Bagaimana Kadal di Miami Mengajarkan tentang Ketahanan terhadap Perubahan Iklim

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
1 November 2020 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seekor Kadal. Foto: homar from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Seekor Kadal. Foto: homar from Pixabay
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim terus terjadi, seiring dengan kegiatan industri yang semakin pesat, dan usaha untuk mencegahnya. Isu tersebut tidak hanya pada tingkat lokal atau negara, tetapi juga level global. Sehingga, negara-negara dari seluruh dunia melakukan pencegahan atau mengurangi dampak yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya berdampak pada manusia, justru pemanasan global banyak mengancam dunia hewan. Bahkan, beberapa ilmuwan melakukan penelitian tentang kadal di Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat, saat suhu mulai dingin. Ketika suhu berada di bawah batas kritis, kadal yang sedang tidur sering kali kehilangan cengkeramannya dan jatuh dari pohon.
Science Daily mengatakan pada sebuah penelitian sebelumnya oleh Stroud, seorang peneliti dari Washington University di St. Louis, bersama rekannya, telah mengetahui bahwa berbagai jenis kadal di Miami dapat mentolerir suhu rendah. Suhu yang dapat diterima oleh kadal berkisar 7 hingga 11 derajat Celcius, sebelum pingsan karena kedinginan. Cuaca dingin memberikan kesempatan unik untuk memahami bagaimana hewan tersebut beradaptasi dengan peristiwa iklim ekstrem.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan mengumpulkan kadal yang mampu bertahan dari satu malam terdingin. Mereka menemukan beberapa ekor merespons dengan cara yang tidak terduga. Hewan malang tersebut dapat mentolerir suhu hingga sekitar 5 derajat Celcius, terlepas dari kemampuan spesies sebelumnya untuk menahan dingin. Penemuan ini dimuat dalam jurnal Biology Letters pada 21 Oktober 2020.
Seekor Bunglon. Foto: Wildfaces from Pixabay
Stroud mengatakan pada studi yang berbeda, dia dan timnya juga telah mengukur suhu terendah yang dapat ditoleransi oleh enam spesies kadal di Florida selatan. Tetapi, peristiwa cuaca ekstrem pada 2020 telah membawa mereka pada dugaan yang sangat berharga. Tim memiliki kesempatan untuk mengukur ulang populasi kadal yang sama dan kemampuan adaptasi terkait iklim mungkin sudah berubah. Dengan kata lain, apakah spesies tersebut mampu mentolerir suhu yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Pada hari-hari setelah cuaca dingin di bulan Januari, para peneliti mengumpulkan perwakilan dari berbagai jenis kadal yang dapat ditemukan di daerah setempat. Tim berhasil menangkap kadal kecil dan besar serta yang aktif di siang dan malam hari. Kemudian para peneliti menguji respons kadal terhadap kondisi dingin.
Stroud menjelaskan, hasil utama yang tidak terduga ditemukan beberapa spesies mampu bertahan pada tingkat suhu yang lebih rendah, meskipun tingkat ketahanan cenderung berbeda dari setiap spesies. Jenis basilisk coklat bertubuh besar kurang mampu bertahan dengan suhu rendah. Sementara itu, berbeda dengan bunglon jambul Puerto Rico yang terbukti lebih kuat. Para peneliti menyimpulkan, semua spesies dalam penelitian dapat mentolerir rata-rata suhu terendah yang sama.
ADVERTISEMENT
Hasil lebih lanjut, makhluk tropis berdarah dingin sering diduga tidak mampu beradaptasi dengan perubahan iklim yang cepat. Tetapi faktanya, hewan dapat resilien dalam kondisi melebihi batas yang ditetapkan. Tidak ada yang menduga kadal tropis dapat bertahan dengan suhu mendekati titik beku. Meskipun begitu, para ilmuwan masih mempertanyakan apakah ini bentuk proses seleksi alam di antara spesies.
Terlepas dari mekanisme yang mendasarinya, studi baru ini memberikan informasi yang sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim. Ilmuwan memperkirakan bahwa suhu udara secara bertahap akan lebih hangat karena pengaruh perubahan iklim, tetapi akan menjadi lebih kacau dan tidak menentu.
ADVERTISEMENT
Peristiwa perubahan suhu, baik sangat panas atau sangat dingin, akan terus meningkat dalam frekuensi dan besarannya. Oleh karena itu, penting untuk memahami efek dari peningkatan suhu udara secara bertahap dan jangka panjang, serta konsekuensi dari peristiwa ekstrem jangka pendek yang sulit untuk diprediksi.
Seekor Iguana. Foto: wurliburli from Pixabay