Konten dari Pengguna

Kenali Sumber Bioantelmintik, Penyelamat Domba dari Serangan Cacing

esti baina
Pranata Humas Badan Riset dan Inovasi Nasional
23 November 2024 22:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari esti baina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Canva.com
ADVERTISEMENT

Domba merupakan salah satu hewan ruminansia kecil yang mengkonsumsi rumput. Biasanya rumput yang akan dijadikan pakan domba, diarit oleh peternak dan kemudian diberikan kepada domba yang telah dikandangkan. Kadang ada juga yang membawa domba ke padang rumput untuk memenuhi kebutuhan pakannya. Pemberian rumput dalam kondisi segar ini lazim dilakukan oleh peternak, walaupun dibalik itu ada bahaya yang mengintai kesehatan domba. Pada rumput segar biasa dijumpai telur-telur cacing yang jika dikonsumsi akan masuk dan menetas di dalam saluran pencernaan domba. Saat ini riset-riset banyak riset yang dilakukan untuk mendapatkan obat cacing yang aman bagi domba.

Mengenal Cacing Haemonchus contortus

Cacing yang biasa menginfeksi domba adalah Haemonchus contortus, yang biasa dikenal sebagai cacing kain pengobog. Menurut A. Angger yang merupakan salah seorang peneliti dari Pusat Riset Peternakan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Rumput berperan dalam siklus parasit Haemonchus contortus, yang akan menempel pada mukosa abomasum yaitu usus dan lambung serta menghisap darah domba. Keadaan ini dapat menyebabkan anemia, edema, bahkan kematian pada ternak yang terinfeksi. Cacing ini merupakan nematoda yang paling patogen yang menyerang ternak ruminansia seperti domba dan kambing.
ADVERTISEMENT
Cacing Haemonchus contortus mampu menghasilkan ribuan telur setiap hari yang dilepaskan melalui feses ternak. Telur-telur tersebut akan berkembang menjadi larva yang dapat menyebar melalui rumput yang dikonsumsi oleh ternak. Infeksi yang disebabkan oleh Haemonchus contortus dikenal sebagai haemonchosis dan dapat menyebabkan kerugian besar bagi peternak, terutama di iklim yang hangat dan lembab. Oleh karena itu, perlu solusi yang tepat dan aman untuk mengatasi permasalahan haemonchosis yang diderita oleh kambing ataupun domba.

Sumber Bioantelmintik

Secara umum, cacingan pada ternak dapat diatasi dengan pemberian antelmintik. Antelmintik digolongkan kedalam obat kimia yang dalam pemberiannya memerlukan dosis tertentu dan waktu pemberian yang presisi. Walaupun terlihat praktis, pengobatan cacingan menggunakan antelmintik ternyata dapat menimbulkan dampak negatif pada domba. Pemberian antelmintik yang tidak mengikuti dosis serta waktu pemberian yang tidak tepat akan menyebabkan parasit menjadi resisten sehingga pengobatan yang dilakukan menjadi tidak efektif lagi.
ADVERTISEMENT
Melihat permasalahan yang ada para peneliti mulai berusaha mencari bahan-bahan alami yang mampu mengatasi cacingan pada domba. Bahan-bahan alami yang digunakan diharapkan tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan domba seperti halnya penggunaan antelmintik. Bahan-bahan alami yang mampu mengatasi cacingan pada ternak biasa disebut sebagai bioantelmintik. Disebut bio karena berasal dari bahan-bahan alami dan diharapkan mampu bekerja efektif membasmi cacing tanpa menimbulkan resiko resisten.
Menurut A. Angger, Indonesia kaya akan sumber daya hayati tropis yang berpotensi dieksplorasi sebagai bioantelmintik. Berbagai tanaman seperti leguminosa, gulma, herbal, akar rimpang, makroalga, mikroalga, dan berbagai sumber daya lokal lainnya yang mengandung aneka senyawa metabolit sekunder ternyata berpotensi dimanfaatkan sebagai bioantelmintik, pengganti antelmintik.
Dilansir dari TechnologyIndonesia.id, rata-rata obat sintetis antelmintik hanya mengandung satu atau dua senyawa aktif sintetis, sedangkan parasit atau cacing mampu mengelola metabolisme supaya bertahan terhadap senyawa-senyawa tersebut. Bioantelmintik berbasis tanaman atau makroalga memiliki beberapa senyawa bioaktif yang bekerja secara bersama-sama. Oleh karenanya, parasit tidak memiliki kesempatan untuk bertahan hidup didalam saluran pencernaan domba. Tumbuhan dan non-tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif dan memiliki aktivitas antelmintik diantaranya berasal dari tanaman leguminosa seperti gamal, daun bunga sepatu, mimba, daun kersen, serta daun mengkudu.
ADVERTISEMENT

Riset Bioantelmintik

Saat ini Pusat Riset Peternakan Badan Riset dan Inovasi Nasional bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari sumber-sumber bahan alami baru yang dapat dijadikan sebagai sumber bioantelmintik. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi kapasitas potensi bioantelmintik dari sumber daya hayati yang terbukti mempunyai aktivitas fungsional sesuai hasil studi literatur dan riset sebelumnya. Riset dilakukan pada beberapa tanaman yang berasal dari leguminosa, gulma, herbal dan tanaman obat serta non tanaman seperti makroalga, mikroalga, dan biomineral.