Kemunculan Pohon Bawah Tanah Sebagai Bagian dari Evolusi

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
24 November 2020 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sabana di Afrika. Foto: herbert2512 from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sabana di Afrika. Foto: herbert2512 from Pixabay
ADVERTISEMENT
Kebanyakan makhluk hidup menghabiskan banyak waktu di atas tanah karena sumber kehidupan yang melimpah, seperti matahari, oksigen, air, dan sebagainya. Beberapa pohon hampir seluruhnya terkubur, dengan hanya menyisakan sedikit daun di permukaan.
ADVERTISEMENT
Tumbuhan jenis itu ditemukan di hutan bawah tanah di sabana Afrika bagian selatan dan Amerika Selatan. Bahkan beberapa pohon yang diduga mengalami evolusi itu dapat bertahan selama 10.000 tahun.
Sebuah penelitian terbaru yang dilaporkan pada laman BBC News mencoba mengeksplorasi mengapa dan kapan pohon bawah tanah berevolusi. Studi itu juga menjelaskan bagaimana sabana atau padang rumput muncul. Ekosistem tersebut mencakup pepohonan yang umumnya berjarak, sehingga memungkinkan banyak cahaya masuk dan rumput mendominasi permukaan tanah.
Meskipun sabana sering dikaitkan dengan kering dan tak subur, faktanya selama musim hujan sabana dapat menghasilkan lebih banyak vegetasi yang dapat dicerna hewan. Sabana menampung komunitas mamalia besar, seperti gajah, badak, harimau, singa, dan para kucing besar lainnya.
Sabana. Foto: djsudermann from Pixabay
Sementara itu, manusia prasejarah dilaporkan sering membuat rumah di atas sabana. Riset mengatakan bahwa penyebaran nenek moyang itu memainkan peran kunci dalam evolusi manusia untuk berjalan dengan dua kaki. Sabana saat ini adalah rumah bagi sekitar satu miliar orang di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Para peneliti mengaitkan kemunculan sabana lekat dengan deforestasi manusia. Namun baru-baru ini, eksplorasi tentang pola makan herbivora purba telah memperjelas bahwa sabana pertama kali mulai menyebar dengan cepat sekitar delapan juta tahun yang lalu. Periode itu bahkan jauh sebelum manusia berotak besar berevolusi.
Seperti yang diketahui bahwa pohon biasanya tidak dapat mengatasi kondisi kekeringan. Jadi, ketika iklim cenderung menjadi lebih kering, hutan akan berkurang dan memberikan ruang bagi rumput yang lebih tahan terhadap kondisi minim air. Setidaknya ada beberapa bukti fenomena demikian terjadi di Eropa dan Amerika Utara.
Baru-baru ini, para peneliti menemukan faktor kunci tentang asal mula dan pertumbuhan cepat sabana yang berkaitan erat dengan hutan bawah tanah. Hutan tak umum itu diduga berkembang dari kebakaran sabana di atas permukaan tanah. Rumput akan tumbuh dengan subur saat musim hujan, dan sangat sensitif terbakar selama musim kemarau di bawah sinar matahari yang terik.
Tumbuhan bawah tanah atau geoxylic suffrutices. Foto: Zigelski & Finckh dalam Suffrutex Dominated Ecosystems in Angola (2019)
Hebatnya, beberapa pohon telah mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman kebakaran yang terus-menerus. Misalnya, ada spesies yang mengembangkan kulit kayu untuk melindungi pohon saat terbakar. Yang lebih luar biasa lagi adalah perkembangan pepohonan bawah tanah, di mana sering disebut geoxylic suffrutices.
ADVERTISEMENT
Pohon bawah tanah biasanya memiliki pucuk berdaun tipis yang muncul di permukaan, sementara struktur kayunya bisa mencapai lebar satu meter yang tertanam. Kondisi seperti ini membuat pohon dapat tumbuh kembali dengan cepat pasca kebakaran.
Para peneliti yang berpusat di University of Johannesburg mengambil DNA dari 1.400 spesies kayu di Afrika Selatan. Sampel yang diteliti termasuk 50 dari 200 spesies pohon bawah tanah untuk dianalisis. Tim ilmuwan dapat mengetahui asal-usul setiap spesies apakah bagian dari evolusi atau tidak.
Studi yang diterbitkan awal tahun itu menemukan bahwa pohon bawah tanah berevolusi secara mengejutkan baru-baru ini. Tak hanya itu, pohon juga dilaporkan tidak hanya melakukan evolusi satu kali. Kebakaran sabana tampaknya menjadi musuh utama, kendati demikian beberapa pohon merespons dengan strategi adaptif yang memukau.
ADVERTISEMENT
Manusia modern tak diragukan lagi memberikan kontribusi penyebaran sabana dengan menebangi kawasan hutan yang luas dengan api. Para ahli ekologi menekankan bahwa tidak semua tanaman cukup cepat untuk menghadapi tantangan yang disebabkan oleh manusia.
Oleh karena itu, ilmuwan berharap angka kerusakan dan kebakaran hutan yang disengaja akan turun. Manusia hendaknya mengganti tindakan yang lebih berkontribusi positif di masa depan dengan menjaga hutan yang masih ada dan menanam kembali yang telah gundul.
Tumbuhan bawah tanah atau geoxylic suffrutices. Foto: Zigelski & Finckh dalam Suffrutex Dominated Ecosystems in Angola (2019)