Konten dari Pengguna

Deep Learning di Indonesia Akan Diterapkan, Efektif kah?

disyela
Saya seorang mahasiswa Sastra Inggris.
15 November 2024 18:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari disyela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyatakan bahwa ia ingin menerapkan pendekatan Deep Learning dalam sistem pendidikan Indonesia. Menurutnya, pembelajaran mendalam akan lebih efektif dalam membantu siswa memahami materi dengan lebih baik, berbeda dengan metode berbasis hafalan yang masih banyak diterapkan saat ini. Dia menegaskan, "Deep learning itu bukan kurikulum, tapi pendekatan belajar," pada acara "Pak Menteri Ngariung" 8 November 2024, sambil menjelaskan tiga pilar pendekatan tersebut: mindful learning, joyful learning, dan meaningful learning. Pendidikan berbasis Deep Learning kini semakin diminati dalam sistem pendidikan global karena berfokus pada keterampilan berpikir kritis, analisis mendalam, dan kemampuan memecahkan masalah yang kompleks. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Finlandia, dan Jerman telah berhasil menerapkan pendekatan belajar ini, terutama dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning atau PBL) yang memungkinkan siswa untuk menerapkan teori dalam konteks praktis. Pendekatan PBL menciptakan ruang untuk eksplorasi dan keterlibatan aktif, yang mendorong siswa mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti kolaborasi dan kreativitas. Di Amerika Serikat, Deep Learning terutama diterapkan di berbagai sekolah di seluruh negara dengan bantuan teknologi. Fokusnya adalah meningkatkan keterampilan kolaborasi, komunikasi, dan kritis siswa, yang dirancang agar sesuai dengan kebutuhan industri​. Hal ini tentunya dapat berjalan beriringan dengan ekosistem teknologi tinggi dan sumber daya yang mendukung pembelajaran berbasis proyek. Fokus pada STEM dan penggunaan teknologi memungkinkan siswa berlatih pemecahan masalah dalam konteks nyata. Begitu pula dengan negara-negara seperti Finlandia dan Jerman. Melihat bagaimana ketertinggalan teknologi di Indonesia, penerapan Deep Learning di Indonesia tentunya menghadapi tantangan yang besar, mengingat berbagai faktor seperti kualitas infrastruktur pendidikan, kesiapan guru, dan keberagaman kemampuan siswa di berbagai daerah. Banyak pakar dan praktisi pendidikan berpendapat bahwa metode pembelajaran masih berfokus pada hafalan dibandingkan pemahaman konsep, yang bertolak belakang dengan pendekatan Deep Learning. Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan bertujuan untuk menekankan pada literasi, numerasi, dan penguatan karakter melalui pembelajaran berbasis proyek, yang lebih sesuai dengan pemahaman konsep daripada sekadar hafalan. Dia menekankan bahwa fleksibilitas dan pendekatan mendalam ini akan membantu siswa lebih siap menghadapi tantangan nyata dengan pengetahuan yang lebih mendalam dan relevan (The Jakarta Post, 2024)​. Selain itu, laporan dari OECD juga mengungkapkan bahwa meskipun kurikulum Indonesia telah mengalami beberapa perubahan, pendekatan hafalan masih menjadi tantangan utama. Penelitian OECD menekankan perlunya transformasi sistemik yang melibatkan guru dan pemimpin institusi dalam perancangan kurikulum, untuk menghindari pembelajaran yang dangkal dan meningkatkan pemahaman konseptual siswa. Pendekatan baru seperti pembelajaran berbasis proyek dan penguatan kompetensi literasi dan numerasi menjadi bagian dari upaya untuk menjadikan pendidikan Indonesia lebih berbasis pemahaman, sejalan dengan prinsip-prinsip Deep Learning. Selain itu, pendekatan seperti PBL juga memerlukan fasilitas yang memadai, pengembangan profesional guru, dan dukungan dari pemangku kepentingan pendidikan untuk dapat diintegrasikan dengan efektif. Di Indonesia, banyak guru, terutama di daerah terpencil, belum siap menerapkan kurikulum deep learning karena keterbatasan pelatihan dan pemahaman terhadap metode pembelajaran tematik yang mendalam. Peneliti mencatat bahwa pendekatan ini sering tidak dipahami secara menyeluruh oleh guru, yang lebih terbiasa dengan metode hafalan daripada pembelajaran berbasis konsep. Contohnya, implementasi kurikulum Merdeka dan K-13, di mana banyak guru merasa kesulitan untuk menjalankan pendekatan ini tanpa fasilitas yang memadai. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya infrastruktur, termasuk teknologi yang dapat mendukung model pembelajaran digital dan alat evaluasi yang lebih canggih, menjadi hambatan besar. Walaupun kurikulum sudah siap, fasilitas dan infrastruktur belum mencukupi di banyak sekolah, yang menjadi penghalang untuk menerapkan pembelajaran berbasis deep learning secara efektif. Dalam upaya memperbaiki hal ini, pemerintah sebenarnya sudah mengupayakan pelatihan dan sertifikasi tambahan bagi para guru, seperti melalui program PPG (Pendidikan Profesi Guru). Namun, program ini masih memiliki banyak tantangan dalam implementasi yang berdampak langsung pada kualitas pengajaran. Selain itu, persiapan yang belum matang dari aspek manajemen dan sumber daya sekolah juga turut memperlambat kemampuan guru untuk mengadopsi metode pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif seperti yang dibutuhkan dalam kurikulum berbasis Deep Learning. Di sisi lain, terdapat optimisme bahwa Indonesia bisa memulai perubahan dengan menyisipkan komponen Deep Learning secara bertahap dalam kurikulum nasional, misalnya dengan memperkuat pelatihan guru dan membangun infrastruktur pendukung. Beberapa sekolah swasta dan sekolah berbasis teknologi sudah mulai menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek yang berfokus pada pemahaman mendalam. Jika kurikulum ini diterapkan secara merata dan didukung oleh pemerintah serta masyarakat, Indonesia berpotensi untuk mencapai keberhasilan serupa seperti negara-negara lain. Dalam perspektif saya, walaupun Indonesia masih perlu banyak menyesuaikan diri untuk menerapkan kurikulum Deep Learning, langkah kecil seperti pelatihan guru dan pengembangan fasilitas pendidikan adalah upaya yang baik untuk membangun fondasi yang kokoh. Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan pihak swasta, penerapan kurikulum ini dapat menciptakan generasi yang lebih adaptif dan inovatif di masa depandepanMenteri
ADVERTISEMENT