Meski Kecil, Lumut Dapat Memperkaya Keanekaragaman Hayati

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
14 Desember 2020 15:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lumut dan jamur. Foto: adege from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lumut dan jamur. Foto: adege from Pixabay
ADVERTISEMENT
Mengawali kelompok hewan atau tumbuhan dengan kata-kata 'besar', 'hebat', atau 'raksasa' tampaknya memukau manusia. Kucing besar, kera besar, dan pohon redwood raksasa banyak menjadi fokus penelitian dan perlindungan untuk generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Sehingga, manusia dengan mudah tertarik untuk membantu spesies yang ikonik dan mengesankan secara visual. Pada akhirnya, spesies lain yang tak kalah penting dalam rantai ekosistem menjadi kalah pamor dan cenderung dilupakan.
Para ilmuwan mulai meminta lebih banyak perhatian diberikan kepada organisme yang tidak besar secara fisik di alam liar. Dilansir dari situs BBC Earth, tim peneliti dan konservasionis telah berhasil mewujudkan hal itu setelah menemukan kelompok tumbuhan unik dan lumut kecil yang luar biasa di bagian terpencil Amerika Selatan.
Wilayah Sub Antartika membentang di beberapa bagian Argentina dan Chili. Zona tersebut dilaporkan memiliki keanekaragaman habitat liar yang kaya. Contoh dari kekayaan tersebut termasuk hutan tropis, pantai berbatu, moorland, tundra, dan area dataran tinggi.
ADVERTISEMENT
Upaya awal untuk melindungi daerah itu gagal karena keanekaragaman hayati dianggap kurang. Tetapi, diskusi dengan tetua asli Yaghan mendorong para ilmuwan untuk melihat lebih dekat beberapa penghuni terkecil yang sebelumnya terabaikan.
Ilustrasi kawasan lumut. Foto: ioa8320 from Pixabay
Sebuah survei terhadap berbagai macam lumut menunjukkan bahwa lebih dari 5% lumut di dunia ditemukan di zona Sub Antartika. Sehingga area yang dimaksud dianggap sebagai daerah hotspot global untuk tanaman kecil.
Berbekal informasi baru, tim memulai program konservasi dan pendidikan yang disebut Ecotourism with a Hand Lens. Proyek itu mendorong wisatawan untuk melakukan perjalanan ke 'miniatur hutan'.
Kegiatan wisatawan menjadikan area yang dimaksud menjadi dikenal secara meluas dan pada akhirnya ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Cape Horn (CHBR) oleh UNESCO. Pihak terkait menjamin perlindungan untuk kawasan lindung terakhir di dunia.
ADVERTISEMENT
Seorang ahli ekologi, Dr. Adam Wilson yang bekerja sebagai fotografer ilmiah di CHBR, terpesona dengan tanaman kecil yang hidup di wilayah tugasnya.
“Batang kayu itu hampir seluruhnya ditutupi oleh setidaknya selusin spesies lumut berwarna-warni. Saat saya melihat sekeliling, saya menyadari bahwa kayu ini tidak biasa; keragaman ada di mana-mana,” Dr. Wilson memberikan keterangan.
“Fotografi makro adalah tentang bagaimana menemukan sudut yang menarik pada subjek yang sudah dikenal. Jadi di sini yang mungkin terlihat adalah tetesan air yang tergantung di bawah sebatang kayu,” kata Dr. Wilson menambahkan.
Lumut memiliki peran penting di kawasan yang menurut para ilmuwan memiliki air terbersih di dunia. Lumut dibentuk oleh pergerakan burung yang berinteraksi dengan jamur dan bakteri dalam aliran kaya nutrisi yang kompleks. Tumbuhan mikro itu dapat menjadi penyerap karbon yang sangat berguna dan memengaruhi aliran air dalam suatu ekosistem.
ADVERTISEMENT
Wilayah penelitian masih menghadapi ancaman hilangnya keanekaragamannya yang unik. Tetapi, tanaman dan lumut kecil yang ditemukan di sana sangat berharga dan memastikan spesies flora menjadi objek penelitian dan pendidikan. Tak hanya itu, organisme juga menjadi prioritas untuk dilakukan pemantauan keberlanjutan.
“Orang-orang terkejut menemukan keindahan di tempat-tempat yang tidak terduga dan hanya sedikit menempatkan lumut di bagian daftar atas mereka,” Wilson mengakhiri penjelasan.
Ilustrasi daerah tundra. Foto: 12019 from Pixabay