelah itu dengan iringan doa, jenazah Yana langsung dibawa ke TPU Gandul.
Dengan iringan doa dan isak tangis keluarga, Yana dimasukkan ke liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya.
Meski awalnya kedua anak Yana, terllihat tegar saat bediri d pinggir makam ibunya, namun tangis itu pecah juga saat jenazah ibunya di turunkan ke liang lahat.
Dari kejauhan, aku melihat sosok ibunda Yana, yang hanya duduk di belakang rombongan keluarga. Dengan tatapan penuh kesedihan, matanya terpaku pada liang lahat anak tercintanya.
Pemakaman pun selesai pada pukul 17.30 WIB, awak media pun mulai satu persatu meninggalkan makam Yana Zein. Setiap langkah pun aku selalu mendoakan Yana Zein semoga mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya.
ADVERTISEMENT
Selamat Jalan, Yana Zein.