Nyiar Lumar, Berawal dari Kegelisahan untuk Kehangatan Jiwa

Konten dari Pengguna
24 Januari 2018 12:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dang Q tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 1998, tepatnya tanggal 20 Mei bersamaan dengan puncak demontrasi pelengseran penguasa Orde Baru Soeharto, terciptalah sebuah acara gelar budaya yang bertajuk Nyiar Lumar.
ADVERTISEMENT
Nyiar adalah mencari. Lumar itulah jamur cahaya. Perjalanan mencari jamur cahaya, demikianlah arti tersuratnya. Arti tersiratnya tiada lain adalah perjalanan kontemplatif, kembali mendekatkan diri dengan alam, merenungi akar-akar kehidupan, mencari jatining diri agar yakin melangkah kemasa depan.
Kegiatan itu berpusat di situs Surawisesa (Astana Gede) Kawali. Tempat ini kami anggap yang paling mengusung tema, karena disana banyak peninggalan berupa batu tulis, berisi wangsit karuhun, yang masih tetap bermakna untuk bekal mengarungi kehidupan.
Selain itu, tempat ini kami anggap masih cukup alamiah, dengan sawah dan ladangnya, hutan dan sungai-sungainya, yang nantinya akan kami jadikan lahan untuk menggelar berbagai mata acara dalam rangkaian yang padu.
Terciptanya gelar budaya Nyiar Lumar tidak lepas dari pemikiran kami, bahwa seni warisan nenek moyang dan seni Sunda terkini berhak hidup dan berkembang, dihargai semestinya oleh masyarakat luas, di tengah zaman yang serba seperti ini.
ADVERTISEMENT
Sekian lama kami tergoda, memikirkan bagaimana cara setepat-tepatnya untuk menggapai hal itu.
Jawabannya adalah: semua mesti dikembalikan kepada alam, demikian gagasan yang terlintas dalam pikiran kami saat itu. Seni tradisi yang alamiah akan bernapas dan berdenyut ditengah-tengah alamnya. Apabila dicabut dari alam lingkungannya, seni tradisi selalu cenderung kehilangan nuansa dan makna.
Seni Sunda terkini mesti berpijak pada tradisi dan alam, agar keberadaannya memiliki pondasi yang lebih kokoh untuk kelangsungan perkembangannya. Demikian pula manusianya, pencipta dan penikmatnya, yang kadung terkurung di zaman yang serba jauh dari alam, akan merasa nyaman berada di lingkungan yang mungkin telah lama terlupakan.
Untuk gagasan itulah maka kami telah mencoba menggelar tradisi dan seni Sunda terkini dengan berlatarkan alam.
Pada suatu malam, 20 Mei 1998, di situs Surawisesa (Astana Gede) Kawali, hadirin kami ajak bertualang ke dunia bihari yang masih ngancik di kiwari, dengan hidangan berbagai jenis seni Sunda di tengah-tengah alamnya.
ADVERTISEMENT
Kala itu, hadirin yang terdiri dari berbagai kalangan, baik seniman maupun masyarakat kebanyakan, yang datang dari penjuru Pasundan, ternyata menyambutnya dengan sangat antusias. Sungguh lebih dari perkiraan kami semula. Hal yang sama kembali kami lakukan pada di tahun-tahun berikutnya dengan jenjang selama 2 tahun sekali.
Demikianlah, atas dorongan dari berbagai pihak, gelar budaya Nyiar Lumar akan kami gelar kembali pada hari Sabtu, 28 Juli 2018. Hal tersebut tidak lepas dari keyakinan kami bahwa acara seperti ini akan baik pula bagi pengembangan potensi wisata. Wisata yang bersifat kontemplatif terbilang jarang diselenggarakan. Padahal wisata seperti ini sangat baik bagi kesehatan jiwa raga wisatawan.
