Piala Dunia U-20: Panas-panas Timnas Israel

Daniel Septianus
Halo. Selamat datang. Saya mahasiswa di Universitas Indonesia sekaligus penulis lepas mengenai sepak bola. Selamat membaca tulisan-tulisan saya. Salam hangat. Terima kasih.
Konten dari Pengguna
28 Maret 2023 10:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Septianus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bendera Israel / Sumber: https://www.freepik.com/free-photo/flag-israel_1179380.htm#query=israel%20flag&position=1&from_view=keyword&track=ais
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Israel / Sumber: https://www.freepik.com/free-photo/flag-israel_1179380.htm#query=israel%20flag&position=1&from_view=keyword&track=ais
ADVERTISEMENT
Penolakan terhadap Tim Nasional (Timnas) Israel U-20 untuk bermain di Indonesia, dalam rangka FIFA World Cup U-20, semakin masif. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya pernyataan sikap untuk menolak kedatangan Timnas Israel U-20 yang dikeluarkan oleh berbagai pihak, seperti Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), I Wayan Koster (Gubernur Bali), hingga Yandri Susanto (Wakil Ketua MPR).
ADVERTISEMENT
Penolakan terhadap kedatangan Timnas Israel di Indonesia didasarkan kepada tidak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel, alasan-alasan kemanusiaan dan dukungan terhadap Palestina, serta romantisme masa lalu dengan Bung Karno.
FIFA World Cup U-20 akan diselenggarakan pada 20 Mei hingga 11 Juni mendatang dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Menurut jadwal yang tersedia, tanggal 30 Maret akan dilakukan drawing penyisihan grup di Bali.
Akan tetapi, penyelenggaraan FIFA World Cup U-20 di Indonesia berada di ujung tanduk sebagai akibat penolakan yang terjadi terhadap Israel. Sikap penolakan terhadap Timnas Israel tersebut bahkan telah mengakibatkan drawing penyisihan grup FIFA World Cup U-20 dibatalkan. Pembatalan drawing tersebut disampaikan oleh PSSI melalui sesi jumpa pers pada Minggu (26/03).
Ilustrasi sepak bola Israel. Foto: corund/Shutterstock
Indonesia seharusnya memanfaatkan momen menjadi tuan rumah FIFA World Cup U-20 dengan maksimal, misalnya mengangkat berbagai kebudayaan dan kekayaan nasional di Indonesia, meningkatkan arus perekonomian di Indonesia, menaikkan dan menguatkan posisi Indonesia dalam pergaulan internasional hingga menunjukkan perdamaian serta persatuan untuk seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, setiap manfaat di atas terancam tidak bisa didapatkan oleh Indonesia karena menolak Israel bermain di Indonesia. Menurut Penulis, penolakan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan dengan keolahragaan. Penolakan tersebut justru bersifat politis yang seharusnya tidak boleh dicampuradukkan dengan sepak bola.
Para pihak yang melakukan penolakan terhadap Israel berpendapat bahwa sebagai negara yang mengecam perbuatan Israel terhadap Palestina, terlebih lagi diamanatkan oleh Konstitusi, Indonesia harus menolak kedatangan Israel untuk ajang FIFA World Cup U-20.
Selain itu, perlakuan Soekarno terhadap Israel dengan melarang Indonesia bertanding melawan Israel pada Kualifikasi Piala Dunia 1958 dan membuat Israel tidak bisa mengikuti dalam Asian Games 1962 di Jakarta juga memperkuat penolakan mereka terhadap Israel.
Sumber Gambar: https://images.unsplash.com/photo-1623671215983-b1fb818cbb24?ixlib=rb-4.0.3&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxzZWFyY2h8MTZ8fGZyZWUlMjBwYWxlc3RpbmV8ZW58MHx8MHx8&auto=format&fit=crop&w=500&q=60
Penolakan semakin kuat untuk dilakukan mengingat Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 3 Tahun 2019 tentang Panduan Umum Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah. Penolakan terhadap kedatangan Timnas Israel U-20 juga sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Mereka menganggap bahwa penolakan terhadap Timnas Israel mempertegas dukungan Indonesia terhadap Palestina.
ADVERTISEMENT
Penulis berpendapat bahwa sejatinya kedatangan Timnas Israel U-20 ke Indonesia tidak menjadi masalah. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan "lahan" di antara alasan kedatangan Israel dengan penolakan terhadap Israel. Jika kita melihat kepada berbagai penolakan maka terasa kental nuansa politis di baliknya sementara kedatangan Timnas Israel ke Indonesia dalam rangka bermain sepak bola di ajang FIFA World Cup U-20. Oleh sebab itu, seharusnya kita dapat memisahkan dua hal yang benar-benar berbeda.
