Mata Air Cipantan, Majalengka, Benilai Sejarah dan Mitos

Konten Media Partner
3 Oktober 2020 10:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan menikmati kesejukan di mata air Cipantan, Kabupaten Majalengka. (Oki Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan menikmati kesejukan di mata air Cipantan, Kabupaten Majalengka. (Oki Kurniawan)

Ciremaitoday.com, Majalengka - Belum banyak yang tahu jika di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, ada sumber mata air yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda, yang hingga kini masih berfungsi dengan baik.

ADVERTISEMENT
Sumber air alam tersebut dikenal dengan nama mata air Cipantan yang berada di Dusun Cigowong, Desa Ganeas, Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Meski bangunannya tua dan belum pernah dilakukan perbaikan, tapi sumber mata air tersebut berfungsi dengan baik hingga sekarang, termasuk untuk kebutuhan irigasi sawah.
ADVERTISEMENT
Mata air yang ada di dalam bangunan menyerupai kolam yang mengeluarkan air sangat jernih, bahkan saking jernihnya dari kejauhan warna air tampak kehitam-hitaman. Kedalaman genangan air hanya sekitar satu meter dengan luas kolam hanya sekitar 3×4 meter. Tapi sensasi kesejukannya sudah dapat dirasakan.
Mata air Cipantan, Kabupaten Majalengka. (Oki Kurniawan)
Selain mengairi sawah dan kebutuhan masyarakat. Mata air ini menjadi kolam pemandian yang ramai dikunjungi wisatawan karena bernilai sejarah, juga magis.
Menurut cerita warga sekitar, mata air Cipantan merupakan air tembusan dan dari Situ Sangiang. Mitos yang berkembang di masyarakat, dahulu ada orang yang tenggelam di Situ Sangiang dan ditemukan di mata air Pantan, Cigowong. Keterangan lain menyebutkan mata air itu muncul akibat dari aktivitas penambangan pasir.
ADVERTISEMENT
Namun menurut pemerhati sejarah Grup Majalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana atau biasa disapa Kang Naro, saluran air Cipantan dibangun sekitar tahun 1930-an, atau pada era R.M.A Suriatanudibrata (1922-1944) yang merupakan Bupati Majalengka pada waktu itu.
"Mata air ini dibangun Belanda untuk dihadiahkan kepada Ratu Wilhelmina di hari ulang tahunnya. Bukan hanya itu, di Cipantan juga terdapat terowongan air bawah tanah yang panjangnya mencapai 150 meter dan dibangun karena longsornya bukit sekitar mata air Cipantan," ujar Kang Naro.
Untuk berkunjung ke mata air Cipantan, Anda harus menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari pusat kota Majalengka. Dari pusat kota bisa menggunakan jalur Majalengka-Kuningan.
Setelah berada di Alun-Alun Talaga belok kiri sekitar 10 kilometer, disarankan bertanya kepada penduduk sekitar karena akses jalan yang rumit dan minim petunjuk jalan.
ADVERTISEMENT