Konten dari Pengguna

Zaman Hidup, Alam Semesta Mati

Christine Septianing Ekaputri Prabowo
(Undergraduate Student of Semarang State University) Mengarungi samudera kata, merajut konservasi alam dalam setiap benang kalimat.
23 Mei 2024 10:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Christine Septianing Ekaputri Prabowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perbandingan Alam Asri dengan Alam yang Tergerus Perkembangan Zaman. Image by Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perbandingan Alam Asri dengan Alam yang Tergerus Perkembangan Zaman. Image by Shutterstock.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika seseorang bertanya pada dirinya sendiri, “Bagaimana saya ada?’’ dalam kaitannya dengan alam semesta dan menjawab, ‘‘Saya ada entah bagaimana!” Dengan alasan seperti itu, manusia hanya akan menghabiskan hidupnya tanpa memikirkan alam semesta. Namun, dengan mengenal Penciptanya, manusia akan berusaha memahami tujuan untuk apa dirinya “diciptakan”.
ADVERTISEMENT
Semakin modern dan canggih ilmu pengetahuan, semakin maju siklus waktu dan semakin beragamnya masyarakat. Manusia harus benar-benar memahami apa yang harus dilakukannya dan menggunakan akal sehatnya untuk mencapai kebaikan.
Transformasi hampir seluruh wilayah menjadi kota metropolitan menimbulkan adanya tuntutan akan gaya hidup yang semakin tinggi. Inovasi tak terbatas dilakukan secara membabi buta untuk mengejar kepuasan ego pribadi hingga menghempaskan alam semesta. Manusia tidak hanya merampas haknya sendiri, tetapi juga dengan gegabah mengambil sumber daya alam yang seharusnya menjadi hak juga bagi tumbuhan dan hewan, bukan hanya demi kepentingan duniawi semata.
Sebelum zaman hidup seperti sekarang, hubungan manusia dengan alam semesta lebih harmonis dan berkelanjutan. Alam semesta tersebut berkaitan dengan seluruh makhluk hidup yang tinggal bersama manusia. Manusia hidup dalam keseimbangan dengan lingkungan sekitarnya, bergantung pada alam untuk kebutuhan hidup dengan memahami pentingnya menjaga kelestarian alam, dan memperlakukan tumbuhan serta hewan dengan rasa hormat. Bagaimana ketergantungan manusia yang saling membutuhkan dengan elemen-elemen alam semesta?
ADVERTISEMENT

Hubungan Manusia dengan Alam

Ilustrasi Manusia dan Tumbuhan. Image by Shutterstock.
Hubungan interaksi manusia dengan tumbuhan sangat penting dalam menjaga alam semesta ini karena memiliki dampak penting bagi keberlangsungan lingkungan. Tumbuhan tidak hanya memberikan sumber daya vital seperti makanan dan obat-obatan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam menjaga ekosistem dan keseimbangan atmosfer melalui fotosintesis. Namun, aktivitas manusia seperti deforestasi dan polusi telah mengancam kelangsungan hidup tumbuhan dan keragaman hayatinya.

Hubungan Manusia dengan Hewan

IlustrasI Manusia dan Hewan. Image by Shutterstock.
Hubungan interaksi manusia dengan hewan juga merupakan hubungan kompleks yang tak terpisahkan. Hubungan manusia dan hewan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama:
ADVERTISEMENT
Namun, belakangan ini, keegoisan manusia berujung pada pemanfaatan hewan tanpa empati semakin marak terjadi. Kasus-kasus penganiayaan hewan menjadi sebuah urgensi yang sangat membahayakan ekosistem.

Keharusan Manusia dalam Menjaga Alam Semesta

Ilustrasi Manusia Bersama Menjaga Bumi beserta Alamnya. Image by iStock.
Di tengah kehidupan yang semakin maju, diperlukan adanya kesadaran sebagai manusia untuk memahami bahwa alam semesta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Alam semesta merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan begitu pun sebaliknya. Keduanya saling melengkapi dan akan mengalami ketidakseimbangan ketika salah satunya tidak ada. Kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup tidak boleh menjadi semakin kecil. Manusia memiliki tanggung jawab yang besar untuk melestarikan alam semesta agar zaman kehidupan terus hidup berdampingan dengan alam yang tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini, interaksi manusia dengan lingkungan telah mencapai tahap di mana tindakan kita sangat berdampak terhadap ekosistem yang rumit dan rapuh. Perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan bahka polusi adalah tantangan nyata yang kita hadapi. Ketidakseimbangan akan semakin terasa jika tidak adanya kesadaran bahwa kita manusia dan makhluk hidup saling bergantung dalam jaringan kehidupan.
Hubungan manusia dan alam semesta tidak boleh hanya menimbulkan sebuah hubungan parasitisme. Manusia dan alam semesta harus menjadi sebuah hubungan mutualisme sebagaimana keduanya saling membutuhkan. Sebagai manusia yang berakal budi, hendaknya kita dapat menciptakan hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang dengan alam. Berikut adalah penjelasan lebih lanjutnya:
ADVERTISEMENT
Meskipun alam memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri, tindakan manusialah yang membuatnya kehilangan kapabilitas tersebut. Oleh karena itu, di masa kini, kita harus memastikan bahwa alam semesta juga tetap hidup seiring dengan kehidupan manusia yang semakin hidup agar ketidakseimbangan yang fatal seperti kepunahan manusia tidak terjadi.