Hilangkan Bukti Kejahatan, Suriah Bakar Semua Mayat Narapidana

16 Mei 2017 10:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Penjara Sednaya di Suriah (Foto: Department of State/Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Penjara Sednaya di Suriah (Foto: Department of State/Handout via REUTERS)
Tentara Suriah coba menghilangkan bukti kejahatan perang mereka dengan membakar para tahanan. Hal ini terungkap dalam penyelidikan terbaru Amerika Serikat terhadap rezim Bashar al-Assad.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Senin (15/5), penyelidikan AS mendapati adanya pembangunan krematorium di penjara militer Sednaya di luar kota Damaskus. Menurut Stuart Jones, wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Jauh, krematorium itu digunakan untuk membakar jasad para tahanan
"Sumber yang kredibel menduga banyak mayat yang dikubur di kuburan masal. Kami sekarang juga meyakini rezim Suriah membangun krematoriun di kompleks penjara Sednaya untuk memusnahkan jasad tahanan untuk menghilangkan bukti," kata Jones.
Korban serangan kimia di Suriah. (Foto: AP)
zoom-in-whitePerbesar
Korban serangan kimia di Suriah. (Foto: AP)
Ribuan orang diyakini tewas dibunuh di Sednaya selama enam tahun konflik Suriah. Rezim Assad dilaporkan melakukan eksekusi gantung massal orang-orang yang disebut sebagai musuh negara.
Menurut laporan Amnesty International Februari lalu, rata-rata ada 20 hingga 50 orang digantung tiap pekan di Sednaya. Amnesty memperkirakan, antara 5.000 dan 13.000 orang telah dieksekusi selama konflik di penjara yang terletak di utara Damaskus itu.
ADVERTISEMENT
Jones mengatakan, selain membunuh tahanan di dalam penjara, rezim Assad juga membantai ratusan ribu warga sipil Suriah melalui serangan udara, senjata kimia dan kelaparan. Menurut Jones, tindakan ini bisa dihentikan jika saja Suriah tidak dibekingi oleh Rusia dan Iran.
"Kekejian ini dilakukan dengan dukungan tanpa syarat dari Rusia dan Iran. Rezim Assad harus menghentikan semua serangan terhadap warga sipil dan tentara oposisi. Dan Rusia harus bertanggung jawab," ujar Jones.