Konten dari Pengguna

Hewan dalam Memilih Pemimpin: Bertengkar hingga Berdemokrasi

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
24 Oktober 2020 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hewan bersifat soliter, yang artinya lebih suka menyendiri. Hewan penyendiri biasanya berkumpul hanya pada musim kawin dan membesarkan anak. Ketika usai, hewan akan kembali menyusuri hutan dengan kesendirian tanpa mengandalkan individu lain.
ADVERTISEMENT
Sementara yang lain, ditakdirkan untuk hidup bersama dalam kelompok yang besar. Seperti manusia, koloni hewan juga dipimpin oleh satu atau beberapa pemimpin yang disebut dengan 'alfa'. Para penguasa mengambil jalan yang berbeda untuk menuju takhta tertinggi.
National Geographic menjelaskan beberapa mekanisme hewan dalam memilih pemimpin, dari pertengkaran hingga pemilihan bersama seperti demokrasi pada manusia.

Dominasi matriarki

Kawanan Gajah. Foto: cocoparisienne from Pixabay
Gajah Afrika menganut sistem matriarki, dengan kata lain, kaum betina yang mendominasi suatu kawanan. Betina yang dihormati ini dapat hidup selama 60 tahun. Sebuah penelitian di Taman Nasional Amboseli, Kenya, menemukan keterampilan menonjol yang dimiliki pemimpin betina adalah kemahiran dalam mengenali auman singa yang mengancam dan melindungi kerabat dari serangan. Para betina alfa juga menggunakan ingatan luar biasanya untuk memetakan lanskap dan memandu anggotanya ke sumber air atau makanan.
ADVERTISEMENT
Matriarki juga ditemukan pada rombongan paus pembunuh. Ratu senior membimbing kelompoknya hingga 50 tahun setelah melahirkan anak terakhir. Peran dari betina menopause sangat penting untuk kelangsungan hidup keturunannya, seperti mengarahkan para anggota ke tempat berburu ikan terbaik. Bahkan sebuah studi terbaru menunjukkan, ketika nenek paus meninggal, risiko kematian anak dan cucu akan meningkat.

Aturan dominasi

Seekor Hyena. Foto: 7103983 from Pixabay
Klan hyena tutul Afrika dipimpin oleh betina alfa. Satu rombongan bahkan mungkin terdiri dari 130 anggota. Setiap betina yang baru lahir diurutkan ke dalam hierarki sosial yang tidak fleksibel. Jennifer Smith, seorang ahli ekologi perilaku dari Mills College di California, mengatakan bahwa ratu dalam kawanan hyena tutul dilihat dari siapa ibunya. Hal itu dianggap sebagai bentuk transfer pengetahuan dan kekuasaan dalam satu garis keturunan.
ADVERTISEMENT
Beberapa keluarga bergabung dalam kelompok hyena yang lebih besar. Kawanan lebih besar biasanya terdiri dari beberapa bangsawan. Setiap keluarga diberi daftar dan tingkatan untuk mengakses ke sumber makanan. Betina alfa dan anak-anaknya, misalnya, mendapatkan akses terbaik ke makanan dan dukungan sosial dari kerabat. Hal itu secara umum memastikan betina tersebut lebih sehat dan menghasilkan lebih banyak keturunan. Smith menambahkan bahwa ratu hyena memegang kendali di hampir semua aspek kehidupan.

Melalui pertengkaran

Sekelompok Simpanse. Foto: PublicDomainPictures from Pixabay
Kelompok simpanse diungguli oleh jantan alfa yang subur secara seksual. Para pemimpin menikmati akses ke betina subur dan akan menjadi ayah dari keturunan paling banyak. Tugas pemimpin pada koloni adalah menjaga perdamaian dengan membendung perselisihan dalam kelompok, serta mengontrol sumber daya makanan. Tak hanya itu, sang raja berhak menjodohkan anggota jantan dan betina saat musim kawin tiba.
ADVERTISEMENT
Simpanse alfa tidak ditentukan sejak lahir, oleh karena itu si bos selalu waspada terhadap kemungkinan kudeta dari pejantan lain. Akibatnya, banyak pemimpin simpanse menjadi "penjahat yang mementingkan diri sendiri". Michael Wilson, ahli ekologi dari University of Minnesota, berargumen bahwa simpanse alfa harus bekerja sangat keras untuk mempertahankan status tertinggi.

Membangun koalisi

Sekelompok Simpanse. Foto: JamesDeMerd from Pixabay
Cara berbeda dipraktikan oleh kelompok simpanse lain. Pada kelompok simpanse yang lebih kecil dan kurang agresif, membangun koalisi adalah salah satu pilihan menuju takhta tertinggi. Para ilmuwan mempelajari simpanse alfa yang diberi nama Freud di Taman Nasional Gombe Stream, Tanzania.
Freud tetap berkuasa dengan membangun ikatan dengan sesama simpanse. Tak hanya itu, trik politiknya juga rela merawat dan menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan rakyatnya. Bahkan, Freud ditemukan sering menggelitik bayi simpanse sebagai bentuk pendekatan, persis seperti politisi manusia mencium bayi saat kampanye. Freud mendapat penghargaan sebagai pemimpin yang setia atas gaya politiknya yang merakyat. Oleh karena itu, sang raja diberikan beberapa fasilitas eksklusif, seperti akses makan, perawatan, dan peluang kawin lebih banyak.
ADVERTISEMENT

Pemilihan dengan konsensus

Ikan Stickleback. Foto: Screen Youtube Jack Perks Wildlife Media
Memilih pemimpin dapat berdasarkan daya tarik dan kharisma yang dimiliki. Ikan stickleback berduri tiga melihat daya tarik fisik pada calon pemimpin. Spesies menentukan pemimpin yang montok dengan kulit halus. Karakteristik fisik tersebut dianggap sebagai jaminan kesehatan yang kuat dan keterampilan bertahan hidup.
Studi menemukan bahwa begitu seekor ikan dapat mengidentifikasi pemimpin yang menarik, maka anggota yang lain cenderung akan mengikutinya. Semakin besar kelompoknya, semakin besar kemungkinan ikan memilih pemimpin yang sama. Tetapi seperti halnya manusia, pendekatan konsensus dapat memiliki kekurangan. Terkadang, beberapa ikan pada pihak oposisi hanya mengikuti pemimpin yang sebenarnya tidak benar-benar diinginkan.

Demokrasi melalui tarian

Sekelompok Lebah. Foto: PollyDot from Pixabay
Ratu lebah madu naik takhta dengan cara yang sangat kejam. Lebah pekerja mengusung satu lusin calon ratu. Kemudian para pekerja mundur dan membiarkan calon ratu bertarung satu lawan satu. Pertarungan berakhir dengan kemenangan atau sengatan mematikan. Lebah terakhir yang bertahan otomatis akan menjadi ratu. Meskipun begitu, ratu tidak selalu memimpin. Sang pemenang hanya diakui sebagai petarung terampil.
ADVERTISEMENT
Penobatan ratu sebenarnya dilakukan saat memindahkan sarang yang terancam rusak, atau memisahkan sarang yang masih baik. Saat itu, kawanan lebah akan bertindak secara demokratis untuk memilih calon pemimpin. Thomas Seeley, ahli biologi di Cornell University, mengutip dalam bukunya Honeybee Democracy, bahwa serangga luar biasa ini dapat menjadi contoh bagi manusia dalam hal mengambil keputusan secara kolektif dan efektif.