Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Abu Bakar al-Baghdadi. Siapa yang tidak kenal. Namanya menggema sejak ISIS mengumumkan kekhalifahan pada 2014. Baghdadi mengklaim diri sebagai khalifah umat Islam dunia di mimbar masjid Agung al-Nuri, Mosul, Irak.
ADVERTISEMENT
Di awal berdirinya ISIS, kelompok ini tumbuh sangat pesat di Irak dan Suriah, dengan Raqqa dan Mosul sebagai markas terbesar mereka. Kekuasaan mereka menggurita sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, meneror dan membantai masyarakat yang tidak sepaham.
Baghdadi dielukan sebagai pemimpin umat Islam dunia -- setidaknya itulah yang diyakini ISIS.
Seiring dengan upaya perlawanan di Irak dan Suriah, tentu saja dibantu dengan kekuatan Barat yang digawangi Amerika Serikat, kekuatan ISIS dilucuti dengan perlahan namun pasti. Kelompok ISIS kian terpojok, termasuk Baghdadi.
Dia beberapa kali diisukan tewas dalam serangan, namun semuanya tidak bisa dikonfirmasi.
"Pada akhirnya, dia akan terbunuh atau tertangkap, dia tidak mampu bersembunyi selamanya. Tapi masih butuh beberapa tahun lagi," kata Lahur Talabany, kepala pasukan anti-teror di Pemerintahan Regional Kurdistan di utara Irak, seperti dikutip Reuters pekan ini.
ADVERTISEMENT
Baghdadi kini menjadi buronan. Kepalanya dihargai 25 juta dolar AS atau lebih dari Rp 332 miliar, sama dengan hadiah untuk kepala Osama bin Laden dan mantan Presiden Irak Saddam Hussein. Nilai yang sama juga ditetapkan untuk pemimpin al-Qaidah saat ini, Ayman al-Zawahiri.

Hadiah yang besar ini membuat Baghdadi khawatir. Pidatonya terakhir dirilis pada November tahun lalu, dua pekan setelah dimulainya perang Mosul, saat dia menyerukan kepada para pengikutnya untuk "mengalirkan darah musuh seperti sungai".
Pejabat AS dan Irak meyakini dia telah meninggalkan posisi sebagai komandan operasional di Mosul dan Raqqa. Baghdadi disebut mencari aman dan tidak pernah berada di satu tempat lama-lama.
"Hadiah untuk kepalanya menciptakan kekhawatiran dan ketegangan, membuat dia membatasi gerak dan jumlah pengawal. Dia tidak berada di satu tempat lebih dari 72 jam," kata Fadhel Abu Ragheef, ahli terorisme di Baghdad.
ADVERTISEMENT
Penasihat pemerintah di Timur Tengah untuk mengatasi ISIS, Hisham al-Hashimi, juga mengatakan hal yang sama. Dia mengatakan Baghdadi khawatir orang-orang di sekitarnya mengkhianatinya demi mendapatkan hadiah uang.
Saat ini Baghdadi, kata Hashimi, tidak lebih dari seorang buruan.
"Tanpa tanah yang bisa diperintah, dia tidak bisa lagi memegang gelar khalifah. Dia adalah pria yang diburu dan pendukungnya berkurang seiring hilangnya wilayah kekuasaan," ujar Hashimi.

Pria pendiam
Lahir dengan nama Ibrahim al-Samarrai, Baghdadi yang kini berusia 46 tahun memisahkan diri dari al-Qaidah pada 2013, dua tahun setelah Osama bin Laden terbunuh oleh pasukan khusus AS.
Dia belajar agama di kampus di Baghdad dan bergabung dengan kelompok militan pada 2003, saat AS menginvasi Irak. Dia sempat dipenjara selama setahun oleh tentara AS namun dibebaskan karena menganggapnya hanya warga sipil biasa.
ADVERTISEMENT
Menurut Hashimi, Baghdadi dikenal sebagai pria pemalu dan pendiam.
Kini keberadaannya tidak diketahui. Hashimi mengatakan, Baghdadi tidak menggunakan telepon seluler dan berkirim pesan hanya melalui kurir yang disampaikan oleh dua orang kepercayaannya, Iyad al-Obaidi dan Ayad al-Jumaili. Pada 1 April lalu muncul laporan Jumaili tewas, tapi belum bisa dikonfirmasi.

Hashimi mengatakan, Baghdadi bergerak dengan mobil biasa, atau pickup yang biasa digunakan petani, hanya dengan sopir dan dua pengawal yang paham betul wilayah yang dituju.
Di masa jayanya dua tahun lalu, ISIS menguasai dua juta orang di wilayah pendudukan mereka di Suriah dan Irak, saat ini hanya tinggal ratusan ribu orang di Raqqa dan Deir al-Zor.
ADVERTISEMENT
Di Mosul, ISIS masih menguasai sebagian kecilnya. Ada 200 ribu orang yang masih terperangkap di Kota Tua Mosul, terancam jadi tameng manusia ISIS atau tewas kelaparan.
Abu Ragheef mengatakan, saat ini hanya ada 8.000 tentara ISIS yang tersisa di Irak dan Suriah, 2.000 di antaranya adalah warga asing dari negara Arab, Eropa, Rusia, dan Asia. Namun jumlah kecil bukan berarti mudah dikalahkan, mereka adalah pasukan berani mati.
"Jumlah yang kecil dibanding puluhan ribu yang menantang mereka di dua negara, tapi kekuatan mereka harus diakui, terdiri dari pasukan yang berani mati, bersembunyi di tengah warga sipil, dan piawai membuat perangkap, ranjau, dan peledak," kata Ragheef.

ISIS bukan soal Baghdadi
ADVERTISEMENT
Saat ini pemerintah AS membentuk gugus tugas khusus untuk melacar Baghdadi, terdiri dari pasukan operasi khusus, CIA, dan badan-badan intelijen. Alat canggih digunakan, salah satunya satelit mata-mata Badan Intelijen Geospasial Nasional, NGA.
Laporan terakhir soal Baghdadi datang dari militer Irak pada 13 Februari lalu. Jet tempur F-16 Irak dilaporkan mengebom sebuah rumah yang diyakini tempat Baghdadi bertemu para komandannya di barat Irak, dekat perbatasan Suriah.
Namun serangan ini juga tidak diketahui apakah membunuh Baghdadi atau tidak.
Tapi ISIS bukan soal Baghdadi. Menurut Talabany, jika Baghdadi terbunuh atau tertangkap pun, pengaruhnya masih sulit dihilangkan.
"Warisannya dan ISIS akan bertahan kecuali [pemahaman] ekstremisme radikal dilawan," kata Talabany.
Pernyataan Talabany ini bisa dipahami. Ambil contoh al-Qaidah. Kelompok militan ini masih tetap ada kendati pentolannya, Osama bin Laden, terbunuh.
ADVERTISEMENT