Asa Baru Pak Hamid dari Mengolah Bahan Bakaran

Dwi Rama Nugraha
Bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Konten dari Pengguna
12 Oktober 2021 17:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Rama Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pak Hamid sedang menunjukkan hasil pembuatan cuka kayu grade 3 dan grade 2 di Kecamatan Biduk-Biduk Kabupaten Berau, Senin (11/10). Foto: Dok: Dwi Rama Nugraha
zoom-in-whitePerbesar
Pak Hamid sedang menunjukkan hasil pembuatan cuka kayu grade 3 dan grade 2 di Kecamatan Biduk-Biduk Kabupaten Berau, Senin (11/10). Foto: Dok: Dwi Rama Nugraha
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Al Hamid atau Pak Hamid, begitu saya memanggilnya. Pak Hamid adalah penduduk Desa Teluk Sumbang, salah satu Desa di Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau. Beliau merupakan Ketua Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Desa Teluk Sumbang. Beliau sudah menunjukkan hal yang berbeda sejak awal perkenalan saya dengan beliau.
ADVERTISEMENT
Beliau menjadi salah peserta di Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dan Pengelolaan Bahan Bakaran yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau pada tanggal 09-12 Oktober 2020 di Kecamatan Biduk-Biduk. Jika peserta lain menjawab hobi mereka adalah memancing, olahraga, dan juga menonton, namun tidak untuk Pak Hamid. Ia menjawab hobinya adalah saling berdiskusi dan bertukar pengalaman berkenaan dengan pengelolaan lahan.
Ternyata ucapan Pak Hamid tersebut bukanlah hanya ucapan semata. Seiring berjalannya bimtek, saya perhatikan beliau cukup tekun mengikuti kegiatan ini. Ia aktif bertanya tentang berbagai hal yang berkenaan dengan pembuatan asap cair atau cuka kayu. Tak jarang ia juga berdiskusi dengan peserta yang lain. Tindak tanduknya ini membuat saya penasaran untuk mengetahui lebih dalam alasan beliau mengikuti Bimtek Sosialisasi PLTB dan Pengelolaan Bahan Bakaran ini.
ADVERTISEMENT
Pada satu kesempatan, saya sempatkan mengobrol santai dengan Pak Hamid dan peserta bimtek yang lain. Ditemani segelas kopi hangat, Pak Hamid mulai bercerita pengalamannya tentang budidaya cabai. Dari cerita beliau akhirnya saya mengetahui alasan kenapa ia mengikuti bimtek ini dengan bersungguh-sungguh.
"Namanya manusia pak, sudah dikasih cukup tidak pernah puas. minta lebih lagi" ujar Pak Hamid sambil tersenyum.
"Apa maksudnya pak?" tanya saya sambil berkerenyit dahi.
"Ya itu pak, saya kan bercocok tanam cabai, sampai kira kira tahun 2018 atau 2019 belum ada hama dan penyakit yang terlalu mengancam tanaman cabai saya di Teluk Sumbang" jawab Pak Hamid.
"Hasil panen cabai baik dan sehat, ditambah lagi harga lagi bagus-bagusnya, sampai lebih mahal daripada daging" selorohnya ringan.
ADVERTISEMENT
"Agar menggenjot produksi makin tinggi saya mulai pakai bahan kimia untuk tanaman cabai. Bukannya makin untung, malah muncul penyakit tanaman cabai silih berganti" Pak Hamid mulai bercerita pengalamannya.
"Awalnya muncul penyakit daun kuning, saya beli obat kimia untuk daun kuning. Setelah itu muncul penyakit keriting daun, saya beli obat kimia untuk itu. Bukannya selesai, muncul lagi keriting buah dan kemudian muncul juga penyakit "patek". Begitu terus-menerus. Selesai satu masalah muncul satu masalah" ujarnya sambil menghela napas.
"Sekarang, harga biasa saja, penyakit cabai juga tak kunjung reda, uang kita habis buat beli obat kimia yang ratusan ribu itu" ceritanya sambil tersenyum getir.
"Obat-obat kimia itu tidak menghilangkan penyakit cabai, hanya menahan mereka untuk tidak segera menyerang. Habis obatnya sudah siap-siap mereka. Belum lagi efek bahan kimia terhadap tanah yang makin keras" lanjut Pak Hamid bercerita.
ADVERTISEMENT
"Saya sekarang mulai mempelajari dan ingin mencoba anti hama dan penyakit yang organik untuk tanaman cabai dan tanaman lain yang saya budidayakan. Saya sudah sering menonton di youtube tentang pembuatan cuka kayu. Sekarang saya dapat kesempatan mempraktikkan membuatnya melalui bimtek ini" ujarnya dengan singkat.
"Nanti saya akan coba minta bantuan kecamatan untuk bantu pengadaan drum pirolisator. Saya akan coba cuka kayu ini di lahan saya. Jika efeknya sama atau beda tipis dengan bahan kimia tentunya ini bisa jadi pilihan. Prosesnya tidak sulit, biaya murah, bahannya banyak di alam dan tidak merusak lahan. Ada harapan baru di sini Pak" jawabnya optimis.
"Pak Rama, nanti saya minta softcopy materi dan video-video pembuatan cuka kayu ya buat ditonton ulang di rumah. Jadi kalau ada yang lupa-lupa bisa baca baca dan tonton lagi jadi ingat lagi" kata Pak Hamid seraya memberikan flashdisk kepada saya.
ADVERTISEMENT
Ketertarikan Pak Hamid terhadap proses pembuatan dan pemanfaatan cuka kayu tentunya membuat saya senang. Antusiasme Pak Hamid disebabkan ia merasa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang memang ia butuhkan dan dapat ia kembangkan lagi untuk keberhasilan usaha yang ia lakukan selama ini, yaitu budidaya cabai. Konsep program peningkatan kompetensi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan karakteristik masyarakat seperti yang dilakukan oleh BPBD Kab. Berau dan Balai Pendidikan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samarinda seperti ini tersebut tentunya adalah konsep yang sangat baik dan perlu ditingkatkan lagi.
Selamat mencoba dan mengembangkan manfaat cuka kayu Pak Hamid. Saya tunggu cerita pengalaman Bapak selanjutnya.~