Penelitian Terbaru: Beberapa Hutan Tropis Tangguh terhadap Perubahan Iklim

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
21 November 2020 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hutan Amazon. Foto: TNeto from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Hutan Amazon. Foto: TNeto from Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah penelitian baru-baru ini tentang pohon tropis yang ditanam pada awal tahun 1990-an melaporkan hasil yang mengejutkan. Pohon bertahan pada suhu yang lebih tinggi daripada yang mungkin dialami oleh kebanyakan hutan hujan tropis saat ini. Sehingga, studi memberi harapan terhadap keberlangsungan pohon, hutan, dan organisme liar lainnya di masa depan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari National Geographic, tanaman mungkin memiliki sumber daya tak terduga yang dapat membantu untuk bertahan hidup. Bahkan, kemungkinan flora dapat berkembang di masa yang akan datang dengan kondisi lebih panas dan kaya karbon. Sementara hutan hujan tropis masih menghadapi ancaman manusia dan alam, beberapa peneliti juga perlu melakukan verifikasi terkait dampak perubahan iklim.
Laporan beberapa tahun terakhir berisi tentang bencana banjir yang mengkhawatirkan akibat dari dampak iklim yang tak menentu. Para ilmuwan telah mengumumkan, hutan Amazon tidak lagi menjadi penyerap karbon yang dapat diandalkan karena berada di ambang kritis. Secara global, kondisi iklim sudah mendekati suhu terpanas yang mematikan pohon-pohon tua.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang terbukti benar, emisi bahan bakar fosil menciptakan iklim yang belum pernah dilihat manusia dan makhluk hidup lainnya. Abigail Swann, seorang ahli ekologi dan ilmuwan iklim di University of Washington, mengatakan efek perubahan iklim mendorong hutan tropis ke suhu yang belum pernah dilihat sejak zaman kapur ketika dinosaurus masih menguasai bumi.
Hutan Tropis. Foto: DarkmoonArt_De from Pixabay
Prediksi tentang bagaimana pepohonan merespons perubahan iklim adalah tugas yang menantang bagi para tim riset. Simulasi eksperimental untuk memperkirakan suhu masa depan membutuhkan biaya dan logistik yang tidak sedikit. Meskipun, para ilmuwan telah melakukan eksperimen skala kecil atau observasi lapangan. Penelitian seringkali menggunakan model komputer untuk diproyeksikan ke dekade mendatang.
ADVERTISEMENT
Pada kondisi sangat terik, tanaman dalam sebuah penelitian ditemukan hampir menghentikan fotosintesis, proses biokimia yang digunakan untuk mengubah karbondioksida menjadi gula sederhana sebagai energi. Marielle Smith, seorang peneliti pascadoktoral di Michigan State University, mempelajari hutan di bawah iklim masa depan.
Smith dan rekan menemukan pohon berfotosintesis pada tingkat yang sama sampai suhu mencapai sekitar 38 derajat Celcius. Penelitian yang diterbitkan pada jurnal Nature Plants tersebut juga menunjukkan laju fotosintesis yang menurun drastis pada hutan alam di Brasil dan Meksiko. Jadi, hipotesis yang merujuk panas tinggi menghentikan fotosintesis tidak sepenuhnya benar.
Suhu tinggi tampaknya secara tidak langsung merusak tanaman. Daun tanaman menyerap karbondioksida melalui sel-sel daun seperti mulut yang disebut stomata, tetapi sel-sel itu juga mengeluarkan air. Smith mengatakan di masa depan yang panas dengan karbondioksida tinggi, stomata mungkin dapat melahap CO2, kemudian menutupnya untuk menahan air.
Hutan Tropis. Foto: PublicDomainPictures from Pixabay
ADVERTISEMENT
Ahli botani Klaus Winter melakukan studi lanjut dengan membangun setengah lusin kubah geodesik di stasiun penelitian Smithsonian Tropical Research Institute dekat Terusan Panama. Kubah yang terdiri pohon-pohon kecil itu dapat mengendalikan CO2 dan suhu. Riset menghasilkan temuan, suhu di atas rata-rata seperti pada abad ini, masih memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik selama mendapatkan pasokan air yang cukup.
Rekan Winter, Martijn Slot, menyelidiki apakah tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi yang lebih hangat. Menurut Slot, setiap tanaman memiliki kisaran suhu yang disukai. Para peneliti menggunakan perangkat penginderaan gas untuk mengukur fotosintesis sambil meningkatkan panas. Hasil penelusuran membuktikan bahwa tanaman memiliki benteng botani dalam melawan perubahan kondisi.
Petunjuk lain baru-baru ini tentang ketahanan tersembunyi tanaman datang dari Flavia Costa, peneliti National Institute for Amazonian Research di Manaus, Brazil. Tim menguji hutan dataran rendah dengan akses air tanah dan disiram dengan baik.
ADVERTISEMENT
Tim Costa menemukan hutan permukaan air dangkal yang menempati lebih dari sepertiga Amazon, tumbuh tanpa gangguan dan terus menyimpan karbon dalam bencana kekeringan tahun 2005, 2010, dan 2010.
Laura Meredith, ahli ekologi University of Arizona yang tidak terlibat dalam penelitian, merespons hasil mengejutkan riset dari tim lain. “Ini adalah hasil yang penuh harapan. Sangat menggembirakan bahwa hutan memiliki strategi untuk membantu beradaptasi dan menjaga efisiensi di masa depan.”
Oliver Phillips, seorang ilmuwan lingkungan di University of Leeds yang memimpin salah satu jaringan penelitian utama Amazon, setuju bahwa hutan dataran rendah yang basah tampaknya lebih tahan terhadap kekeringan daripada yang lain. Philips dan Costa sekarang bersama-sama menganalisis data plot untuk menghasilkan representasi hutan Amazon yang lebih lengkap.
ADVERTISEMENT
Beberapa studi di atas mensimulasikan hutan dari perspektif yang jarang dipikirkan. Pohon tertentu mungkin akan resilien, tetapi dengan ukuran tumbuh lebih kecil akibat CO2 dan suhu yang terus meningkat.
Eksplorasi ilmiah tersebut juga memperingatkan masih banyak pohon yang dianggap rentan dan tak cukup kuat dalam menghadapi pemanasan global. Sehingga, gagasan melawan perubahan iklim akan terus dilakukan dengan menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Hutan Tropis. Foto: Free-Photos from Pixabay