Konten dari Pengguna

Menilik Instalasi Pemurnian Air Hwaseong Korea, Apa Bedanya dengan Indonesia?

Eliza Bhakti
ASN Kementerian PUPR
1 Agustus 2022 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eliza Bhakti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini Menteri PUPR terpukau dengan teknologi instalasi pemurnian air di Hwaseong, Korea Selatan. Teknologi ini nantinya akan diboyong ke IKN Nusantara. Sebenarnya, apakah pemurnian air itu? Apa bedanya dengan pengolahan air yang ada di Indonesia?
ADVERTISEMENT

Penyediaan Air Minum di Korea Selatan

Air kran di Korea menempati rangking ke 7 dunia untuk rasanya. Unsplash/Bluewatersweden.
zoom-in-whitePerbesar
Air kran di Korea menempati rangking ke 7 dunia untuk rasanya. Unsplash/Bluewatersweden.
Air minum langsung dari kran (tap water) di Korea merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Berdasarkan Environmental Performance Index tahun 2018, kualitas air minum di Korea menempati rangking 20 dunia dan nomor 2 di Asia Pasifik. American Water Works Association juga pernah memberikan penghargaan tertinggi terkait sistem penyediaan air minum kepada Korea Selatan.
Hal yang mencolok dari pengolahan air di Korea adalah terkait estetika dan rasa. Di Korea, air tak hanya sekedar hadir secara kuantitas, namun juga berkualitas. Dalam International Water Tasting, rasa air kran Korea menempati rangking ke-7 dunia. Unsur rasa ini juga memegang peran penting dalam pemilihan proses penyediaan air minum.
ADVERTISEMENT
Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Korea wajib memiliki sertifikasi ISO 22000 sistem manajemen keamanan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Korea mengambil suatu langkah serius dalam penjaminan mutu air minum yang diterima masyarakat.
Salah satu IPA yang telah tersertifikasi ISO 22000 adalah IPA Hwaseong, yang dikunjungi Menteri PUPR beserta rombongan. Penetapan ISO 22000 dalam proses produksi air, artinya operator air minum dapat mengendalikan bahaya keamanan air minum setara dengan pengamanan pangan lain.
Inspeksi kualitas air dilakukan secara ketat oleh otorita K-water. Bahkan jumlah kriteria inspeksi yang ditetapkan melebihi target yang ditetapkan WHO, yakni lebih dari dua kali lipat. Korea Selatan menetapkan 300 kriteria inspeksi, sedangkan WHO memiliki 90 kriteria inspeksi dan Kanada memiliki sekitar 108 kriteria inspeksi.
ADVERTISEMENT

Instalasi Pemurnian Air Hwaseong

Hwaseong adalah kota yang terletak di provinsi Gyeonggi, Korea Selatan. Kota ini memiliki daerah pertanian lebih luas, dibanding dengan daerah lain di provinsi Gyeonggi. IPA Hwaseong memiliki kapasitas produksi 3.000 liter/detik, untuk melayani 762 ribu pelanggan di Kota Hwaseong dan sekitarnya. Proses pengolahan air minum dilakukan secara lengkap, untuk mengolah air dari bendungan. Pengolahan terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi dengan karbon aktif, serta desinfeksi dengan ozonisasi. Ozon dapat berfungsi sebagai desinfektan dan oksidator. Dengan ozonisasi ini, tidak ada bau klor di titik terjauh pelanggan.
Hal yang cukup menarik adalah IPA menggunakan teknologi pintar berbasis kecerdasan buatan. Pengolahan air dengan kecerdasan buatan ini mampu menghemat biaya dan mereduksi jejak karbon. Secara otomatis, sistem dapat memprediksi dan mengontrol penggunaan daya secara akurat dan cepat. Dengan demikian kesalahan akibat human error dapat diperkecil.
ADVERTISEMENT

Penyediaan Air Minum Di Indonesia

Kembali ke Indonesia. Menurut peraturan yang berlaku, air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Namun nyatanya, masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan air minum kemasan untuk kebutuhan minum dan memasak.
Secara umum, sistem penyediaan air minum merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum dari hulu sampai ke pelanggan. Di Indonesia, penyediaan air minum terbagi atas penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan. Data Susenas 2021, akses jaringan perpipaan di Indonesia pada 2021 sebesar 19,1%. Nilai ini masih cukup jauh dari target perpipaan sebesar 30% pada tahun 2024. Dari angka tersebut, akses air minum aman baru mencapai 11,9% pada 2021.
ADVERTISEMENT
Pengolahan air minum di Indonesia cukup beragam, sesuai dengan kualitas jenis air baku. Proses pengolahan air minum yang dipilih harus sesuai dengan kualitas air baku berdasarkan kebutuhannya untuk memenuhi syarat kualitas air minum. Untuk BUMD air minum yang memiliki sumber dari mata air, pengolahannya lebih sederhana. Hal ini karena mata air memiliki kualitas yang lebih terlindungi dibanding sumber air permukaan.
Instalasi pengolahan air di Indonesia biasanya menggunakan sistem konvensional dan belum sepenuhnya menggunakan smart water management. Unsplash/Ivan Bandura.
Secara umum pengolahan dilakukan secara konvensional meliputi proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi hingga desinfeksi. Desinfeksi merupakan proses akhir yang bertujuan mencegah kontaminasi pada air minum. Umumnya proses ini menggunakan larutan zat kimia reaktif yang sifatnya dapat mengoksidasi kontaminan mikrobiologi.
Di Indonesia, proses desinfeksi biasanya menggunakan kaporit atau gas klor. Sisa klor di kran pelanggan biasanya menjadi hal yang dikeluhkan, padahal aroma klor ini menandakan bahwa air aman dari mikrobiologi.
ADVERTISEMENT
Dari aspek smart water management, Indonesia masih harus berbenah. Beberapa BUMD air minum sudah mulai merintis pengelolaan air minum secara cerdas dan terintegrasi. Salah satunya adalah Perumda Tugu Tirta Kota Malang, dengan aplikasi terintegrasi Total Water Utility Integrated Network (TWUIN).
Semoga dengan adanya studi banding Indonesia-Korea, penyediaan air minum di IKN Nusantara dapat terwujud dengan baik.