Konten dari Pengguna

Refleksi 96 Tahun Sumpah Pemuda: Peran Orang Muda Jaga Lingkungan Indonesia

Dicky Dwi Alfandy
Co-founder and Sustainability Director "Gajahlah Kebersihan", Unilever Indonesia Every U Does Good Heroes
28 Oktober 2024 16:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dicky Dwi Alfandy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penulis: Dicky Dwi Alfandy Co-founder & Sustainability Director “Gajahlah Kebersihan”, Unilever Indonesia Every U Does Good Heroes
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan sejarah Indonesia, orang muda selalu mengambil peran untuk kemajuan bangsa. Mulai dari Hari Kemerdekaan hingga Sumpah Pemuda, kita semua memiliki peran dalam menyuarakan dan mendorong perubahan.
Sudah 96 tahun Sumpah Pemuda dideklarasikan sebagai cita-cita dari orang muda untuk melebur segala perbedaan etnis, agama, dan kepentingan. Kini, perlawanan masih berlanjut walaupun “musuh” yang kita hadapi sudah berbeda, namun tidak kalah berbahaya, punya daya rusak, dan mengancam masa yang akan datang. “Musuh” yang saya maksud adalah kerusakan lingkungan yang bersumber dari sampah.
Di tahun 2023, Indonesia menghasilkan lebih dari 38 juta ton sampah, di mana baru 61,67%-nya yang terkelola dan sisanya masih tercemar di lingkungan, menyebabkan berbagai masalah kesehatan, ekonomi dan sosial. Tekad dan aksi nyata dari para orang muda kembali dibutuhkan untuk menentukan potret Indonesia puluhan bahkan ratusan tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Ada nilai-nilai yang bisa kita ambil dari makna Sumpah Pemuda, mulai dari gotong royong, rasa cinta tanah air, dan semangat untuk berkontribusi. Tanpa melihat latar belakang etnis, agama, ekonomi, pendidikan atau kondisi tubuh, semua generasi muda sepatutnya bersatu menjaga bumi.
Bandar Lampung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan disebut sebagai kota dengan polusi sampah tertinggi kedua di Indonesia. Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung, pada tahun 2023, produksi sampah di kota kami mencapai angka yang mencengangkan, yaitu 288.990 ton. Ini bukan sekedar angka; ini adalah cerminan dari tantangan yang dihadapi kota pesisir kami seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan laju perekonomian. Sebagai pemuda Lampung yang lahir dan besar di sini, melihat data tersebut membuat hati saya tergelitik dan dorongan untuk bertindak muncul dengan kuat.
ADVERTISEMENT
Realitas ini memberikan dampak besar bagi kehidupan komunitas pesisir di Bandar Lampung, yang bergantung pada hasil melaut. Data yang kami kumpulkan menunjukkan bahwa 90% masyarakat pesisir menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah, di mana lebih dari 64% dari sampah yang mereka hasilkan adalah jenis yang tidak dapat didaur ulang. Dalam banyak kasus, mereka terpaksa membuang sampah sembarangan karena kurangnya fasilitas dan sistem pengelolaan yang memadai. Laut yang tercemar menjadi penghalang bagi mata pencaharian mereka, dan kami percaya bahwa perubahan perilaku serta dukungan yang tepat harus segera dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan yang mereka cintai.
Tepat saat momentum Hari Sumpah Pemuda di Tanggal 28 Oktober 2017, saya dan teman-teman yaitu Putri, Edy, dan Mutia mendirikan sebuah yayasan bernama “Gajahlah Kebersihan” dengan tujuan membuat perubahan – dimulai dari kota tempat kami tinggal, Bandar Lampung. Nama ini diambil dari kata ‘Gajah’, hewan ikonik dari Lampung yang dimodifikasi menjadi ajakan untuk menjaga kebersihan.
ADVERTISEMENT
Mimpi kami mendirikan Gajahlah Kebersihan didasari oleh keinginan yang sederhana; laut yang bersih dan masyarakat pesisir yang sejahtera. Kami ingin mengembalikan marwah laut sebagai tempat hidup yang layak dan penghidupan yang sejahtera bagi masyarakat. Kami membayangkan sebuah laut yang bersih, bebas dari sampah dan polusi, yang tidak hanya memberikan kehidupan bagi ikan-ikan yang melimpah, tetapi juga menjadi sumber daya yang berkelanjutan untuk komunitas kami, khususnya di kota Bandar Lampung.
