Mayat Warga Bertuliskan "Munafik" Dibuang di Jurang Kota Marawi

28 Mei 2017 15:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para tentara Filipina berjaga di Marawi (Foto: REUTERS/Erik De Castro)
Konflik antara militan ISIS dan tentara Filipina memakan korban jiwa warga sipil di kota Marawi. Jasad-jasad warga itu ditemukan di jurang kota Marawi, dibunuh dengan sadis oleh militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, ada sekitar delapan jenazah yang ditemukan di jurang kota Marawi pada Minggu (28/5). Kebanyakan mereka ditembak di kepala bagian belakang, beberapa terikat tangannya.
Di atas jurang, ditemukan sembilan selongsong peluru dengan bercak darah. Pada salah satu mayat ditemukan tulisan berbunyi "Munafik."
Para tentara Filipina berjaga di Marawi (Foto: REUTERS/Erik De Castro)
Menurut juru bicara kepolisian Marawi, Jamail C Mangadang, kedelapan orang itu adalah tukang kayu yang ikut mengungsi bersama warga ke tempat amat.
Menurut manajer perusahaan tempat mereka bekerja, rombongan pengungsi ini dicegat Maute. Para korban diduga tewas dibunuh setelah tidak mampu membacakan ayat-ayat suci al-Quran.
ADVERTISEMENT
Insiden ini terjadi di hari keempat baku tembak antara ISIS dan tentara Filipina di Marawi. Sedikitnya 41 militan dan 13 tentara tewas dalam baku tembak. Belum diketahui jumlah korban yang jatuh dari warga sipil.
Para tentara Filipina berjaga di Marawi (Foto: REUTERS/Erik De Castro)
Ada sekitar 11 warga negara Indonesia yang berada di kota Marawi. Mereka adalah rombongan Jemaah Tabligh yang tengah melakukan misi dakwah. Upaya evakuasi terhadap mereka tengah dilakukan.
Sejak Selasa lalu puluhan ribu warga meninggalkan Maute. Mereka naik truk atau berjalan kaki, sembari mengibarkan bendera putih agar tidak jadi sasaran tembakan.
Zia Alonto Adiong, politisi setempat, mengkritik tentara yang melakukan serangan udara ke Marawi, memicu jatuhnya korban sipil.
"Sebagian dari mereka tidak punya makanan sama sekali. Mereka takut jadi korban. Ini adalah konflik yang kelewat batas. Besaran kerugian dan orang yang terdampak, sangat luas," kata Adiong.
ADVERTISEMENT