Konten dari Pengguna

Digitalisasi Tanpa Literasi: Jalan Pintas Menuju Misinformasi

Dewi Nur Puspitasari
Mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga
18 November 2024 14:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Nur Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source : Freepik
zoom-in-whitePerbesar
source : Freepik
ADVERTISEMENT
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, digitalisasi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga gaya hidup sehari-hari. Akses terhadap informasi kini hanya sejauh genggaman tangan, berkat adanya internet dan perangkat digital. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, ada satu masalah besar yang muncul dan kian mengancam: misinformasi. Tanpa literasi digital yang memadai, digitalisasi malah menjadi jalan pintas menuju persebaran informasi yang salah atau bahkan menyesatkan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Digital Tanpa Literasi yang Kuat
Di era digital, siapa pun dapat mengakses, menyebarkan, dan memproduksi informasi tanpa hambatan berarti. Hal ini tentu memudahkan kita untuk memperoleh informasi secara cepat. Namun, sayangnya, tidak semua orang memiliki keterampilan literasi digital yang cukup untuk memilah mana informasi yang benar, relevan, atau berpotensi menyesatkan. Literasi digital melibatkan kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menyaring informasi. Saat keterampilan ini kurang, maka informasi yang diterima sering kali dianggap benar begitu saja, tanpa adanya verifikasi atau pengecekan lebih lanjut.
Peran Literasi Digital dalam Menangkal Misinformasi
Literasi digital bukan sekadar kemampuan untuk mengoperasikan perangkat digital atau mengakses internet. Literasi digital adalah kemampuan kritis yang melibatkan penilaian terhadap validitas, relevansi, dan keakuratan informasi. Literasi ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana informasi diproduksi dan disebarkan serta kemampuan untuk menilai sumber informasi tersebut. Tanpa kemampuan ini, masyarakat akan lebih mudah tertipu oleh informasi yang tidak benar atau bahkan berbahaya.
ADVERTISEMENT
Misinformasi, yang biasanya menyebar dengan cepat melalui media sosial, sering kali mengeksploitasi ketidaktahuan atau kurangnya literasi digital masyarakat. Banyak orang yang tidak memahami bahwa tidak semua informasi di internet dapat dipercaya. Tanpa keterampilan untuk mengecek sumber informasi, berita palsu atau teori konspirasi dapat menyebar dengan cepat dan berdampak luas, terutama jika menyangkut isu-isu sensitif seperti kesehatan atau politik.
Pengaruh Digitalisasi yang Tidak Didampingi Literasi
Digitalisasi memang membuka peluang besar bagi kemajuan, namun tanpa diiringi literasi, perkembangan ini justru menjadi bumerang. Ada beberapa contoh nyata bagaimana masyarakat yang kurang literasi digital mudah terbawa arus informasi yang tidak benar:
Pandemi COVID-19: Selama pandemi, misinformasi terkait pengobatan, vaksin, dan penyebab COVID-19 tersebar luas di media sosial. Akibatnya, banyak orang yang menolak vaksinasi atau menggunakan metode pengobatan yang tidak terbukti, yang justru membahayakan kesehatan mereka.
ADVERTISEMENT
Politik dan Pemilu: Di berbagai negara, termasuk Indonesia, berita palsu kerap digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi opini publik selama masa pemilu. Tanpa literasi digital yang memadai, masyarakat mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak akurat, yang dapat mengganggu stabilitas sosial.
Finansial dan Investasi: Saat ini, berbagai penipuan investasi berkedok digital mudah ditemukan. Masyarakat yang kurang paham mengenai validasi informasi keuangan dan investasi mudah tergoda dengan janji keuntungan besar tanpa risiko. Hal ini sering kali berujung pada kerugian finansial yang cukup besar.
Tantangan dalam Meningkatkan Literasi Digital
Meningkatkan literasi digital di masyarakat bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan dalam hal ini:
Minimnya Edukasi: Edukasi mengenai literasi digital belum sepenuhnya menjadi bagian dari kurikulum formal di sekolah-sekolah Indonesia. Banyak masyarakat yang baru mengenal teknologi saat dewasa tanpa mendapat pendidikan mengenai cara penggunaannya dengan benar.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan Digital: Keterbatasan akses terhadap internet dan perangkat digital di daerah-daerah tertentu juga menjadi masalah. Banyak masyarakat di pedesaan yang tidak memiliki akses internet yang memadai, sehingga peluang mereka untuk belajar literasi digital sangat terbatas.
Ketidaktahuan Mengenai Pentingnya Literasi: Banyak orang yang masih belum menyadari bahwa literasi digital itu penting. Mereka merasa bahwa mengoperasikan perangkat dan aplikasi sudah cukup, tanpa memahami bahwa kemampuan kritis dalam menilai informasi sama pentingnya.
Menuju Masyarakat yang Melek Digital dan Informasi
Jika kita ingin mengatasi masalah misinformasi yang semakin meluas, perlu adanya upaya serius untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia. Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
Pendidikan Literasi Digital di Sekolah: Literasi digital harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan, sehingga generasi muda memiliki kemampuan untuk menilai informasi secara kritis sejak dini.
ADVERTISEMENT
Kampanye Literasi Digital bagi Masyarakat Umum: Pemerintah dan berbagai organisasi perlu melakukan kampanye literasi digital yang efektif. Misalnya, melalui seminar, pelatihan, atau kampanye di media sosial.
Kerjasama dengan Platform Digital: Platform media sosial dan penyedia konten digital perlu dilibatkan untuk meminimalkan penyebaran misinformasi. Dengan menyertakan fitur verifikasi dan edukasi pengguna, misinformasi dapat lebih mudah dicegah.
Kesimpulan: Literasi Digital Sebagai Penopang Digitalisasi
Digitalisasi tanpa literasi memang menawarkan kemudahan, namun juga membawa ancaman besar berupa misinformasi. Tanpa keterampilan untuk menganalisis informasi, kita akan menjadi korban dari informasi yang salah dan berpotensi merugikan. Digitalisasi yang berkelanjutan harus dibarengi dengan peningkatan literasi digital agar masyarakat mampu memilah dan menilai informasi dengan benar. Jika kita ingin maju sebagai masyarakat yang melek digital, literasi digital harus menjadi prioritas agar digitalisasi tidak berubah menjadi bumerang yang merugikan kita semua.
ADVERTISEMENT