Dicari Selama 130 Tahun, Burung Dwarf Kingfisher Akhirnya Tertangkap Kamera

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
15 November 2020 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Burung The South Philippine Dwarf Kingfisher (Ceyx mindanensis). Foto: Screen Youtube/Dumbanoğlu Çiftliği
zoom-in-whitePerbesar
Burung The South Philippine Dwarf Kingfisher (Ceyx mindanensis). Foto: Screen Youtube/Dumbanoğlu Çiftliği
ADVERTISEMENT
Spesies burung endemik berasal dari Filipina dengan nama The South Philippine Dwarf Kingfisher pertama kali dideskripsikan 130 tahun yang lalu dalam Ekspedisi Steere pada tahun 1890. Burung ini adalah spesies kingfisher hutan dengan fisik paling kerdil di Filipina. Burung dicirikan oleh bulunya yang mencolok, terdiri dari variasi warna ungu metalik, oranye, dan bintik-bintik biru cerah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari esquiremag.ph, burung dengan nama ilmiah Ceyx mindanensis ditemukan di hutan pulau Mindanao dan Basilian. The kingfisher mengeluarkan panggilan unik, yang terdengar “zeeep” mirip serangga dan hampir tak terdengar. Meskipun warnanya mencolok, burung sangat sulit untuk dilihat karena bertengger secara diam-diam dengan tenang. Perilaku semacam itu membuat ilmuwan kesulitan untuk mempelajari spesies sejak lama.
Berkat Miguel David De Leon, ahli biologi lapangan Filipina dan direktur Konservasi Burung Robert S. Kennedy, burung cantik ini berhasil terdokumentasi dengan baik meskipun sekarang sudah terancam punah. Tim De Leon terdiri dari delapan pekerja lapangan dan fotografer burung yang menangkap gambar C. mindanensis serta habitatnya. Selain itu, para peneliti juga menyumbangkan fakta dan data baru tentang burung, dengan tujuan akhir melestarikan spesies serta ekosistem.
ADVERTISEMENT
Foto-foto langka burung adalah hasil dari penelusuran dan penelitian yang melelahkan selama 10 tahun oleh De Leon dan timnya. Anggota peneliti tidak hanya mengabadikan the kingfisher itu sendiri, tetapi juga berupaya untuk mencari tahu perilaku bersarang dan pola makan makhluk eksotis ini.
De Leon dan tim ahli biologi melakukan perjalanan ke hutan di Cagayan de Oro dari 2007 hingga 2017. Mereka menemukan dua tempat bersarang burung kerdil itu di Taman Alam Mapawa. Sayangnya, sarang burung pertama dihancurkan oleh penyusup. Sementara, tempat bersarang kedua tidak tersentuh karena terletak tiga meter di pohon.
Pola makan juga dipelajari oleh para ilmuwan. Burung baik hati ini diketahui bertindak sebagai penolong dengan menggali rongga di tepian tanah sebagai tempat tinggal rayap. Spesies memakan berbagai makhluk kecil termasuk cacing tanah, kadal kecil, dan invertebrata lainnya.
ADVERTISEMENT
Keberlangsungan hidup burung dihadapkan pada ancaman perusakan habitat, perburuan, dan perubahan iklim baik dalam tingkat lokal maupun global. Menurut De Leon, konservasi lebih dari sekedar hutan dan pepohonan. "Terdapat makna lebih dari apa yang dimaksud dengan konservasi burung. Kita menjaga lingkaran kehidupan dalam ekosistem tetap utuh dengan melindungi dan melestarikan habitat,” De Leon mengungkapkan.
Pada akhirnya, De Leon berpesan bahwa ancaman terbesar bagi penurunan atau hilangnya spesies endemik adalah rusaknya habitat. Perburuan dan perangkap untuk makanan atau perdagangan hewan ilegal juga merupakan faktor penyebabnya. Secara budaya, penembakan burung untuk rekreasi menggunakan senapan angin atau ketapel semakin menekan populasi burung di ambang kepunahan.
ADVERTISEMENT