Muqtada al-Sadr, Ulama Syiah Pertama yang Minta Assad Turun

10 April 2017 10:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Muqtada al-Sadr. (Foto: Reuters/Alaa Al-Marjani)
Desakan bagi Bashar al-Assad untuk turun dari tampuk pimpinan Suriah kian kuat. Setelah berdatangan dari para pemimpin Barat, permintaan Assad turun kini muncul dari ulama Syiah Irak, Muqtada al-Sadr.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Minggu (9/4), Sadr adalah ulama Syiah pertama yang mendesak Assad untuk lengser. Sejauh ini, Assad yang berasal dari suku Alawi mendapatkan dukungan penuh dari dunia Syiah, salah satunya dari Iran dengan mengirimkan militan dan persenjataan.
Sadr mendesak Assad untuk turun demi mengakhiri pertumpahan darah di Suriah. Pernyataannya ini disampaikan menyusul serangan senjata kimia pekan lalu yang menewaskan sekitar 100 orang di Idlib, memicu gempuran rudal oleh AS ke pangkalan udara Suriah.
"Saya kira akan sangar adil jika Presiden Bashar al-Assad mengundurkan diri dan turun demi cintanya kepada Suriah, untuk menghentikan kesengsaraan perang dan terorisme, dan mengambil keputusan bersejarah dan heroik sebelum terlambat," kata Sadr.
ADVERTISEMENT
Muqtada al-Sadr. (Foto: Reuters/Alaa Al-Marjani)
Ulama berusia 43 tahun ini sangat berpengaruh di Irak. Selain bergerak dalam bidang politik, Sadr juga memimpin Gerakan Sadrist dan Saraya al-Salam, kelompok militan Syiah sempalan Tentara Mahdi, brigade yang melawan tentara AS dalam invasi ke Irak.
Selama perang sipil di Suriah berlangsung sejak 2011, Irak memiliki hubungan baik dengan rezim Assad, terutama karena kedua negara sama-sama terancam oleh kehadiran ISIS. Sadr adalah satu-satunya pemimpin Syiah Irak yang mengambil jarak dari Iran -- negara pendukung nomor wahid rezim Assad bersama dengan Rusia.
Selain mendesak Assad untuk turun, Sadr juga mengecam serangan AS ke pangkalan udara Suriah di Homs pada Jumat pekan lalu. Atas perintah Presiden Donald Trump, 59 rudal Tomahawk ditembakkan dari kapal perang AS di Laut Mediterania ke pangkalan udara Shayrat.
ADVERTISEMENT
Menurut Sadr, serangan itu akan memicu "perang di kawasan" dan membantu "ISIS memperluas wilayahnya".