Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Scan Retina World ID: Inovasi Identitas Digital atau Ancaman Privasi?
13 Mei 2025 12:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Prawita Megatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di era digital, identitas menjadi komoditas yang sangat berharga. Seiring maraknya kecerdasan buatan dan aktivitas daring, kebutuhan akan sistem verifikasi manusia yang akurat semakin meningkat. Salah satu inovasi yang paling mencolok dalam hal ini datang dari proyek Worldcoin, melalui program World ID yang menggunakan scan retina mata. Namun di balik kecanggihannya, muncul berbagai pertanyaan serius mengenai keamanan data pribadi, khususnya bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Apa Itu World ID dan Bagaimana Cara Kerjanya?
World ID adalah proyek yang dikembangkan oleh Worldcoin, perusahaan teknologi global yang didirikan oleh Sam Altman (CEO OpenAI). Tujuan utamanya adalah menciptakan identitas digital global untuk setiap manusia di dunia, menggunakan metode verifikasi biometrik berupa scan retina mata, khususnya bagian iris.
Langkah Kerja Teknologinya:
Potensi Teknologi Ini bagi Masyarakat Indonesia
Jika dijalankan dengan benar dan transparan, teknologi seperti World ID memiliki sejumlah potensi:
ADVERTISEMENT
1. Identitas Digital Universal
World ID bisa memberi akses identitas digital kepada masyarakat yang belum memiliki KTP atau akses resmi lainnya, terutama di daerah terpencil.
2. Verifikasi Anti-Bot
Peningkatan aktivitas penipuan digital dan serangan dari bot, sistem seperti ini bisa menjadi solusi dalam memastikan interaksi hanya dilakukan oleh manusia.
3. Akses ke Ekonomi Digital Global
World ID terintegrasi dengan token kripto Worldcoin (WLD), yang bisa menjadi pintu masuk ke dalam sistem keuangan digital dan peluang ekonomi baru.
Ancaman dan Risiko yang Harus Diwaspadai
Namun, di balik semua potensi tersebut, terdapat risiko besar, terutama soal keamanan dan kedaulatan data pribadi masyarakat Indonesia:
1. Pengumpulan Data Biometrik Sensitif
Iris mata adalah data biometrik yang sangat sensitif dan tidak bisa diganti. Jika bocor atau disalahgunakan, konsekuensinya bisa permanen.
ADVERTISEMENT
2. Ketidakjelasan Lokasi dan Kepemilikan Data
Belum ada transparansi mengenai di mana data disimpan, siapa yang mengelolanya, dan bagaimana perlindungan data itu dijamin. Ini menjadi isu besar di tengah kekhawatiran penyimpanan data di luar negeri.
3. Eksploitasi terhadap Masyarakat
Di beberapa kasus, pemindaian iris dilakukan dengan iming-iming imbalan token kripto, tanpa edukasi cukup. Ini rawan eksploitasi masyarakat bawah yang tidak memahami dampak jangka panjang.
4. Tidak Sesuai UU Pelindungan Data Pribadi
Undang-Undang No. 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) menetapkan bahwa data biometrik harus dikumpulkan dengan persetujuan eksplisit, diawasi secara ketat, dan disimpan dengan standar keamanan tinggi.
Kesimpulan
Teknologi scan retina oleh World ID menawarkan masa depan yang menarik bagi dunia digital. Namun, jika dijalankan tanpa regulasi, transparansi, dan edukasi yang memadai, teknologi ini justru bisa menjadi ancaman serius bagi privasi dan kedaulatan data masyarakat. Untuk Indonesia, langkah penghentian ini adalah bentuk perlindungan yang tepat — sambil membuka peluang diskusi lanjutan mengenai regulasi teknologi identitas digital berbasis biometrik.
ADVERTISEMENT