Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Indonesia Optimis Menghadapi Resesi?
16 November 2022 21:23 WIB
Tulisan dari Dila Maya Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Topik mengenai ancaman resesi yang akan terjadi di tahun 2023 mendatang menjadi trending di berbagai platform media. Ancaman ini sudah mulai terlihat dari berbagai indikasi yang terbukti sudah mulai terjadi. Beberapa indikasi tersebut di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Pandemi Covid-19
Sejak pandemi ini muncul yang dimulai dari negara China lalu mulai merambat hingga ke seluruh dunia, kondisi perekonomian menjadi kacau. Hal ini disebabkan karena pada saat pandemi, terjadi berbagai pembatasan pada aktivitas sosial yang menyebabkan aktivitas perekonomian juga terhambat. Dampaknya, banyak sekali sektor perekonomian yang tidak tumbuh bahkan mengalami kerugian hingga harus melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dengan para pekerjanya. Pertumbuhan ekonomi di tingkat regional hingga nasional pun juga turut mengalami penurunan drastis.
2. Perang Rusia-Ukraina
Saat pandemi sudah mulai reda, meletuslah perang Rusia-Ukraina. Perang ini dapat berdampak bagi perekonomian global karena Rusia sendiri termasuk ke dalam negara eksportir terbesar kedua untuk produksi minyak mentah, masuk di urutan ketiga terbesar untuk ekspor batu bara, lalu menjadi urutan pertama ekspor gandum, dan urutan ketujuh dalam ekspor gas alam cair (LNG). Sedangkan Ukraina sendiri merupakan negara dengan eksportir tertinggi untuk seed oil dan eksportir terbesar keempat untuk jagung serta urutan kelima untuk gandum. Terjadinya perang antara kedua negara tersebut tentu akan berdampak pada rantai pasok dunia yang mengakibatkan harga melambung dan dampaknya tentu saja akan terjadi inflasi akibat kenaikan harga-harga komoditas tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Inflasi
Tak bisa dipungkiri bahwa inflasi merupakan mimpi buruk bagi perekonomian. Naiknya harga-harga komoditas menjadi suatu hal yang dapat merugikan banyak pihak terutama masyarakat. Tingkat inflasi yang tinggi ini merupakan dampak dari perang Rusia-Ukraina yang merupakan penyumbang terbesar bagi pasokan gandum dunia. Jika perang ini tak kunjung usai, tidak menutup kemungkinan resesi akan benar-benar terjadi. Dampak dari terjadinya inflasi ini adalah berbagai bank sentral dari seluruh dunia telah menaikkan suku bunga acuan yang diperkirakan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi global yang mengalami kontraksi.
Dari semua indikasi yang menjadi tanda bahwa resesi di tahun 2023 akan menjadi nyata, Indonesia masih menjadi negara yang optimis dapat menghadapi resesi dengan baik dan yakin bahwa Indonesia dapat melewati resesi yang telah diperkirakan. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 adalah sebesar lima persen. Angka ini sudah terpangkas dari yang awalnya 5,2 persen dan diperkirakan Indonesia masih dapat bertahan dari resesi.
ADVERTISEMENT
Melihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami penguatan terutama pulau Jawa yang menjadi penyumbang terbesar dalam perekonomian nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto juga menyampaikan dalam wawancara secara virtual dengan media, Senin (17/10) bahwa Indonesia telah melaksanakan upaya dalam mengendalikan inflasi dengan cukup baik dan saat ini tingkat inflasi berada pada angka 5,9 persen. Menko Airlangga juga menambahkan bahwa Indonesia termasuk cukup beruntung karena memiliki produksi beras yang cukup dan dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia juga tidak mengimpor beras dan jagung, bahkan Indonesia mengalami surplus jagung.