Penulis melihat bahwa penerimaan terhadap Timnas Israel di Indonesia tidak secara otomatis membuat dukungan terhadap Palestina memudar. Hal tersebut disebabkan lahan permasalahan yang memang berbeda.
Terlebih lagi, Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun, menyatakan bahwa Palestina tidak memiliki masalah apa pun jika Timnas Israel bermain di Indonesia. Dengan begitu, terlihat jelas bahwa sebenarnya penerimaan Timnas Israel di Indonesia tidak memiliki dampak apa pun terhadap eksistensi dukungan Indonesia terhadap Palestina.
Timnas Israel U-20. Foto: VLADIMIR SIMICEK / AFP
Penulis juga melihat bahwa penolakan terhadap Timnas Israel didasarkan kepada sikap FIFA yang memberikan sanksi kepada Rusia atas invasi yang mereka lakukan kepada Ukraina berupa pelarangan tampil di FIFA World Cup 2022. Pelarangan tersebut dinilai oleh berbagai pihak bahwa FIFA telah mencampuradukkan urusan politik dengan sepak bola. Oleh sebab itu, para pihak mengatakan bahwa seharusnya Indonesia dapat melakukan hal yang sama terhadap Israel.
ADVERTISEMENT
Penulis berpendapat bahwa jika kita melakukan hal yang sama lantas apa perbedaan Indonesia dengan FIFA? Penulis melihat bahwa ini merupakan kesempatan Indonesia untuk tampil ke atas panggung dunia untuk menyatakan bahwa setiap urusan politik tidak boleh dibawa ke dalam sepak bola.
Penerimaan terhadap Timnas Israel tersebut dapat menjadi momen untuk "mempermalukan" FIFA di mata dunia dengan menunjukkan sisi kedewasaan Indonesia dalam menanggapi permasalahan politik di dunia sepak bola. Itu yang seharusnya dilakukan, bukan malah menjadikan perlakuan FIFA kepada Rusia atas invasi ke Ukraina sebagai pembenaran untuk menolak Timnas Israel di Indonesia.
Dengan begitu, secara tidak langsung, sikap Indonesia tersebut akan berpengaruh terhadap cara FIFA menyikapi urusan-urusan politik dengan bijak sehingga memisahkannya dari urusan sepak bola.
ADVERTISEMENT
Penulis juga heran bagaimana penolakan terhadap Timnas Israel baru muncul belakangan ini. Seperti yang sudah diketahui bahwa Timnas Israel memastikan tiketnya ke Indonesia sejak Juni 2022. Jika ingin ditarik lebih jauh, saat proses pengajuan diri menjadi tuan rumah, apakah tidak terpikir bahwa Timnas Israel bisa saja lolos ke FIFA World Cup U-20 di Indonesia? Mengapa penolakan terhadap Timnas Israel baru muncul belakangan? Adakah hubungannya dengan 2024? Menarik.
Sumber Gambar: https://images.unsplash.com/photo-1667827761485-312a9a17ff32?ixlib=rb-4.0.3&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxzZWFyY2h8Mzd8fGluZG9uZXNpYSUyMGZvb3RiYWxsfGVufDB8fDB8fA%3D%3D&auto=format&fit=crop&w=500&q=60
Saat ini, Indonesia terancam sanksi oleh FIFA jika gagal menyelenggarakan FIFA World Cup U-20 2023. Penulis melihat sanksi yang akan dijatuhkan oleh FIFA sangat berisiko terhadap perkembangan sepak bola Indonesia, seperti pembekuan keanggotaan oleh FIFA, pelarangan Indonesia untuk mengikuti kegiatan FIFA, hingga pengucilan Indonesia dari ajang olahraga internasional, seperti kehilangan kesempatan sebagai kandidat tuan rumah Piala Dunia 2034 dan Olimpiade. Sanksi-sanksi tersebut sudah jelas akan menyebabkan kematian secara perlahan untuk sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, Penulis sangat tidak ingin sepak bola Indonesia terhambat perkembangannya karena hal-hal di luar sepak bola. Penulis berharap kepada semua pihak untuk benar-benar dewasa dengan memisahkan urusan politik, agama, atau apa pun dengan sepak bola sehingga penyelenggaraan FIFA World Cup U-20 2023 di Indonesia berjalan dengan baik dan lancar. Hal tersebut dilakukan bukan untuk nama baik kalangan tertentu tetapi nama baik Indonesia di mata internasional.