Konten dari Pengguna

Wernher Von Braun Ilmuwan Roket yang Diperebutkan Saat Perang Dunia Kedua

Desy Viani
Staf Humas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
9 Februari 2022 17:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desy Viani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Roket United Launch Aliansi Atlas V yang membawa kendaraan Mars 2020 Perseverance Rover milik NASA lepas landas dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Kamis (30/7). Foto: NASA/Joel Kowsky/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Roket United Launch Aliansi Atlas V yang membawa kendaraan Mars 2020 Perseverance Rover milik NASA lepas landas dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Kamis (30/7). Foto: NASA/Joel Kowsky/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Ketertarikan manusia terhadap luar angkasa tidak pernah ada habisnya. Tak hanya sekadar mengamati, manusia mulai tertarik menciptakan wahana antariksa yang mampu membawa benda bahkan manusia itu sendiri ke ruang hampa udara. Ide ini dicetuskan oleh ilmuwan roket dari Jerman, Wernher Von Braun. Ia menjadi ilmuwan yang diperebutkan saat Perang Dunia Kedua. Menurutnya roket bukan hanya senjata untuk berperang, tapi mampu membawa manusia kepada penguasaan teknologi yang lebih maju.
ADVERTISEMENT
Von Braun lahir di Wirsitz, Posen, Jerman pada 23 Maret 1912. Ia adalah anak dari pasangan Baron Magnus Von Braun dan Baroness Emmy Von Quistorp. Von Braun menyelesaikan studinya di Institut Teknologi Berlin pada tahun 1930 dan mendapatkan gelar doktornya dua tahun kemudian. Pada tahun yang sama, Von Braun muda yang kala itu berusia 22 tahun direkrut oleh lembaga riset angkatan bersenjata Jerman untuk merancang roket sebagai senjata ampuh Perang Dunia Kedua.
Program roket Jerman dilakukan secara rahasia. Roket model A-3 yang memiliki berbagai macam peralatan canggih dan sukses diluncurkan ini menjadi awal pengembangan roket A-4 atau dikenal dengan V-2 (vengeance weapon number 2). V-2 menjadi teknologi termutakhir kala itu. Bisa dibilang, perang menggunakan roket adalah hal baru. Keberadaannya menjadi ancaman bagi musuh Jerman.
ADVERTISEMENT
Pada akhir Perang Dunia Kedua, Nazi Jerman mengalami kekalahan telak dari sekutu. Guna lepas dari tekanan lawan, Jerman yang kala itu dipimpin Adolf Hitler memerintahkan penggunaan senjata rahasia roket V-2. Von Braun-lah yang memimpin proyek V-2 di Peenemunde, Jerman Utara.
Roket balistik ini memiliki kecepatan empat kali lipat dari kecepatan suara, bahkan ketinggiannya hampir mencapai luar angkasa sebelum membumihanguskan London, Inggris pada 7 September 1944. Roket Jerman ini hanya membutuhkan waktu 6 menit untuk mencapai sasarannya. Sebanyak 4.320 V-2 ditembakkan Jerman ke langit Inggris. Meskipun hanya 1.120 V-2 yang tepat jatuh ke London, tapi roket tersebut menewaskan 2.511 orang dan melukai sedikitnya 6.000 orang.
Hitler semakin berambisi untuk bisa menembakkan roketnya menyeberangi lautan Atlantik. Sasarannya adalah New York, Amerika. Pengembangan roket A-9 dan A-10 dilakukan, namun ambisi ini gagal karena Jerman kalah perang pada tahun 1945. Von Braun pun berniat merancang roket untuk penjelajahan antariksa yang membawa manusia kepada penguasaan teknologi yang lebih maju. Niatan ini diketahui oleh agen rahasia Nazi Schutzstaffel (SS) dan Gestapo, namun dianggap sebagai kejahatan. Von Braun dan seluruh tim yang terlibat dalam program roket melarikan diri karena Hitler ingin mereka dihukum mati.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Jerman merancang roket membuat dua negara adidaya, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet mengincar Von Braun. Amerika menyadari bahwa mereka berpeluang menciptakan senjata paling mematikan di dunia apabila roket Von Braun digabungkan dengan bom atom yang telah diciptakan.

Pencarian si Ilmuwan Roket

Pencarian Von Braun pun dimulai. Tim roket Von Braun menyadari bahwa keberadaan informasi V-2 menjadi incaran Amerika dan Soviet. Dokumen-dokumen terkait roket tersebut dihancurkan, kecuali dokumen paling berharga yaitu blueprint roket V-2 dan roket jarak jauh yang mampu membawa manusia ke luar angkasa. Von Braun memutuskan untuk pergi ke arah selatan agar bisa menjauh dari kejaran Soviet. Namun Von Braun tidak memperhitungkan kejaran Amerika yang bergerak dari arah Barat menuju Jerman Tengah.
ADVERTISEMENT
Uni Soviet telah lebih dulu mendekati pusat penelitian roket Von Braun di Jerman Utara. Soviet berhasil menemukan badan roket V-2 yang ditinggalkan Jerman. Soviet memutuskan untuk membawa badan roket tersebut ke Moscow. Nama Sergei Korolev yang saat itu dipenjara karena anti-Soviet muncul ke permukaan. Ia adalah ilmuwan roket terbaik yang dimiliki Soviet. Korolev ditunjuk menjadi pimpinan teknisi untuk mempelajari teknologi roket V-2 yang sebelumnya ditemukan Soviet.
Setelah lama bersembunyi, Von Braun akhirnya menyerahkan diri ke Amerika dengan harapan visinya untuk membawa manusia ke luar angkasa dapat terwujud. Keputusan tersebut juga diambil karena pemerintah Jerman telah menandatangani penyerahan tanpa syarat setelah kalah telak dari sekutu. Beberapa orang tim teknis Von Braun ada yang menyusul ke Amerika dan sebagian lainnya menerima tawaran Soviet untuk menjadi tim Korolev. Baik Von Braun maupun Korolev keduanya menjadi ilmuwan paling berpengaruh dalam Perlombaan Antariksa atau Space Race. Untuk pertama kalinya dalam catatan sejarah, manusia berhasil meluncurkan satelit dan mendaratkan astronaut di Bulan.
ADVERTISEMENT