Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Digitalisasi Kematian
28 Agustus 2023 7:11 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Semua orang pasti akan menghadapi kematian. Dalam Islam ditegaskan bahwa setiap yang berjiwa pasti akan mati. Ini adalah perkara yang serius dan berat bagi banyak orang. Para filsuf telah lama merenungkannya, begitu pula dengan kalangan medis semisal dokter. Berbagai peradaban kuno juga terobsesi dengan kematian. Bagaimana mereka memandang dan menyikapi kematian?
ADVERTISEMENT
Orang Mesir kuno percaya bahwa kematian adalah hal yang paling penting agar orang memaknai hidup mereka. Masyarakat Mesopotamia menyebut kematian sebagai balasan atas dosa yang diperbuat. Karenanya, bagi mereka kematian adalah persoalan gelap. Lalu, bagaimana dengan orang-orang China kuno? Mereka percaya kematian adalah perpanjangan kehidupan. Bagaimana dunia modern mendefinisikan kematian?
Kematian di zaman digital hari ini sering kali dimaknai sebagai kehidupan selamanya dalam ruang digital. Video-video yang diunggah internet tetap eksis, terlepas apakah si empunya masih berjalan di bumi atau sudah wafat.
Komentar kita yang dipenuhi kemarahan di YouTube ada selamanya, terlepas kita menyukainya atau tidak. Kematian menjadi imitasi kehidupan sehingga banyak yang percaya bahwa kematian itu sendiri akan menjadi digital atau mengalami digitalisasi.
ADVERTISEMENT
Menarik dicatat bahwa banyak orang di China menyetujuinya. Mereka sangat bergantung dengan teknologi. Begitu seseorang mati, abunya bisa disimpan di kompartemen ruangan besar, seperti di dalam brankas bank.
Semua dinding ditutupi dengan layar elektronik yang menampilkan gambar almarhum atau hal-hal yang disukainya. Kedengarannya memang tidak masuk akal, tetapi orang-orang di China percaya bahwa itu menjadikan kremasi lebih personal.
Sebetulnya digitalisasi ini bukanlah tujuan utama yang sebenarnya. Adapun maksud dari semua ini adalah sebagai berikut. Pertama, untuk menyelamatkan lahan yang seharusnya digunakan sebagai tanah perkuburan. Beijing ingin mengurangi tanah yang digunakan sebagai areal perkuburan sebesar 70 persen hingga 2035. Jadi pemerintah mendorong orang beralih kepada solusi digital. Kedua, membuat proses pengurusan kematian lebih terjangkau.
ADVERTISEMENT
China berada pada urutan pertama dalam hal kebutuhan layanan pemakaman. Pada tahun 2020, pasar layanan pemakaman ini mencapai US$ 35 miliar. Diprediksi angka ini akan meningkat menjadi US$ 56 miliar pada 2026. Kita bisa mengeklaim bahwa kematian adalah mesin uang yang dahsyat.
Ia berdampak pada kantong masyarakat. Rata-rata pemakaman di China menghabiskan sekitar 45 persen dari gaji tahunan seseorang. Rata-rata secara global adalah 10 persen. Banyak orang yang bahkan menyiapkan pinjaman pusara (graveyard loan) untuk mendanai pemakaman mereka kelak.
Oleh karena itu, kuburan digital ini memang tidak konvensional, aneh tetapi terjangkau. Setidaknya 500 plot digital telah terjual di China tahun ini saja. Negara-negara lain juga menunjukkan ketertarikan pada model pemakaman demikian.
ADVERTISEMENT
Proses pemakaman yang mahal tidak hanya di Cina dan Jepang. Biaya pemakaman menyedot lebih dari 68 persen dari penghasilan tahunan rata-rata orang di Jerman, 16 persen di Afrika Selatan, 13 persen di Inggris dan AS sekitar 12 persen.
Memang tidak semua negara pemakaman berbiaya mahal. Di India, misalnya, biaya untuk pemakaman atau pengurusan kematian hanya dua persen dari pendapatan tahunan rata-rata seseorang, di Rusia satu persen. Karenanya, pemakaman digital tidak bisa diterima di setiap tempat.
Tetapi di beberapa negara, pemakaman telah melahirkan industri layanan kematian. Perusahaan rintisan kematian (death startup) sangat ingin masuk ke dalam bisnis ini. Karyawan mereka tidak perlu berkeliling membunuh orang. Dunia dengan segala kejadian di dalamnya memiliki cukup freelancer melakukan itu semua.
ADVERTISEMENT
Perusahaan-perusahaan rintisan ini beroperasi menangani proses pemakaman. Beberapa memberikan layanan peringatan daring bagi yang sudah meninggal. Layanan lain membantu penyediaan mausoleum secara daring, yang pada dasarnya merupakan kembaran digital dari pemakaman fisik di mana klien dapat dimakamkan di pulau-pulau maya pilihan mereka.
Ada juga perusahaan rintisan yang menciptakan replika kecerdasan buatan dari kematian, yang bisa meniru suara dan rupa seseorang serta membantu seseorang hidup selamanya dalam wujud digital.
Perusahaan rintisan ini bukan hanya seputar kematian. Sebuah perusahaan rintisan yang berbasis di Inggris menyiapkan layanan asuransi dan dokumen hukum digital untuk memudahkan dokumen pasca utang.
Ada juga perusahaan rintisan yang membantu menulis wasiat orang yang akan meninggal. Sebuah perusahaan rintisan yang berbasis di Belanda menawarkan jenis layanan lain, yakni membantu membatalkan langganan dan menghapus akun orang-orang yang meninggal.
ADVERTISEMENT
Sepertinya semua layanan ini masuk akal. Di satu sisi, layanan ini sangat bermanfaat. Tetapi bagi kebanyakan orang, semua perusahaan rintisan ini tak lebih dari mengejek kematian. Kematian adalah pengalaman traumatis bagi sebagian besar orang, terutama bagi keluarga yang ditinggalkan. Ia sangat melelahkan secara emosional. Industri kematian dunia maya sangat mengetahui hal ini dan mereka sudah berupaya mengatasinya.
Masalahnya bahwa tren menunjukkan bahwa generasi muda lebih peduli kepada hal-hal praktis atau kepraktisan daripada kebiasaan. Banyak yang tidak peduli apakah mereka akan bersatu dengan tanah setelah kematian atau tentang Feng Shui dari tanah pemakaman mereka nanti. Bagi mereka digitalisasi kematian mengurangi rasa perih yang berbaur dengan kerumitan dokumen menyiapkan dan menghadapi proses kematian.
ADVERTISEMENT
Hemat mereka, digitalisasi kematian dan pemakaman bisa membantu mereka tetap berkomunikasi dengan orang-orang yang mereka dicintai. Ini juga meringankan kewajiban mereka mengeluarkan biaya untuk pemakaman. Persepsi di seputar kematian dan pemakaman di sejumlah pojok di bawah kolong langit ini tengah berubah. Definisi kematian yang bervariasi secara lintas agama dan budaya menghadapi tantangan seiring dengan perubahan waktu.