Kisah Pohon Ginkgo yang Selamat dari Kepunahan

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
1 Desember 2020 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pohon ginkgo di musim gugur. Foto: Big_Heart from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pohon ginkgo di musim gugur. Foto: Big_Heart from Pixabay
ADVERTISEMENT
Pohon ginkgo terkenal memiliki daun berwarna emas yang jatuh ke tanah dan terlihat membentuk 'karpet jalan'. Namun, para ilmuwan telah memantau penurunan populasi pohon yang kemungkinan bersumber dari perubahan iklim. Saat ini puncak kekuningan ginkgo muncul sekitar bulan Oktober ketika akhir musim gugur justru menjadi lebih hangat
ADVERTISEMENT
Melansir dari National Geographic, para ahli menemukan spesies Ginkgo biloba di North Dakota, Amerika Serikat. Pohon purba itu diperkirakan berusia 60 juta tahun dan memiliki nenek moyang yang secara genetik mirip sejak 170 juta tahun yang lalu dalam Periode Jurassic.
Peter Crane, penulis buku ginkgo dan salah satu pakar ginkgo terkemuka di dunia, mengatakan “Ginkgo asli mengalami penurunan secara bertahap dalam 200 juta tahun. Spesies hampir punah, untungnya dapat berbaur dengan keberadaan manusia.”
The International Union for the Conservation of Nature (IUCN), sebuah organisasi yang melacak kelangsungan hidup spesies di bumi, mengklasifikasikan ginkgo sebagai pohon yang terancam punah di alam liar. Populasi liar yang masih memiliki harapan berada di Tiongkok.
Pohon ginkgo di musim gugur. Foto: pieonane from Pixabay
“Saat Anda berjalan di atas trotoar berwarna emas yang berasal dari daun ginkgo yang jatuh, maka Anda melihat spesies yang diselamatkan manusia dari kepunahan dan menjadi menyebar ke seluruh dunia,” kata Crane.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan mengira dunia pernah memiliki banyak spesies ginkgo yang berbeda. Tumbuhan fosil ditemukan di tambang batu bara di Tiongkok yang diperkirakan berumur 170 juta tahun. Pohon mirip ginkgo itu hanya memiliki sedikit variasi bentuk daun dan jumlah bijinya.
Pohon ginkgo bisa menjadi jantan dan betina. Tumbuhan khas musim gugur itu berkembang biak ketika sperma dari pohon jantan hinggap pada benih pohon betina oleh serbuk sari yang tertiup angin untuk melakukan pembuahan. Selain itu, pohon juga berpotensi berubah jenis kelamin, dari jantan ke betina, begitupun sebaliknya. Jantan terkadang menghasilkan cabang betina untuk memastikan kelangsungan reproduksi.
Suatu teori mengatakan kematian spesies ginkgo di dunia dimulai 130 juta tahun lalu. Faktanya sekarang terdapat lebih dari 235.000 spesies seluruh tumbuhan berbunga. Ginkgo mungkin saja tersaingi oleh tumbuhan lain yang lebih menarik bagi serangga penyerbuk, sehingga ginkgo berkembang dengan sangat lembat.
Daun ginkgo biloba. Foto: Shun1Koz from Pixabay
Karena menghadapi persaingan hidup yang kejam di seluruh dunia, ginkgo mulai menghilang dari Amerika Utara dan Eropa selama Era Kenozoikum, masa pendinginan global yang dimulai sekitar 66 juta tahun yang lalu. Pada saat zaman es itu berakhir sekitar 11.000 tahun lampau, ginkgo yang tersisa dibawa ke Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Pohon ginkgo mengalami evolusi yang kurang menyenangkan bagi penciuman manusia. Pohon betina menghasilkan biji dengan lapisan luar berdaging yang mengandung asam butirat, bau khas muntahan manusia. Crane menduga itu disebabkan oleh pohon dimakan oleh hewan yang menyukai bau tak sedap.
Benih yang sama mungkin telah membantu ginkgo mulai disukai manusia 1.000 tahun yang lalu. Setelah dibersihkan dari lapisan luarnya, orang-orang di Tiongkok mungkin mulai menanam dan memakan bijinya, kata Crane.
Seorang naturalis Jerman Engelbert Kaempfer melakukan perjalanan akhir abad ke-17 ke Jepang yang memperoleh ginkgo dari Tiongkok dan membawanya ke Eropa. Saat ini, ginkgo adalah salah satu pohon paling umum di sepanjang pantai timur Amerika Serikat. Tumbuhan ini secara alami tahan terhadap serangga, jamur, dan polusi udara tingkat tinggi, serta memiliki akar yang dapat tumbuh subur di bawah beton.
ADVERTISEMENT
Spesies ini diperkirakan punah di alam liar hingga awal abad ke-20. Tetapi, sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 2004 membantah dugaan tersebut. Pohon-pohon itu justru telah dibudidayakan oleh para biksu Buddha kuno dan menunjukkan masih terdapat habitat bagi ginkgo di bagian barat daya Tiongkok. Kemudian pada tahun 2012, sebuah makalah baru mengkonfirmasi populasi liar memang ada di Pegunungan Dalou, Tiongkok barat daya.
Populasi liar tersebut merupakan harta karun potensial untuk keberlangsungan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Crane tidak terlalu khawatir tentang masa depan ginkgo. Popularitas spesies akan membantunya tetap bertahan hidup.
“Meskipun statusnya di alam liar mungkin berbahaya dan sulit diakses, ginkgo adalah tanaman yang kemungkinan tidak akan punah,” Crane mengakhiri.
Deretan pohon ginkgo di tepi danau. Foto: pieonane from Pixabay