Kondisi inflasi di Indonesia saat ini berada pada angka 3,6 persen yang menjadi tanda bahwa Indonesia masih tergolong beruntung dibandingkan negara lain karena inflasi yang cukup terkendali. Pemulihan ekonomi masih berjalan dengan baik serta berdampak positif bagi perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
Menurut Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani telah memaparkan bahwa penerimaan pajak di Indonesia juga turut menghasilkan kontribusi yang besar dan kinerjanya masih sangat baik. Namun pada saat ini penerimaan pajak mengalami penurunan dari empat bulan terakhir, walaupun angka tersebut masih tergolong tinggi yaitu 28 persen.
Meskipun masih optimis, pemerintah tetap meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman tersebut dan saat ini sedang berusaha untuk mengambil langkah-langkah serta menyusun kebijakan yang tentu akan berperan penting dalam mencegah terjadinya resesi serta meningkatkan penguatan ekonomi nasional agar lebih siap dalam menghadapi ancaman resesi yang akan terjadi.
Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengungkapkan saat ini pemerintah telah bersiap melakukan strategi dalam menghadapi ancaman resesi di tahun 2023, ada tiga strategi yang disebutkan yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Melakukan pemberdayaan terhadap ekonomi domestik
Indonesia dengan berbagai keragaman yang dimiliki serta berbagai potensi daerahnya perlu untuk terus ditelusuri dan dikembangkan agar terus mendorong pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional. Pemerintah terus mendorong masyarakat untuk bangga dengan produk dalam negeri dan diharapkan masyarakat dapat membantu memajukan ekonomi domestik sehingga hal tersebut dapat berdampak pada naiknya pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga akan terus melanjutkan program hilirisasi industri yang berbasis Sumber Daya Alam (SDA) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan domestik serta ekspor.
Pemberdayaan dalam ekonomi domestik ini sangat penting karena terbukti masih banyak potensi-potensi daerah yang belum dimanfaatkan atau dikembangkan dengan maksimal. Diharapkan melalui strategi ini, Indonesia akan tetap bertahan dan mengalami pertumbuhan yang positif.
ADVERTISEMENT
2. Pengendalian inflasi
Mengendalikan tingkat inflasi terutama di bidang pangan juga menjadi konsentrasi pemerintah saat ini agar tingkat inflasi tetap terkendali. Mulai dari gerakan tanam pekarangan, food estate, hingga peningkatan produktivitas dan percepatan musim tanam akan terus digalakkan oleh pemerintah. Distribusi pangan juga menjadi hal yang penting agar pemerataan pasokan pangan dapat dilakukan. Dalam hal ini, pemerintah menetapkan subsidi ongkos agar distribusi pangan masih dapat berjalan lancar.
Subsidi untuk distribusi pangan ini penting karena biaya penyaluran barang antar daerah tidak murah dan seringkali produsen sedikit bermasalah dengan ongkos yang terlalu tinggi apalagi jika terjadi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
3. Perbaikan iklim investasi
Penerapan online single submission harus dilakukan secara penuh di Indonesia untuk memperbaiki iklim investasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah Indonesia juga sudah mulai fokus untuk pengembangan ekonomi hijau yang mana program ini fokus terhadap pengembangan perekonomian namun tetap memperhatikan lingkungan dengan mengurangi tingkat gas emisi karbon yang dapat merusak lingkungan. Pembangunan infrastruktur juga terus digencarkan untuk memberikan fasilitas yang terbaik bagi masyarakat.
Pemerintah diharapkan juga dapat mengelola dana APBN tahun depan dengan lebih baik lagi serta melakukan pembelanjaan yang bersifat produktif dan tidak melakukan pemborosan dengan memberhentikan sementara proyek-proyek yang memakan biaya cukup besar. Pemerintah juga diharapkan dapat memperhatikan Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan memberikan subsidi yang lebih besar serta memberikan perlindungan sosial, karena tak bisa dipungkiri bahwa UMKM memiliki peran yang juga cukup besar bagi perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
Dari semua kesiapan tersebut, diharapkan Indonesia mampu melewati ancaman resesi tahun 2023 dengan baik dan tidak berdampak terlalu besar serta optimisme yang telah diyakini dapat benar-benar terjadi namun tetap dalam kewaspadaan serta melakukan langkah-langkah pencegahan.