Konten dari Pengguna

Terkesima Dengan Toilet di Jepang

Eliza Bhakti
ASN Kementerian PUPR
31 Agustus 2022 14:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eliza Bhakti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akses sanitasi layak di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 80,29%. Artinya, masih ada penduduk yang tidak memiliki akses buang air besar secara layak. Masih ada masyarakat yang melakukan urusan “ke belakang” di pinggir sungai. Bahkan sungai Citarum sempat dikenal dengan julukan kloset terpanjang di dunia, karena masyarakat masih melakukan buang air besar sembarangan.
ADVERTISEMENT
Salah satu negara dengan teknologi peturasan yang sangat modern adalah Jepang. Sebagai turis dengan paspor abidin (atas biaya dinas), saya beruntung mendapatkan berkesempatan melihat langsung teknologi sanitasi di Jepang. Mari kita simak.

Kultur dan Budaya Kebersihan dan Kerapihan Jepang Hingga ke Toilet

Kebersihan dalam budaya Jepang sangatlah penting, bahkan kebersihan merepresentasikan kecantikan. Unsplash/Sho-Studio.
Kebersihan dalam budaya Jepang sangatlah penting. Beberapa kata “kebersihan” dalam alfabet katakana, dapat digunakan untuk merepresentasikan “kecantikan”. Misalnya kata kirei yang dapat didefinisikan sebagai cantik dan bersih.
Toilet di Jepang tak hanya bersih, namun juga harum. Uniknya, mayoritas toilet dibuat terpisah dengan ruang bilas untuk mandi. Hal ini merupakan etika orang Jepang yang memisahkan urusan kotor dan urusan bersih.
Untuk menjaga kebersihan, untuk ke toilet biasanya memakai sandal khusus toilet bernama toire surippa. Kesalahan orang asing yang sering terjadi adalah lupa melepas sandal toilet setelah mengunjungi kamar kecil, dan kemudian menggunakannya di area non-toilet. Hal ini tentu saja akan membuat orang Jepang kesal, karena secara tak langsung mencampurkan area yang bersih dan yang tidak bersih. Beda dengan sandal jepit rumah saya, yang bisa melancong ke minimarket hingga ke sekolah anak.
ADVERTISEMENT
Meskipun perkembangan toilet modern di Jepang sangat pesat. Dulunya di tahun 300 SM hingga 250 Masehi, di periode Yayoi sistem saluran pembuangan hanya berupa urugan sederhana. Pada abad ke-8, Jepang mulai membangun toilet di atas aliran sungai,salah satunya berada di kastil Akita. Penggunaan sistem pembuangan limbah modern dimulai pada tahun 1884, dengan pemasangan saluran pembuangan batu bata dan keramik pertama di Kanda, Tokyo. Pembangunan sarana sanitasi mulai masif setelah Perang Dunia II, seiring dengan populasi yang meningkat.

