Asap Putih, Kejang, Mulut Berbusa, Lalu Warga Suriah Tewas

6 April 2017 10:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kota Khan Sheikhoun di Suriah usai serangan kimia. (Foto: Reuters/Ammar Abdullah)
Pagi itu, Selasa (4/4), pukul 06.30, Khaled al-Nasr terbangun setelah mendengar suara ledakan. Anggota tim penjaga keamanan Khan Sheikhoun ini langsung berlari ke arah ledakan, jet tempur Suriah menyerang lagi.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di lokasi, dia menyaksikan pemandangan yang memilukan. Kawan-kawannya terkapar di lantai, menggeliat, kesulitan bernafas.
"Kami melihat orang-orang di lantai. Mereka menggeliat. Busa keluar dari mulut mereka. Kami mulai mengangkuti korban," kata Nasr, seperti dikutip Reuters, Rabu (5/4).
Saat menyelamatkan para korban, Nasr sendiri merasakan keanehan dalam tubuhnya. Ada perasaan terbakar di matanya. Namun itu dia hiraukan demi membantu korban, sampai dia sendiri terkapar.
"Saya tidak bisa bernafas," ujar Nasr lagi.
Kota Khan Sheikhoun di Suriah usai serangan kimia. (Foto: Reuters/Ammar Abdullah)
Pemandangan mengerikan ini bisa disaksikan dalam berbagai video yang diunggah di media sosial. Warga Khan Sheikhoun tahu betul ini adalah serangan senjata kimia. Mereka langsung membuka baju para korban dan menyirami mereka dengan air.
ADVERTISEMENT
"Secepatnya, siram air, keluarkan mereka," lanjut Nasr lagi.
Para korban dilarikan ke rumah sakit dan berbagai fasilitas medis di Provinsi Idlib yang sebagiannya dikuasai pejuang oposisi. Sebagian dilarikan ke Turki untuk menjalani perawatan.
Turki mengatakan lebih dari 100 orang tewas dalam peristiwa itu, puluhan di antaranya anak-anak. Rusia dan Suriah membantah mereka melakukan serangan kimia ke kota itu, mengatakan bahwa gas beracun adalah milik pemberontak yang bocor.
Seorang anak korban senjata kimia. (Foto: Reuters)
Terserah Suriah dan Rusia berdalih apa, namun yang jelas warga setempat melihat betul serangan jet tempur rezim Bashar al-Assad ke tempat mereka. Warga, Hussam Salloum, mengatakan jet Sukhoi-22 buatan Rusia terbang rendah pagi itu, menembakkan empat bom.
ADVERTISEMENT
Salloum yang berada sekitar 1,4 km dari kejadian menyaksikan sendiri asap putih pekat yang ditimbulkan oleh bom itu.
"Asapnya putih dan pekat. Asap mulai menyebar, sampai membentuk lapisan putih di atas kota," kata Salloum.
Salloum mengatakan efek racun kimia itu sangat cepat, dalam kurang dari semenit seseorang bisa pingsan dan meregang nyawa.
"Kami tahu itu gas beracun dari pekerja sipil yang langsung datang ke lokasi. Dia mengatakan ada bau yang aneh. Kurang dari semenit kemudian, dia mengaku pusing lalu pingsan. Kami kehilangan kontak dengan dia," lanjut Salloum.
Korban senjata kimia sedang ditangani tim medis.. (Foto: AP)
Asap menyebar hingga ke celah sempit dalam rumah. Tim medis menemukan mayat seorang wanita dan dua orang anak di dalam gua perlindungan. Serangan bom juga menyebabkan kehancuran. Kawah selebar satu meter tercipta akibat serangan, daerah di sekitarnya hangus.
ADVERTISEMENT
"Ada ledakan roket yang mengeluarkan asap. Ada baunya, lalu sangat sulit sekali bernafas," kata seorang korban yang dilarikan ke rumah sakit di Turki.
WHO mengatakan senjata kimia yang digunakan diduga kuat adalah racun syaraf. Beberapa korban tewas, termasuk anak-anak, tidak terdapat luka luar, mengindikasikan bahwa mereka meninggal dunia di tempat tidur.
Mouin Abed al-Menem, dokter yang menangani korban di Idlib, mengaku telah merawat 68 korban, 21 di antaranya meninggal dunia.
Korban senjata kimia sedang ditangani tim medis. (Foto: Ap)
"Hampir dua pertiga anak-anak. Beberapa dari mereka masih hidup di lokasi serangan, tapi meninggal dunia dalam perjalanan. Kebanyakan mulutnya berbusa, kejang dan pupilnya mengecil," kata Menem.
"Kami merawat mereka dengan obat-obatanya yang ada, kebanyakan dengan kortison," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Para korban masih terus berdatangan ke rumah sakit walau hari telah berganti. Gas beracun diketahui menyebar di radius yang sangat luas.
"Kami masih kebanjiran pasien. Hari ini kami menerima 18 orang, dari wilayah yang cukup jauh dari lokasi serangan. Mereka terdampak 24 jam kemudian," kata Menem.