Konten dari Pengguna

Moderat Menyikapi Gempuran Krisis Moral di Era Digital

Fadina Amilia Izati Rakhman
Mahasiswa progam studi Komunikasi Penyiaran Islam, UIN KH Abdurakhman Wahid Pekalongan
1 Oktober 2023 21:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadina Amilia Izati Rakhman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Masyarakat Pluralis Linggo Asri dalam Perubahan Sosial

Ilustrasi penggunaan media sosial. Sumber: dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggunaan media sosial. Sumber: dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Di era digital seperti sekarang, pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar dalam kehidupan sosial. Persebaran informasi yang luas memudahkan kita untuk mengadopsi budaya luar. Munculnya media sosial berdampak pada pola perilaku masyarakat yang terus menunjukkan kemunduran dalam beretika.
ADVERTISEMENT
Ketika kita membahas mengenai krisis moral yang terbesit di benak kita pasti tidak jauh dari perubahan sosial akibat majunya fasilitas informasi seperti, internet dan media sosial.
Tidak dapat dimungkiri penyalahgunaan media sosial berdampak besar terhadap merosotnya etika dan moral generasi Z. Tak jarang kita menjumpai komentar yang mengandung ujaran kebencian dan hoaks berseliweran di media sosial.
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
Munculnya konten-konten yang mengasyikkan, membuat generasi muda menjadi malas, bahkan mengalami ketergantungan. Belum lagi beredar situs-situs pornografi yang ikut mencemari pemikiran generasi muda yang seharusnya penuh kreativitas dan inovasi. Parahnya akses menuju situs tersebut dapat dengan mudah dijangkau hanya dengan satu kali klik.
Tidak hanya itu, krisis moral yang terjadi saat ini tidak lepas dari kemunduran dalam hal agama. Tanpa disadari terdapat konten dari media sosial yang menjerumuskan generasi muda pada praktik ateisme dan radikalisme.
ADVERTISEMENT
Meskipun pemikiran ateisme dan radikalisme tidak diserukan secara gamblang, namun dalam praktiknya pemikiran tersebut disebarluaskan secara halus dan konsisten. Seperti adanya kebiasaan konsumtif yang membuat seseorang memiliki pemikiran kapitalis, di mana segala sesuatunya dinilai dari materi. Hal ini merupakan contoh kecil dari kemerosotan dalam beragama.
Ditambah lagi menjamurnya praktik radikalisme yang menginginkan perubahan dalam waktu singkat. Hal ini lah yang berpotensi merusak dan memecah belah kesatuan Indonesia.
Perilaku moderat merupakan salah satu cara menghadapi gempuran krisis moral di Indonesia. Dalam kasus ini sebagai pengguna media sosial kita perlu membangun pemikiran kritis terhadap suatu isu, kita juga perlu menyeleksi dan mempertimbangkan informasi yang kita terima.
Moderat tidak hanya diartikan sebagai sikap toleran, namun moderat dapat dimaknai sebagai sikap saling menghargai, mengasihi, dan melindungi. Ketika seseorang telah menerapkan paham moderat, rasa saling menghargai akan timbul, saat itu lah norma dalam masyarakat menjadi sesuatu hal yang tabu untuk dilanggar.
Desa Linggo Asri, Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah. Sumber: dokumentasi pribadi
Seperti halnya masyarakat Linggo Asri yang lekat dengan perbedaan. Mereka terbiasa hidup berdampingan saling menghargai dan mengedepankan tata krama yang sudah terjalin turun temurun tanpa memandang status sosial dan agama seseorang. Mereka tidak menyikapi perbedaan sebagai sebuah penghalang yang membatasi mereka dalam berbuat kebajikan.
ADVERTISEMENT
Dalam praktiknya masyarakat Linggo Asri masih memegang teguh tradisi. Namun bukan berarti mereka menolak perubahan. Sebagai masyarakat moderat yang kritis dalam bersikap, masyarakat Linggo Asri cenderung selektif dalam memilah informasi. Adanya pemangku adat dan tokoh Agama turut menjadi kontrol dalam menyikapi perubahan sosial.
Dapat diambil kesimpulan bahwa krisis moral yang terjadi akibat perubahan sosial dapat disikapi dengan perilaku moderat. Selektif dalam memilih konten yang kita konsumsi merupakan langkah awal terwujudnya perilaku moderat.