Toilet Ternyata Ada Beragam

Toilet dalam bahasa Jepang sering dilafalkan sebagai toire. Di Indonesia, toilet menawan nan harum sudah banyak saya temui di mal–mal besar. Biasa saja lah, tidak ndeso-ndeso amat saya dengan hal itu. Ternyata salah! Gegar budaya itu nyata adanya.
ADVERTISEMENT
Awalnya saya biasa saja dengan toilet, karena toilet dengan teknologi canggih sudah sering dijajal di Jakarta. Namun nyatanya, toilet di Jepang memang sangat di atas rata rata. Orang Jepang memiliki standar kebersihan yang sangat tinggi, yang tercermin dari kebersihan toiletnya.
Toilet modern di Jepang, dalam bahasa Inggris kadang-kadang disebut super toilet, dan umumnya dikenal dalam bahasa Jepang sebagai washlet.
Di pesawat udara, biasanya toilet berupa bilik kecil dengan konsep toilet kering dengan beberapa gulung tisu disediakan untuk membilas. Hal yang berbeda ada di toilet ANA, maskapai nasional Jepang. Bahkan toilet di kelas ekonomi dilengkapi dengan washlets. Konsep dudukan kloset dilengkapi semprotan air untuk membilas daerah intim. Di Indonesia, biasanya pemandangan ini hanya didapat di mal ternama atau hotel bintang lima.
ADVERTISEMENT
Awalnya saya cukup ndeso dengan beragam tombol yang ada di washlet. Fiturnya seperti pemanas kursi, pilihan pijat, penyetelan jet air, buka tutup otomatis, dan pembilasan otomatis. Fitur-fitur ini dapat diakses melalui panel kontrol yang dipasang di kursi atau dipasang di dinding terdekat.
Tombol seperti flushing otomatis sampai suara burung, digunakan untuk menyamarkan saat melakukan “bisnis ke belakang”. Fitur tombol suara ini ternyata merupakan upaya untuk menghemat air. Hal ini karena banyak orang yang pura-pura mengguyur toilet karena malu suara saat terjadi “bisnis ke belakang”. Saat diaktifkan, perangkat mengeluarkan suara pembilasan yang keras mirip dengan toilet yang sedang disiram. Suara ini berhenti setelah waktu yang ditentukan atau dapat dihentikan melalui penekanan kedua pada tombol. Diperkirakan dengan upaya ini, dapat menghemat hingga 20 liter air.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya fitur dalam toilet, banyak wisatawan yang kebingungan. Oleh karenanya pada Januari 2017, Asosiasi Perlengkapan Sanitari membuat standar ikon yang digunakan dalam panel toilet. Bahkan di negeri Sakura ini memiliki asosiasi toilet Jepang dan memiliki un-official Toilet Day setiap tanggal 10 November.
Hal unik lain adalah masalah tisu. Di Indonesia kita selalu diberi wejangan untuk tidak membuang apapun ke dalam toilet. Berbeda dengan di Jepang, tisu toilet yang telah dipakai bisa dibuang dan di flushing ke dalam toilet. Lho, kok bisa? Iya, karena bahan tisu toilet yang digunakan berbeda sehingga bisa luruh dengan baik di saluran pembuangan. Alasan lain adalah saluran pembuangan (sewage treatment plant) yang telah didesain secara baik dan dibersihkan secara rutin. Salah satu teknologi terdepan dalam pengelolaan air limbah ala Jepang adalah menggunakan Johkasou, untuk mengolah limbah skala domestik. Dikutip dari laman ITB, Johkasou bekerja serupa biofilter dengan memanfaatkan mikroorganisme.
Bahan tisu toilet yang digunakan di Jepang berbeda sehingga bisa luruh dengan baik di saluran pembuangan. Unsplash/Erik Mclean
Selain toilet modern, masih banyak dijumpai toilet jongkok. Contohnya di stasiun kereta Tokyo. Bentuk toilet jongkoknya berbeda dengan toilet Indonesia. Bentuknya mirip seperti urinoir, tanpa tempat pijakan kaki. Meski sama-sama toilet jongkok, baru saya menyadari penghuni bumi tak sama dalam prosesi bikin “gol”.
ADVERTISEMENT
Untuk mengguyur disediakan tuas di sisi atas toilet, ini sama saja dengan di Indonesia. Di toilet jongkok tidak ada bidet pembilas seperti yang banyak di Indonesia, apalagi gayung pink berbentuk love. Ga ada!
Belakangan, Pemerintah Jepang mulai mengembangkan toilet transparan. Toilet akan berubah tidak lagi tembus pandang, saat kita mengunci pintunya. Pengembangan toilet transparan ini merupakan salah satu usaha Pemerintah mengurangi persoalan pelecehan seksual di toilet umum.
Di suatu rumah, toilet diibaratkan cerminan pemiliknya. Jika toilet saja bersih, tentu si empunya rumah akan memperhatikan kebersihan ruangan lain. Seperti halnya dengan rumah, negara yang memiliki kepedulian terhadap pengelolaan limbah dan sanitasi, artinya akan serius memperhatikan elemen pembangunan lain.
Urusan sanitasi dan akses “ke belakang” ini, seringkali masih diabaikan masyarakat Indonesia. Padahal urusan sanitasi berkorelasi dengan kesehatan, gizi buruk dan stunting. Target akses aman sanitasi di akhir 2024 adalah sebesar 15% penduduk mendapat akses sanitasi aman. Artinya masalah BAB harus dilakukan di tangki septik atau melalui pengolahan limbah komunal. Tangki septik juga harus rutin dikuras dan dipastikan tidak bocor, agar fungsinya maksimal dan tidak mencemari air tanah.
ADVERTISEMENT
Semoga Indonesia segera mewujudkan akses sanitasi layak bagi semua.