Salah satuan adalah membantu masyarakat pesisir menciptakan laut yang bersih dan menyediakan akses ke pekerjaan ramah lingkungan yang berkelanjutan melalui inisiatif pengelolaan sampah secara sirkular. Secara garis besar, kami mengembangkan pilar solusi “4E”, yaitu: Evidence, Education, Eco-preneurship dan Eco-edutourism.
Pada pilar Evidence, kami memulai perjalanan ini dengan meneliti limbah rumah tangga di pesisir dan dampak sampah laut, berusaha memahami akar masalahnya. Dari sana, kami melibatkan masyarakat pesisir, khususnya ibu-ibu dan pemuda melalui berbagai program edukasi lingkungan (Education). Tidak hanya itu, di pilar Ecopreneurship, kami mendirikan SEA Mama, sebuah usaha sosial yang dipimpin oleh ibu-ibu pesisir, mengubah sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang bisa menjadi sumber penghasilan berkelanjutan. Kami pun terus berinovasi dengan menciptakan Eco Roster, bata ventilasi daur ulang yang terbuat dari plastik bekas, yang ringan dan terjangkau, sambil memberdayakan masyarakat lokal dalam prosesnya. Untuk lebih menyentuh masyarakat luas, kami juga mengembangkan pilar Eco-Edutourism, mengajak mereka menikmati wisata sambil belajar menjaga lingkungan, dengan Rumah Inovasi Daur Ulang (RINDU) sebagai pusat edukasinya.
ADVERTISEMENT
Selama 7 tahun berdiri, upaya “Gajahlah Kebersihan” membuahkan hasil yang menjanjikan. Kami telah mengedukasi lebih dari 30.000 orang, mengumpulkan dan mendaur ulang lebih dari 130-ton sampah sembari memberdayakan 200 masyarakat pesisir secara ekonomi.
Pada forum-forum dunia yang saya hadiri bersama orang muda dari negara-negara lain, saya menyadari bahwa masalah sampah ini bukan hanya di Indonesia. Bahkan negara yang sudah lama maju juga masih menghadapi masalah yang sama. Namun, ada satu hal yang kami sepakat bahwa penyelesaian masalah ini tidak bisa dilakukan sendiri dengan silo approach, memerlukan kerja sama yang sinergis antar pihak untuk bergerak bersama.
Networking dan kolaborasi bersama para orang muda yang memiliki visi misi yang sejalan selalu saya lakukan untuk mendapatkan pengetahuan lebih luas dan mendalam mengenai isu sampah.
ADVERTISEMENT
Tentu saja kami tidak bisa bekerja sendirian, tapi saya yakin kita semua, bisa melakukan sesuatu untuk bawa kebaikan di lingkungan kita. Tepat di Hari Sumpah Pemuda ini, saya punya harapan besar agar nantinya akan semakin banyak generasi muda yang tergerak untuk ikut bertindak. Bumi kita hanya SATU dan harus kita jaga bersama, saya yakin banyak caranya.
Apapun langkah atau kebaikan kecil yang bisa kita lakukan untuk lingkungan kita sendiri, pasti akan terasa akan sangat berarti dan bermakna, dan bicara soal makna dan berarti, Kota Bandar Lampung sangat berarti bagi saya.
Mengakhiri tulisan ini, saya ingin meresapi kembali semangat perjuangan pemuda di tahun 1928. Saya berharap pemuda masa kini juga memiliki semangat yang sama besarnya untuk menjaga lingkungan, terutama dalam melindungi pesisir kita dari dampak polusi sampah. Karena masa depan yang bersih dan berkelanjutan dimulai dari tindakan kita hari ini.
Dicky Dwi Alfandy Co-founder & Sustainability Director “Gajahlah Kebersihan”, Unilever Indonesia Every U Does Good Heroes
Edukasi sampah plastik ke ibu-ibu sepanjang pesisir laut
Pengolahan limbah plastik menjadi kerajinan tangan.