Muncul Lumpur Membentuk Pulau Baru Usai Gempa Maluku, Ini Kata Ahli

Konten Media Partner
11 Januari 2023 11:08 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemunculan tumpukan lumpur bercampur batu karang membentuk pulau di permukaan laut Desa Teniman, Wuarlabobar, Kepulauan Tanimbar, Maluku. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kemunculan tumpukan lumpur bercampur batu karang membentuk pulau di permukaan laut Desa Teniman, Wuarlabobar, Kepulauan Tanimbar, Maluku. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Warga Desa Teniman, Wuarlabobar, Kepulauan Tanimbar, Maluku, gempar dengan kemunculan tumpukan lumpur bercampur batu karang membentuk pulau di permukaan laut.
ADVERTISEMENT
Menurut warga, fenomena tersebut pasca gempa bumi magnitudo 7,5 yang terjadi pada Selasa (10/1) sekitar pukul 02.47.34 WIT.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara, Deddy Arief, mengatakan peristiwa tersebut merupakan fenomena alam biasa.
"Secara geologi namanya uplift. Jadi ada semacam tekanan atau gaya angkat dari bawah," ucap Deddy kepada cermat, Rabu (11/1).
Deddy bilang, munculnya lumpur di permukaan laut disebabkan tabrakan lempengan. "Jadi secara geologi itu normal," jelasnya.
Tapi patut diwaspadai. Karena Indonesia adalah market bencana alam. "Terutama Halmahera, Maluku Utara," ungkapnya.
Di Halmahera, kata Deddy, terdapat tiga lempeng yang bekerja secara aktif. "Itu harus dikontrol penuh," tandasnya.
Bagi Deddy, pemerintah harus menerapkan mitigasi bencana yang benar. Terutama Kota Ternate sebagai pulau kecil dengan populasi yang tinggi.
ADVERTISEMENT
"Sudah saatnya penataan ruang di Malut berbasis mitigasi disertai riset. Karena dokumen kebencanaan Ternate sudah expired," ujarnya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menambahkan fenomena di Desa Teniman, diistilahkan mud volcano atau gunung lumpur.
"Mud volcano terkadang muncul di permukaan sesaat pasca gempa kuat," jelas Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima cermat.
Secara fisik, sambung Daryono, tekanan di dalam lapisan kulit Bumi terakumulasi ketika cairan dan gas bawa tanah tidak dapat keluar karena terjebak lapisan sedimen.
"Di situ terjadi overpressure jika ditekan oleh gaya tektonik, atau karena ada guncangan gempa kuat sebagai input motion," jelasnya.
Ia menjelaskan, gempa memberi tekanan pada lapisan plastis di bawahnya. Ketika tekanan di lapisan yang lebih dalam mengendur, tekanan menyebar ke luar.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya terbentuk gunung lumpur ketika cairan dan gas dalam Bumi menemukan jalan keluar ke permukaan melalui rekahan batuan akibat gempa kuat," terangnya.
Selanjutnya, material lunak tersebut secara perlahan bergerak ke atas rekahan, membawa material lumpur membentuk gunung lumpur.
Tapi pada umumnya gunung lumpur tersebut akan hilang dengan sendirinya. "Kemunculan pulau baru pasca gempa semacam ini sudah pernah terjadi," ungkapnya.
Seperti gempa Ormara, Makran, Magnitudo 8,1 pada 28 November 1945, gempa Niikappu, Jepang Magnitudo 8,6 pada 4 Maret 1952, gempa Gobi Altay, Mongolia Magnitudo 8,3 pada 4 Desember 1957.
Kemudian gempa Kandewari, Pakistan Magnitudo 7,7 pada 26 Januari 2001, gempa Andaman Magnitudo 9,2 pada 26 Desember 2004, dan gempa Gwadar, Pakistan Magnitudo 7,7 pada 24 September 2013.
ADVERTISEMENT