Rangkaian Acara Nyiar Lumar
Banyak materi kegiatan di gelar budaya Nyiar Lumar nanti. Ada berbagai Seni Tradisional Sunda, seperti Genjring Ronyok, Tarawangsa, Bangreng, Ronggeng Gunung, Rampak Kendang, Gending Kreasi, Tutunggulan, Tari Topeng Cirebonan, Karinding, Tembang Cianjuran, dsb. Juga berbagai seni Kontemporer seperti Teater, Baca Puisi Sunda, Baca Fiksimini Sunda, Sudong, dsb.
ADVERTISEMENT
Ada pula tampilan kesenian tradisional dari Provinsi Bali, dan Kota Banjarmasin. Lalu tampilan berbagai seni Helaran, yaitu Bebegig Sukamantri, Wayang Landung Panjalu, Buta Kararas Panjalu, Mengmleng Kawali, Jujungkungan, Rengkong Rancah, Kuda Bajir Panjalu, Wayang Kila Lakbok, Tari Kupat Panawangan, Singa Lugay Sukadana, Pontrangan Cimaragas, Ebeg Banjarsari, Abid Banjarsari, Badeng Batok Panumbangan.
Dalam Nyiar Lumar, ada berbagai macam rangkaian pergelaran.
Dimulai dari Ngawalan (Awal Acara). Selepas Asar para tamu berkumpul di lingkungan Pendopo Kecamatan Kawali yang bentuk bangunannya masih menyiratkan keanggunan masa bihari, dari sana, sambil menikmati hidangan (lalawuh), akan terhidang suasana yang serba khas sebuah kota mungil, Kawali. Selepas menikmati lalawuh, para tamu dapat menikmati berbagai atraksi seni helaran khas Ciamis.
ADVERTISEMENT
Selepas sembahyang Isya di Mesjid Agung Kawali, para tamu berganti pakaian. Mengenakan pakaian yang bukan pakaian keseharian. Para tamu mengikuti acara pelepasan oleh panitia.
Setelah itu, dilanjut ke Lalampahan (Perjalanan). Para tamu berjalan kaki dari Pendopo Kecamatan menuju situs Surawisesa (Astana Gede) Kawali, bersama Gulang-Gulang pembawa obor. Sepanjang perjalanan, para tamu akan disuguhi pemandangan alam dimalam bulan purnama, suasana perkampungan, bentangan sawah dengan bunyi-bunyi seraganya, aliran sungai dengan germercik airnya.
Dilanjut dengan acara Magelaran (Pergelaran). Di pintu gerbang situs Astana Gede, para tamu akan disambut musik khas genjring ronyok dan Tutunggulan khas Goropak.
Selanjutnya para tamu dipersilahkan istirahat. Menyaksikan rajah dari Ki Juru Pantun. Tari-tari Sunda klasik, komposisi tari dan pergelaran Dramatisasi Puisi. Para tamu dipersilahkan masuk ke situs Astana Gede untuk berjiarah sambil diiringi alunan tembang Sunda.
Selepasnya, para tamu bergerak ke alun-alun Surawisesa, antara situs Astana Gede dan Mata Air Keramat Cikawali. Di lapangan tersebut panitia kan menyiapakan tiga lokasi panggung terbuka yang akan menggelar Rampak Kendang, Bangreng, Karinding, Baca puisi Sunda, Baca Fiksimini Sunda dan Pementasan Teater Jagat SMAN Kawali. Selepas itu para tamu melanjutkan perjalanan ke Mata Air Cikawali.
ADVERTISEMENT
Puncak acara sekitar pukul 01.00 sampai dengan pukul 04.00 dini hari di gelar di Cikawali, Diawali dengan suguhan tari kontemporer di atas kolam Cikawali oleh Neng Peking dari Studio Titik Dua. Kemudian pergelaran dari utusan Provinsi Bali dan Kota Banjarmasin, pergelaran Teater Wastu Kawali, pergelaran seni Tarawangsa dan diakhiri menari bersama Ronggeng Gunung di Pasanggrahan Cikawali.
Selanjutnya, para tamu dipersilahkan memancing di lubuk Sungai Cibulan. Untuk tamu yang ingin beristirahat panitia menyediakan tenda-tenda di sekitar Cikawali.