Konten dari Pengguna

Jangan Lewatkan Peluang Ini

Muflih Syamil
Mahasiswa fakultas Psikologi UIN Jakarta
2 Desember 2022 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muflih Syamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Sejak dulu TV adalah suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat. Tersiar di dalamnya berita-berita baik dari dalam ataupun luar negeri. Ada tayangan-tayangan hiburan yang ramah anak. Ada juga tayangan yang menambah edukasi dan wawasan masyarakat. Tak luput juga channel olahraga yang sangat diminati oleh banyak kalangan masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dulu TV hanya ada di pos-pos ronda, yang akan menjadi sangat ramai ketika ada pertandingan bola, ditambah lagi klub kesayangannya tanding pada saat itu juga. Di sore harinya banyak anak-anak berkumpul untuk menyaksikan tayangan kartun sambil bermain bersama. Ibu-ibu pun juga tak mau ketingalan, mereka terkadang berkumpul untuk menonton serial sinetron atau acara gosip sambil saling berbagi cerita.
Seiring berjalannya waktu, masing-masing dari keluarga pun memiliki TV sendiri. Akhirnya semua memiliki hiburan yang bisa diatur mandiri. Tak perlu ada rebutan remote atau channel TV. Dan ini menyebabkan sebuah batas antar keluarga, bahkan anak-anak sudah jarang terlihat lagi di lapang terbuka.
Dan sebuah kejadian tak terduga terjadi, tahun 2022, Ketika TV digital hadir di tengah-tengah kita.
ADVERTISEMENT
Tahun 2022, terdengar suara tangis anak-anak di kampung. Dikarenakan kartun yang mereka tunggu-tunggu setiap paginya hilang dari TV digantikan dengan tayangan Infinity war antara semut hitam dan putih. Ibu-ibu yang menunggu acara gosip mau tidak mau harus berpuasa. Bapak-bapak dan para penggemar bola harus memutar kepala untuk bisa menyaksikan piala dunia bersama. Semua ini tidak lain karena munculnya TV digital yang ‘mematikan’ TV analog di kampung itu.
Kementrian Komunikasi dan Informasi telah mrencanakan untuk mengganti TV analog dengan TV digital sejak lama. Demi mewujudkan majunya teknologi di indonesia biar tidak ketinggalan dengan negara tetangga. Sejak agustus 2019, pemerintah sudah memulai tahapan implementasi siaran TV digital. Pada tahun 2022 pemerintah mulai melakukan Analog Switch Off (ASO) secara penuh.
ADVERTISEMENT
Kementrian kominfo membagi tiga tahapan ASO untuk beberapa daerah. Tahap pertama pada 30 April 2022 meliputi 56 wilayah siaran di 166 kabupaten dan kota. Tahap kedua dilaksanakan paling lambat 25 Agustus 2022 meliputi 31 wilayah layanan siaran di 110 kabupaten dan kota. Tahap ketiga akan dilaksanakan pada 2 November 2022 meliputi 25 wilayah layanan siaran di 65 kabupaten dan kota. Jika di total ada 112 wilayah layanan siaran di 341 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah implementasi ASO ini.
Bagaimana dengan daerah yang tidak terkena implementasi ASO ini? Menkominfo menjelaskan, untuk wilayah yang tidak tercakup ASO ini akan didorong untuk menggunakan Digitalization broadasting System (DBS). Daerah-daerah tersebut didorong untuk berlangganan siaran TV kabel berbayar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, untuk menunjang program pemerintah dalam mewujudkan TV digital ini dapat dinikmati oleh masyarakat. Pemerintah juga menyediakan Set Top Box (STB) secara gratis kepada masyarakat, terutama masayarakat miskin. Sumber bantuan tersebut berdasarkan penyelenggara multipeskin, atau perusahaan yang menyediakan siaran TV digital terestial, dan dibantu oleh kominfo sebagian. Akan tetapi, tidak semua masyarakat mendapatkan STB dari pemerintah. Kurang lebih seperti itulah yang dilampirkan dalam web resmi kominfo.
Kembali ke kampung tadi.
Ketika saluran TV analog sudah dimatikan maka apa sekiranya yang akan terjadi di masyarakat kampung itu? Pertanyaan ini memungkinkan untuk timbul sebuah sudut pandang negatif maupun positif. Yang pastinya sudut pandang yang dikemukakan haruslah tetap bersifat membangun. Bukan seperti tong kosong nyaring bunyinya.
ADVERTISEMENT
Efek dari matinya TV analog itu banyak. Ada yang negatif dan positif. Karena TV sendiri pun sudah menjadi barang yang hampir primer di masyarakat, walaupun sekarang sudah dimulai ditinggalkan dan digantikan oleh handphone. Akan tetapi, sumber informasi selain koran dan kabar angin bagi masyarakat adalah TV.
Efek negatif dari hilangnya saluran TV analog adalah hilangnya sumber informasi yang paling cepat bagi masyarakat. Kemudian hilangnya sumber wawasan dan edukasi masyarakat. Dan terakhir tertutupnya masyarakat dari keadaan nasional maupun internasional. Itu hanyalah beberapa dari efek negatif hilangnya saluran TV analog.
Kemudian efek positifnya adalah terbukanya peluang untuk merukunkan kembali kehidupan bermasyarakat. Seperti anak-anak yang bermain di luar rumah. Ibu-ibu yang suka ngerumpi bareng lagi di teras-teras rumah. Kemudian bapak-bapak yang berkumpul di pos ronda memainkan permainan catur atau karambol. Tidak hanya itu, hilangnya TV di masyarakat dapat memicu pertumbuhan daya literasi. Kemudian berkembangnya imajinasi anak yang bebas tanpa adanya gambaran sebelumnya. Dan tidak adanya sebuah peng-hipnotisan masyarakat melalui iklan-iklan yang ditayangkan. Tentunya masih banyak efek positif yang hadir. Terutama untuk hidupnya kembali permainan tradisional anak-anak Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada intinya segala hal yang diputuskan oleh pemerintah pastilah ada baik dan juga tidak kalah buruknya. Dari peristiwa hadirnya TV digital dan matinya TV analog kita bisa melihat bahwa adanya peluang bagi genereasi muda untuk melestarikan kembali permainan-permainan tradisional yang dulu juga pernah kita mainkan. Mari kita bersama hidupkan dan lestarikan kembali budaya-budaya bangsa Indonesia. Agar bangsa ini tidak lupa dengan jati dirinya. Semangat Indonesia!