Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Ancaman Baru AS untuk Korut, dari Sanksi hingga Agresi Militer
27 April 2017 9:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat telah menyiapkan ancaman-ancaman baru bagi Korea Utara terkait program nuklir negara itu yang terus berkembang. Berbagai opsi telah disiapkan, mulai dari sanksi teranyar hingga agresi militer.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, paparan ini disampaikan oleh menteri-menteri pemerintah Donald Trump kepada 100 Senator AS dalam sebuah rapat khusus di Gedung Putih, Rabu (26/4). Menurut pernyataan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Menteri Pertahanan Jim Mattis, dan Direktur Nasional Intelijen Dan Coats, Korut telah menjadi "ancaman keamanan nasonal yang mendesak dan prioritas utama kebijakan luar negeri."
Korut diprediksi akan segera melakukan lagi uji nuklir mereka dalam waktu dekat. Uji nuklir dan rudal balistik antarbenua oleh Korut merupakan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB.
Di antara opsi AS untuk menghentikan nuklir Korut adalah serangan militer. Namun pilihan utama saat ini adalah menekan Korut melalui sanksi dan embargo. Seperti pemerintahan Barack Obama sebelumnya, Trump juga akan mendesak Korut untuk kembali ke meja perundingan.
ADVERTISEMENT
Untuk perkara sanksi ini, AS akan menggunakan jalur Dewan Keamanan (DK) PBB. Rencananya, Tillerson akan memimpin sidang DK PBB pada Jumat (28/4) untuk menggalang kekuatan negara-negara dalam menjatuhkan sanksi baru terhadap Korut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan salah satu taktik yang akan diterapkan adalah mendesak negara-negara di seluruh dunia menutup kedutaan besar dan konsulat Korut, atau menangguhkan keanggotaan negara itu di organisasi-organisasi internasional.
"Presiden akan menekan Korut untuk melucuti nuklir, rudal balistik dan program proliferasi melalui sanksi ekonomi dan langkah-langkah diplomatik dengan sekutu dan mitra regional kami," ujar pernyataan AS.
"AS menginginkan stabilitas dan denuklirisasi damai di Semenanjung Korea. Kami terbuka untuk negosiasi demi tujuan itu. Namun, kami siap mempertahankan diri dan sekutu kami," lanjut AS lagi.
ADVERTISEMENT